MAHASISWA DAN REFORMASI
Sejarah Indonesia selalu
mencatat, bahwa mahasiswa adalah lokomotif sebuah pergerakan dan pembaharuan
bangsa yang menempatkan mahasiswa sebagai basis intelektual yang gemilang. Rekaman
sejarah mahasiswa dengan warna kepahlawanannya menunjukkan ketulusan mereka
berpijak pada kepentingan-kepentingan moral, bukan berpijak pada kepentingan-kepentingan
temporer. Meraka akan selalu mendobrak kezaliman yang ada di depan mata, ketika
hak-hak masyarakat dinikmati oleh sekelompok orang tak bertanggung jawab. Suara
dan bisikan nurani mahasiswa ada hubungan batin dengan nurani masyarakat.
Sehingga ketika mereka menyuarakan hak-hak yang dirampas, masyarakat sudah
merasa terwakili dengan aksi-aksinya. Pengaruh dan peran mahasiswa selalu terukir
dengan tinta emas dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia
Tanggal 12 Mei
2013 yang lalu sudah genap 15 tahun peringatan “Tragedi Trisakti”, yaitu
penembakan yang dilakukan terhadap mahasiswa Universitas Trisakti saat malakukan demonstrasi untuk
menuntut lengsernya Presiden Soeharto dari jabatannya yang sudah memimpin
negeri ini sekitar 32 tahun. Tragedi itu menewasakan 4 orang mahasiswa
Universitas Trisakti yaitu, Elang Mulya Lesmana, Heri Hertanto, Hafidin Royan
dan Hendriawan Sie, yang kemudian disebut sebagai “Pahlawan Reformasi”.
Tanggal 21 Mei
1998 merupakan babak
baru perubahan bangsa Indonesia menuju kearah yang lebih baik dengan semangat baru
serta harapan baru. Era yang diharapkan terjadinya Tata Pemeritahan yang Baik
(Good Governance) yang jauh dari korupsi, kolusi dan nepotisme. Era yang
diharapakan dapat menyalurkan aspirasi rakyat serta memberikan keadilan kepada
setiap elemen yang ada dimasyarakat. Era itu yang kemudian kita kenal dengan
“Era Reformasi”. Semua itu tidak lepas dari pengaruh mahasiswa Indonesia yang
berhasil melengserkan kekuasaan Presiden Soeharto. Perjuangan mahasiswa
yang menuntut reformasi disegala bidang sudah menunjukkan hasil pada saat ini.
Agent of Change
Agent of Change itulah gelar
yang diberikan kepada mahasiswa. Gelar itu diberikan bukan tanpa alasan,
melainkan karena besarnya kontribusi mahasiswa terhadap perjalanan sejarah
bangsa ini. Mulai dari kebangkitan nasional, kemerdekaan, hingga reformasi yang
menempatkan mahasiswa berada pada barisan terdepan untuk memperjuangkan
aspirasi rakyat. Meraka melakukan perubahan dari era diktator menuju era
demokrasi.
Kembali pada
persoalan mahasiswa sebagai Agent of Change, mereka harus menyadari
bahwa mereka menjadi tumpuan kebangkitan negeri ini. Peran Mahasiswa sebagai Agent
of Change ini diharapkan mampu memperjuangkan hak-hak kaum tertidas
(masyarakat miskin) serta mengembalikan nilai-nilai kebenaran yang
diselewengkan oleh oknum-oknum elit-elit politik
Agent of Control,
Peran mahasiswa
sebagai Agent of Control terjadi ketika ada sesuatu yang tidak
jelas dan ganjil antar masyarakat dan pemerintah. Masyarakat merasakan bahwa
pemerintah saat ini merugikan rakyat. Pemerintah hanya memberikan janji-janji
palsu kepada masyarakat ketika melakukan kampanye. Pemerintah hanya memikirkan
keluarga dan diri sendiri, mungkin mereka lupa atau sengaja terhadap
janji-janjinya. Hal ini adalah cerminan bagi mahasiwa bahwa mereka adalah anak
dari masyarakat untuk melakukan tindakan pengawasan terhadap
kesalahan-kesalahan yang dilakukan pemerintah.
Tindakan yang
dilakukan mahasiwa tidak hanya menyuarakan aspirasinya dijalan raya, tapi lebih
mengarah kepada hal-hal yang esensi yaitu musyawarah dan diskusi. Dari hasil
musyawarah dan diskusi itu, mahasiwa lebih bijaksana dalam menyuarakan
aspirasinya dijalan raya tanpa anarkisme. Mahasiswa yang bermoral adalah
mahasiswa yang bertindak tanpa mendahulukan emosi dari pada intelektual.
Mahasiswa harus
selalu mengontrol terhadap segala perubahan yang ada, agar tujuan dan cita-cita
yang diharapkan tidak melenceng dari tujuan semula. Dengan tingkat
keinteletualannya, mahasiswa harus bertindak secara objektif, sistematis
dan rasional, agar semua masalah yang
terjadi dapat diselesaikan secara efektif dan efisien.
Iron Stock
Mahasiswa
diharapkan mampu menggantikan generasi sebelumnya dengan skill yang
tangguh dan moral yang baik. Tak dapat dipungkiri bahwa setiap organisasi dan
struktur sosial yang ada akan mengalami perpindahan kekuasaan, dari golongan
tua pindah ke golongan muda. Mahasiswa sebagai calon pemimpin bangsa harus
lebih bersosial dengan masyarakat. Karena tidak bisa dipungkiri mahasiswa akan
menjadi masyarakat.
Mahasiswa harus
tetap komitmen pada diri sendiri dan masyarakat untuk tetap membela rakyat
kecil dan memperjuangkan keadilan serta tidak memperkaya diri sendiri ketika
kelak menjadi pemimpin bangsa. Jangan sampai mahasiswa yang berintelektual
tinggi dikalahkan oleh hawa nafsunya. Intelektual dan moral baik harus berjalan
sejajar, sehingga menjadikannya manusia yang baik serta berhati-hati dari
perbuatan menipu rakyat.
Potret Mahasiswa sekarang
Ketika kita membandingkan,
terdapat perbedaan antara mahasiswa dulu dengan mahasiswa sekarang. Mahasiswa dulu sudah banyak memberikan peranan dan pengaruh yang besar terhadap
bangsa ini. Kegiatan-kegiatan ilmiah, diskusi, seminar dan musyawarah keilmuan
yang menjadi kebudayaan mahasiswa dulu, sekarang sudah tidak diminati lagi bahkan
ditinggalkan oleh mahasiswa sekarang.
Tidak bisa dipungkiri,
tawuran antar mahasiswa kerap terjadi di negara kita. Misalnya, tawuran antar
mahasiswa yang terjadi di sejumlah kampus di Makasar merupakan bencana dan
konflik sosial. Konflik itu mungkin berawal dari masalah pribadi kemudian
meningkat menjadi konflik komunitas, dengan melibatkan suku, golongan dan daerah
asal. Selama tahun 2013 ini sudah banyak
terjadi tawuran antar mahasiswa di beberapa kampus di Indonesia. Mulai tawuran
antar mahasiswa jurusan Teknik Sipil melawan mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan
Politik Universitas Hasanuddin pada tanggal 26 Februari 2013 yang tidak ada
korban jiwa dalam tawuran itu, namun terjadi baku hantam antar kedua belah
pihak mahasiswa yang menyebabkan pecahnya beberapa gedung Baruga. Kemudian
tawuran antar mahasiswa akibat pemilihan Dewan Mahasiswa STAIN Watampone, Bone Sulawesi Selatan pada tanggal
28 Maret 2013. Keributan terjadi lagi di kampus Universitas Muslim Indonesia Makasar
pada bulan April 2013. Tawuran juga terjadi
antar mahasiswa Universitas Kristen Indonesia (UKI) dengan Universitas
Yayasan Administrasi Indonesia tanggal 26 April 2013.
Tindakan mahasiswa yang
setara dengan tawuran adalah anarkisme saat melakukan demonstrasi. Tindakan
dengan merusak fasilitas umum, terjadi lempar-lemparan dengan petugas, jelas bukan mengatasi masalah justru menambah
masalah. Hal itu terjadi karena para demonstran merasa tidak ditanggapi atau
merasa kurang puas dengan tanggapan yang didemo. Maka, demonstrasi yang
dilakukan secara damai kemudian berubah menjadi anarkisme. Mereka seakan-akan lupa kalau dirinya adalah
mahasiswa.
Kepribadian mahasiswa
sekarang masih jauh dari kemandirian dan kedewasaan akibat pengaruh dari
westernisasi, yang selalu mengedepankan aksi dan emosi dari pada substansi.
Sehingga semakin hari jiwa nasionalisme dan patriotismenya semakin terkikis. Mahasiswa
saat ini, harus mempertimbangkan segala aspek untuk menentukan orientasinya ke depan.
Mahasiswa juga jangan melupakan tugas dan fungsinya sebagai mahasiswa agar
setiap tindakan yang dilakukan mempunyai visi dan misi yang jelas serta tanpa
hambatan.
Kita sebagai mahasiswa
jangan hanya melakukan demonstrasi, apalagi diiringi dengan anarkisme. Kita
sebaiknya berpikir secara rasional dan positif sehingga menghasilkan solusi
yang baik untuk negara dan pemerintah kita. Kita sebaiknya mengkritik
pemerintah secara konstruktif bukan malah destruktif. Sehingga kita tidak
kehilangan eksistensi kita sebagai mahasiswa yang tetap melanjutkan perjuangan
generasi sebelum kita yang telah sukses berjuang menegakkan kebenaran di tanah
air kita ini.
Kita patut bersyukur kepada
Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan gelar “ mahasiswa” kepada kita.
Tidak seharusnya kelakuan urakan dan emosional kita perturutkan. Berapa banyak
masyarakat Indonesia yang pernah merasakan sebagai mahasiswa? hanyalah
segelintir orang yang merasakan manisnya menjadi mahasiswa. Inilah kesempatan
emas bagi kita untuk terus berkarya demi kemakmuran bangsa ini.