Minggu, 31 Mei 2015

MENGGUGAT DIRI MENJADI PRIBADI SAKTI (Catatan Inspiratif Kuliah Bersama Prof. Dr. H. Moh Ali Aziz, M.Ag tanggal 05 Mei 2015)



http://forum.kompas.com
Oleh: Syam
Assalamualikaum,” kata seorang bapak yang memasuki kelas. “Waalaikumsalam,” jawab kita di dalam kelas. Dosen berbaju batik hitam itu duduk dan meletakkan tasnya di atas meja. Beliaulah Bapak N. Faqih Syarif, spiritual motivator yang sangat menginspirasi. Penulis buku al-Quwwah ar-Ruhiyyah itu langsung mengambil laptop dalam tas. “Bisa LCD-nya ya mas?” tanyanya kepadaku. Mendengar pertanyaan itu, saya beranjak dari kursi untuk menekan tombol LCD yang berada di atas itu. “Insya Allah sudah bisa Ustadz,” Jawabku. Saya pun kembali ke tempat duduk semula.
Beliau duduk di kursi dosen, depan mahasiswa. Pada kuliah siang ini, beliau akan menjelaskan tentang “TOT-OUTBOUND TRAINING.” Menurutnya, materi ini penting, karena jika kita nanti lulus, tidak hanya pandai dalam beretorika atau public speaking, tetapi juga mampu mendirikan lembaga training. Trainer yang baik hati itu ingin memberikan pengetahuan dan pengalamannya untuk untuk menginspirasi banyak orang melalui pelatihan-pelatihan.
 
Pengetahuan yang sederhana harus diolah oleh para aktivis dakwah,” katanya sambil menjelaskan dengan bahasa isyarat melalui tangannya. Menurutnya, seorang da’i itu harus inovatif. Dakwah tak hanya dilakukan melalui mimbar, tetapi juga melalui pelatihan-pelatihan. “Jika anda memiliki ide yang kreatif, oh anda bisa menjalar kemana-mana. Ada banyak cerita yang anda akan ungkapkan” jelasnya. Menurutnya, anak yang kreatif menyampaikan dengan penjelasan yang luas serta ada banyak cerita yang ia sampaikan.
 
Sebelum menjelaskan “OUTBOND TRAINING,” Beliau memberikan semangat kepada mahasiswa tentang kehidupan dan bangkit dari keterpurukan. Dibacakanlah isi slide dalam laptop, sabagaimana yang juga bisa dilihat di dinding depan “Yang kekal di dunia ini adalah PERUBAHAN, dan yang pasti adalah KETIDAKPASTIAN.” Begitulah kata-kata mutiara pembangkit semangat mengungkapkan.
 
Menurutnya, kita hidup di dunia ini harus siap menghadapi perubahan dan ketidak-pastian. “Ada sepotong rokok bilang begini, “Jadi tua itu pasti, jadi dewasa itu pilihan,” ungkapnya dengan senyuman manis pada mahasiswa. Beliau menambahkan, bahwa mati itu pasti, tapi bagaimana persiapan untuk menghadap kepada Allah SWT. Menurutnya, banyak orang lupa bahwa yang pasti adalah ketidakpastian. Sehingga perubahan adalah sebuah keniscayaan. Setiap orang pasti berubah, baik ke arah positif maupun ke arah negatif. 

Beliau melanjutkan membaca kata-kata mutiara di laptopnya, dan mahasiswa mendengarkan sambil melihat slide yang tertera pada dinding di depannya, “Jika Anda setuju Anda, maka Anda memiliki persepsi yang sama dengan kami. Setiap Kita tak mampu membendung PERUBAHAN, karena PERUBAHAN bergerak sekencang perputaran waktu. Masalahnya kemana Anda berubah, bisakah Anda kendalikan KETIDAKPASTIAN dan bisakah Anda dengan perubahan yang terjadi.”
 
Ada kata kunci di situ,” katanya sambil mengambil dua buah Spidol di tas. Beliau pun berdiri dari duduknya dan menulis di papan sebelah kanan kata “PERUBAHAN dan KETIDAKPASTIAN” dengan spidol berwarna hitam. Menurutnya, jika orang tidak siap menghadapi dua hal itu, maka bersiap-siaplah mereka untuk menjadi orang yang stress. Beliau menambahkan bahwa orang yang lulus dari perguruan tinggi belum tentu menjadi orang yang sukses. “Tidak mesti anaknya kiai menjadi kiai,” tambahnya. 

Perubahan adalah sebuah keniscayaan,” katanya sambil menulis kata “Move on” di papan tulis sebelah kanan. Hingga semestar enam saja, masih ada mahasiswa yang belum memiliki visi hidup jelas. “Gak tau pak, gak jelas aku pak. iki kuliah dadi opo, gak jelas,” ungkapnya sambil menirukan mahasiswa yang masih belum memiliki tujuan hidup jelas. Mahasiswa pun menyambutnya dengan tertawa yang berbahak-bahak. Menurutnya, manusia harus siap  untuk menghadapi ketidakpastiaan.
 
 “Ketika PERUBAHAN dan KETIDAKPASTIAN  adalah keseharian, maka tidak ada pilihan bagi kita kecuali untuk membangun KEYAKINAN dan KESEMPURNAAN. KEYAKINAN adalah mengambil keputusan. KESEMPURNAAN adalah mewujudkan harapan,” begitulah kata-kata mutiara yang beliau baca di laptopnya.
Menurutnya, ada dua kata kunci lagi. Beliau beranjak dari tempat duduknya dan menulis di papan kata, “KEYAKINAN dan KESEMPURNAAN” dengan Spidol berwarna Biru. Beliau pun menambahkan bahwa, yakin itu memiliki nilai satu serta tidak yakin mendapat nilai nol. Berapa pun tindakan yang kita lakukan, jika tidak yakin, tinggal dikalikan nol saja, maka hasilnya adalah nol. “Tetapi jika Anda memiliki keyakinan, tinggal dikalikan satu. 3 kali, 7 kali, 8 kali, dan seterusnya,” jelasnya yang membuat mahasiswa tercengang.
Move on, mesti ya apa ndak,” tanyanya kepada mahasiswa. “Ya,” jawab mahasiswa dengan serentak. Menurutnya, tinggal kita berani apa tidak kepada Move on tersebut. Beliau pun menulis kata, “VISION, ACTION, PASSION, COLLABORATION” di papan sebelah kanan. Untuk mengaplikasikan itu semua butuh keyakinan. Menurutnya,  jika kita tidak memiliki keyakinan untuk meraih cita-cita, tidak akan ada semangat. “Kuliah klawas, klewes. Mau ngangkat sepatu aja tidak semangat,” ungkapnya sambil menirukan mahasiswa yang tidak semangat kuliah. Mahasiswa pun ketawa. Menurutnya, berapa pun tindakan yang kita lakukan, kalau tidak yakin, tidak akan mendapatkan hasil.
Anda ngomong, tetapi tidak punya Vission. Ndak punya visi akhirat. Maka action-nya tidak jelas,” katanya sambil menunjuk dengan tangan kiri pada kata “VISSION” di papan sebelah kanan. Beliau memberikan perumpamaan seperti orang jika tidak mempunyai visi, dia naik bersama temannya ke lantai dua puluh, ternyata salah lantai. “Apa yang terjadi sia-sia pa ndak?,” tanyanya kepada mahaiswa.  Orang yang tidak memiliki PASSION, maka tindakannya ngawur. Kelihatannya super sibuk, tetapi tidak ada manfaatnya. Beliau menyarakan kepada kita untuk intropeksi diri, apakah kita pernah melakukan tindakan yang kelihatannya super sibuk, tapi tidak produkif.
Anda semester enam ini, seharusnya sudah bisa membangun keyakinan dan membangun kesempurnaan,” katanya kepada mahasiswa. Menurutnya, ujian bagi mahasiswa yang akan menjelang wisuda ini, semakin loyo dan tidak bersemangat. “Semakin  mbulet ae,” sambil menggirukan Spidol dari atas ke bawah yang dipegang oleh tangan kanan. Jika hal itu yang terjadi, maka ketika semester tujuh dan delapan, kita akan semakin menunda-nunda waktu untuk meraih kesuksesan.
Khusus bagi yang cewek, kalau sudah semester tujuh, kakau ada yang ngelamar terima saja,” katanya, yang disambut ketawa oleh mahasiswi. Beliau menyarankan untuk tidak menunggu S1 atau S2. Hal itu itu berakibat bagi yang mau melamar akan tidak enak sendiri dan takut. Sebab menurutnya, pria akan takut melamar wanita yang sudah lebih tinggi pendidikan atau karirnya. Sebelum tinggi, mahasiswi beliau sarankan untuk tidak menunggu pendidikan atau karir tinggi untuk menerima lamaran atau nikah.

 “Syukur-syukur yang memberimu biaya kuliah, S1, S2, S3, ya bojomu,” katanya yang membuat mahasiswa mengatakan “amin” dan ketawa secara bersamaan. Menurutnya, hal itu beda dengan laki-laki, yang seharusnya semester enam sudah bisa bekerja. Sebab mereka memiliki tanggung jawab yang besar.

Begitulah kuliah Pak Faqih yang sangat inspiratif bagi kita. Kuliah yang santai tapi pasti. Ada saatnya dimana kita harus serius, dan dimana pula kita harus santai dan bergurau agar suasana perkuliahan tidak meneganggkan. Tak hanya duduk, beliau pun berdiri dalam menyampaikan materi kepada mahasiswa. Penjelasannya enak yang selalu diiringi dengan bahasa isyarat tangan, sehingga membuat mahasiswa tertegun dan senang dengan kuliahnya.
Jazakallah. Semoga Barokah. Amin Ya Robb. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar