http://forum.kompas.com
Oleh: Syam
“Assalamualikaum,” kata seorang bapak yang memasuki kelas. “Waalaikumsalam,”
jawab kita di dalam kelas. Dosen berbaju batik hitam itu duduk dan meletakkan
tasnya di atas meja. Beliaulah Bapak N. Faqih Syarif, spiritual motivator yang
sangat menginspirasi. Penulis buku al-Quwwah ar-Ruhiyyah itu langsung mengambil
laptop dalam tas. “Bisa LCD-nya ya mas?” tanyanya kepadaku. Mendengar
pertanyaan itu, saya beranjak dari kursi untuk menekan tombol LCD yang berada
di atas itu. “Insya Allah sudah bisa Ustadz,” Jawabku. Saya pun kembali
ke tempat duduk semula.
Beliau duduk di kursi dosen, depan mahasiswa. Pada kuliah siang
ini, beliau akan menjelaskan tentang “TOT-OUTBOUND TRAINING.”
Menurutnya, materi ini penting, karena jika kita nanti lulus, tidak hanya
pandai dalam beretorika atau public speaking, tetapi juga mampu
mendirikan lembaga training. Trainer yang baik hati itu ingin memberikan
pengetahuan dan pengalamannya untuk untuk menginspirasi banyak orang melalui
pelatihan-pelatihan.
“Pengetahuan yang sederhana harus diolah oleh para aktivis
dakwah,” katanya sambil menjelaskan dengan bahasa isyarat melalui
tangannya. Menurutnya, seorang da’i itu harus inovatif. Dakwah tak hanya
dilakukan melalui mimbar, tetapi juga melalui pelatihan-pelatihan. “Jika
anda memiliki ide yang kreatif, oh anda bisa menjalar kemana-mana. Ada banyak
cerita yang anda akan ungkapkan” jelasnya. Menurutnya, anak yang kreatif
menyampaikan dengan penjelasan yang luas serta ada banyak cerita yang ia sampaikan.
Sebelum menjelaskan “OUTBOND TRAINING,” Beliau memberikan
semangat kepada mahasiswa tentang kehidupan dan bangkit dari keterpurukan.
Dibacakanlah isi slide dalam laptop, sabagaimana yang juga bisa dilihat
di dinding depan “Yang kekal di dunia ini adalah PERUBAHAN, dan yang pasti
adalah KETIDAKPASTIAN.” Begitulah kata-kata mutiara pembangkit semangat
mengungkapkan.
Menurutnya, kita hidup di dunia ini harus siap menghadapi perubahan
dan ketidak-pastian. “Ada sepotong rokok bilang begini, “Jadi tua itu pasti,
jadi dewasa itu pilihan,” ungkapnya dengan senyuman manis pada mahasiswa.
Beliau menambahkan, bahwa mati itu pasti, tapi bagaimana persiapan untuk
menghadap kepada Allah SWT. Menurutnya, banyak orang lupa bahwa yang pasti
adalah ketidakpastian. Sehingga perubahan adalah sebuah keniscayaan. Setiap orang
pasti berubah, baik ke arah positif maupun ke arah negatif.
Beliau melanjutkan membaca kata-kata mutiara di laptopnya, dan
mahasiswa mendengarkan sambil melihat slide yang tertera pada dinding di
depannya, “Jika Anda setuju Anda, maka Anda memiliki persepsi yang sama
dengan kami. Setiap Kita tak mampu membendung PERUBAHAN, karena PERUBAHAN
bergerak sekencang perputaran waktu. Masalahnya kemana Anda berubah, bisakah
Anda kendalikan KETIDAKPASTIAN dan bisakah Anda dengan perubahan yang terjadi.”
“Ada kata kunci di situ,” katanya sambil mengambil dua buah
Spidol di tas. Beliau pun berdiri dari duduknya dan menulis di papan sebelah
kanan kata “PERUBAHAN dan KETIDAKPASTIAN” dengan spidol berwarna hitam.
Menurutnya, jika orang tidak siap menghadapi dua hal itu, maka bersiap-siaplah
mereka untuk menjadi orang yang stress. Beliau menambahkan bahwa orang yang
lulus dari perguruan tinggi belum tentu menjadi orang yang sukses. “Tidak mesti
anaknya kiai menjadi kiai,” tambahnya.
“Perubahan adalah sebuah keniscayaan,” katanya sambil
menulis kata “Move on” di papan tulis sebelah kanan. Hingga semestar
enam saja, masih ada mahasiswa yang belum memiliki visi hidup jelas. “Gak
tau pak, gak jelas aku pak. iki kuliah dadi opo, gak jelas,” ungkapnya sambil
menirukan mahasiswa yang masih belum memiliki tujuan hidup jelas. Mahasiswa pun
menyambutnya dengan tertawa yang berbahak-bahak. Menurutnya, manusia harus
siap untuk menghadapi ketidakpastiaan.
“Ketika PERUBAHAN dan
KETIDAKPASTIAN adalah keseharian, maka
tidak ada pilihan bagi kita kecuali untuk membangun KEYAKINAN dan KESEMPURNAAN.
KEYAKINAN adalah mengambil keputusan. KESEMPURNAAN adalah mewujudkan harapan,” begitulah
kata-kata mutiara yang beliau baca di laptopnya.
Menurutnya, ada dua kata kunci lagi. Beliau beranjak dari tempat
duduknya dan menulis di papan kata, “KEYAKINAN dan KESEMPURNAAN” dengan Spidol
berwarna Biru. Beliau pun menambahkan bahwa, yakin itu memiliki nilai satu
serta tidak yakin mendapat nilai nol. Berapa pun tindakan yang kita lakukan,
jika tidak yakin, tinggal dikalikan nol saja, maka hasilnya adalah nol. “Tetapi
jika Anda memiliki keyakinan, tinggal dikalikan satu. 3 kali, 7 kali, 8 kali,
dan seterusnya,” jelasnya yang membuat mahasiswa tercengang.
“Move on, mesti ya apa ndak,” tanyanya kepada mahasiswa. “Ya,”
jawab mahasiswa dengan serentak. Menurutnya, tinggal kita berani apa tidak
kepada Move on tersebut. Beliau pun menulis kata, “VISION, ACTION,
PASSION, COLLABORATION” di papan sebelah kanan. Untuk mengaplikasikan itu
semua butuh keyakinan. Menurutnya, jika
kita tidak memiliki keyakinan untuk meraih cita-cita, tidak akan ada semangat.
“Kuliah klawas, klewes. Mau ngangkat sepatu aja tidak semangat,”
ungkapnya sambil menirukan mahasiswa yang tidak semangat kuliah. Mahasiswa pun
ketawa. Menurutnya, berapa pun tindakan yang kita lakukan, kalau tidak yakin,
tidak akan mendapatkan hasil.
“Anda ngomong, tetapi tidak punya Vission. Ndak punya visi
akhirat. Maka action-nya tidak jelas,” katanya sambil menunjuk dengan
tangan kiri pada kata “VISSION” di papan sebelah kanan. Beliau
memberikan perumpamaan seperti orang jika tidak mempunyai visi, dia naik
bersama temannya ke lantai dua puluh, ternyata salah lantai. “Apa yang
terjadi sia-sia pa ndak?,” tanyanya kepada mahaiswa. Orang yang tidak memiliki PASSION,
maka tindakannya ngawur. Kelihatannya super sibuk, tetapi tidak ada manfaatnya.
Beliau menyarakan kepada kita untuk intropeksi diri, apakah kita pernah
melakukan tindakan yang kelihatannya super sibuk, tapi tidak produkif.
“Anda semester enam ini, seharusnya sudah bisa membangun
keyakinan dan membangun kesempurnaan,” katanya kepada mahasiswa.
Menurutnya, ujian bagi mahasiswa yang akan menjelang wisuda ini, semakin loyo
dan tidak bersemangat. “Semakin
mbulet ae,” sambil menggirukan Spidol dari atas ke bawah yang
dipegang oleh tangan kanan. Jika hal itu yang terjadi, maka ketika semester
tujuh dan delapan, kita akan semakin menunda-nunda waktu untuk meraih
kesuksesan.
“Khusus bagi yang cewek, kalau sudah semester tujuh, kakau ada
yang ngelamar terima saja,” katanya, yang disambut ketawa oleh mahasiswi.
Beliau menyarankan untuk tidak menunggu S1 atau S2. Hal itu itu berakibat bagi
yang mau melamar akan tidak enak sendiri dan takut. Sebab menurutnya, pria akan
takut melamar wanita yang sudah lebih tinggi pendidikan atau karirnya. Sebelum
tinggi, mahasiswi beliau sarankan untuk tidak menunggu pendidikan atau karir
tinggi untuk menerima lamaran atau nikah.
“Syukur-syukur yang
memberimu biaya kuliah, S1, S2, S3, ya bojomu,” katanya yang membuat mahasiswa
mengatakan “amin” dan ketawa secara bersamaan. Menurutnya, hal itu beda dengan
laki-laki, yang seharusnya semester enam sudah bisa bekerja. Sebab mereka
memiliki tanggung jawab yang besar.
Begitulah kuliah Pak Faqih yang sangat inspiratif bagi kita. Kuliah
yang santai tapi pasti. Ada saatnya dimana kita harus serius, dan dimana pula
kita harus santai dan bergurau agar suasana perkuliahan tidak meneganggkan. Tak
hanya duduk, beliau pun berdiri dalam menyampaikan materi kepada mahasiswa. Penjelasannya
enak yang selalu diiringi dengan bahasa isyarat tangan, sehingga membuat
mahasiswa tertegun dan senang dengan kuliahnya.
Jazakallah. Semoga Barokah. Amin Ya Robb.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar