Senin, 30 Maret 2015

ISIS: PERUSAK CITRA ISLAM


Oleh: Syam
Saat ini, salah satu yang menjadi perbincangan hangat di Indonesia dan dunia adalah Islamic State of Iraq and Syria (ISIS). Pad awalnya, ISIS menggunakan  nama Islamic State in Iraq and Levant (ISIL) yang hanya beroperasi di daerah Iraq. Ketika mereka ikut berperang melawan Presiden Basyar al-Asad (Presiden diktator dari Syiria), dan memiliki pengikut yang banyak serta wilayah kekuasaan di Syiria, mereka mengubah nama menjadi Islamic State of Iraq and Syiria (ISIS). Dengan perkembangan yang signifikan, pada tanggal 29 Juni 2014 ISIS merubah nama lagi menjadi Islamic State (IS) atau Negara Islam (Khilafah Islamiyyah) dengan Abu Bakar al-Baghdadi sebagai khalifahnya.
ISIS, walaupun menggunakan “nama” Islam, “ideologi” Islam, dan “jargon” Islam (Allahu Akbar), tetapi sangat jauh dari karakter Islam yang toleran, lembut, dan penuh kasih sayang. Bahkan ISIS sebenarnya bermaksud menghancurkan Islam dan menjatuhkan citra Islam yang rahmatan lil’alamin. Dalam perang melawan orang kafir, Islam mengajarkan etika perang, yaitu tidak boleh membunuh wanita, anak kecil, orang tua serta musuh yang menyerah dan tidak bersenjata. Islam juga melarang menghancurkan sarana dan prasarana umum, tempat ibadah, dan tempat yang dianggap suci oleh musuh. Islam juga mengajarkan tidak ada paksaan dalam beragama, tidak boleh memaksa orang lain masuk agama Islam dengan ancaman dan kekerasan.
Karakter Islam yang sempurna di atas, berbeda dengan karakter ISIS. Dalam hal kekerasan,  Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mencatat bahwa sepanjang bulan Juni 2014 saja, ISIS telah mengeksekusi 2.417 orang, yang mayoritas rakyat sipil. Sepanjang bulan Juli-Agustus, ISIS juga mengeksekusi lebih dari 700 anggota suku el-Syeitat dan Yazidi. Dalam hal sarana dan prasarana umum, ISIS menghancurkan lebih dari 24 tempat suci di Mosul, termasuk makam Nabi Yunus, Nabi Syit, Nabi Daniel dan masjid-masjid Sunni dan Syi’ah. Dalam hal dakwah, ISIS telah memaksa lebih dari 35 ribu warga kristen di Mosul untuk memilih pindah agama menjadi Islam
Eksistensi ISIS bisa merusak citra Islam yang toleran, cinta perdamaian dan rahmat bagi semesta alam. Mereka yang tergabung dalam ISIS ini menunjukkan kepribadinnya dengan cara-cara dakwah yang koersif, yaitu memaksa manusia untuk mengikuti ideologinya dengan cara kekerasan. Mereka mensosialisasikan konsep khilafah Islamiyah dengan cara-cara jihad, yakni menggunakan senjata.
Perang melawan ISIS yang dikomandani Amerika Serikat secara global, seakan perang terhadap Islam dan kaum Muslimin. Hal ini terjadi, disebabkan oleh adanya sekelompok orang yang melakukan teror dan memakai simbol-simbol agama Islam untuk melegitimasi aksi jahatnya. Peledakan sarana sipil dan aksi bom bunuh diri serta aksi-aksi amoral lainnya, mereka serukan sebagai jihad. Padahal dalam Islam jihad memiliki makna universal. Jika salah satu makna jihad adalah peperangan, maka peperangan pun harus dijalankan berdasarkan peraturan, etika, nilai-nilai dan konteks tertentu yang sudah diatur dalam Alquran dan Sunnah. Kekeliruan mereka dalam memaknai jihad inilah yang menyebabkan Islam diidentikkan dengan kekerasan.
Interpretasi jihad yang salah seperti yang dilakukan ISIS jelas merusak martabat dan citra Islam sebagai agama yang mencintai perdamaian dan kasih sayang. Jihad yang dimaksud dalam Islam sebenarnya perintah untuk mengabdi kepada Allah dan menciptakan kebaikan di muka bumi ini.
Distorsi terhadap makna jihad dengan mengajak menyerang, membunuh, membantai, dan menyiksa orang-orang yang di luar kelompok secara eksplisit telah merugikan Islam. ISIS sebagai gerakan neo-Khawarij (Khawarij Modern) telah membuat perpecahan dan pembunuhan secara membabi buta. Hal Ini terjadi disebabkan mayoritas dari pengikut ISIS mencari pengetahuan keislamannya tidak lagi pada ulama yang alim atau ke lembaga pendidikan Islam yang kompeten. Mereka lebih suka pergi dan bertanya pada para ulama “kemarin sore” atau bahkan internet untuk menemukan jawaban-jawaban atas problematika sosial-keislaman yang mereka hadapi.
Oleh sebab itu, para pemikir dan aktivis Islam moderat hendaknya memikirkan agar media-media global dan media sosial tidak dikuasai oleh pemikiran yang ekstremis, fundamentalis, literalis, radikalis dan menyesatkan. Mereka harus pro aktif mengampanyekan Islam yang moderat, damai, toleran, progresif.
Kita tahu bahwa yang telah dilakukan oleh ISIS berupa teror, pembunuhan dan pengrusakan secara membabi buta di Irak, Suriah dan di negara-negara lain khususnya di Wilayah Timur Tengah (Middle East) merupakan aksi yang memberikan keuntungan bagi orang atau kelompok yang memusuhi Islam, membawa kehancuran bagi negara-negara Arab dan Islam.
Dengan ideologinya yang ekstrim, fundamental, literal, radikal dan kaku, ISIS telah menyesatkan banyak pemuda, menipu mereka dengan nama Islam. Sistem ketatanegaraan yang hendak didirikan oleh ISIS, pada hakikatnya adalah upaya untuk mencemarkan citra Islam, menghancurkan negara, dan menumpahkan darah manusia yang tiada berdosa.
ISIS serta organisasi-organisasi ekstrim lainnya telah sesat dan menyesatkan dalam menggali nilai-nilai dan dalil-dalil syariat, menyimpang dalam memahami dan menafsirkan al-Quran dan hadis, memelintir teks-teks keislaman demi membenarkan sikap dan aksi-aksi brutalnya, tidak segan-segan menumpahkan darah umat manusia, dan mengeluarkan fatwa-fatwa asing dan munkar demi membenarkan metode takfiri yang telah menghasilkan kerusakan di dunia. ISIS dengan metode takfirinya tidak mengenal istilah apapun kecuali kekerasan. Organisasi sesat ini sama sekali tidak mewakili kelompok dan mazhab apapun dalam Islam. Sungguh ironis sekali orang yang mengaku Muslim tapi tidak berperilau Islami. Muslim macam apa seperti ini???
Salah satu tujuan ISIS didirikan adalah untuk memberantas ideologi-ideologi yang tidak sepadan dengannya. Target dari serangan ISIS adalah Muslim Syiah, Muslim Tasawuf (Sufi), para Filsuf Muslim dan bahkan non Muslim. Lalu mereka menamakan diri sebagai kelompok Ahl as-Sunnah.
Sungguh Ironis, manakala kelompok ini terkait dengan Ahl as-Sunnah atau menjadi bagian di dalamnya. Bagaimana mungkin kelompok ini dapat dikatakan sebagai Ahl as-Sunnah dan perbuatan mereka saja tidak mencerminkan madzhab yang dianut oleh mayoritas muslim dunia. Sedangkan mereka banyak membunuh dan mengusir orang-orang Ahl as-Sunnah sendiri.
Kita berharap, Kaum Muslimin yang menjadi pengikut ISIS untuk kembali ke ajaran Islam yang indah dan menghormati orang lain. Sebab, jihad dilakukan tidak hanya dengan cara-cara melakukan peperangan atau senjata. Masih banyak cara-cara lain yang lebih efektif dan efisien guna menyebarkan Islam di muka bumi tanpa merusak citra Islam itu sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar