Senin, 20 April 2015

MEMAHAMI DIRI; TEROBOSAN SPEKTAKULER MENUJU INSAN BERDIKARI


 

Oleh: Syam
Assalamualikaum,” kata seorang bapak yang memasuki kelas. “Waalaikumsalam,” jawab kita di dalam kelas. Dosen berompi hitam itu masuk dan meletakkan tasnya di atas meja.  Beliaulah N. Faqih Syarif, spiritual motivator yang sangat menginspirasi. Penulis buku al-Quwwah ar-Ruhiyyah itu langsung memasangkan kabel LCD ke Laptop yang dibawanya. “Ustadz, LCD-nya itu tidak bisa.” Kataku dengan sedikit malu. “Oh gitu,” jawabnya dengan senyuman manis.
Saya pun minta izin, untuk meminjam LCD di akademik. Sebelum melangkah keluar ruangan. Saya teringat bahwa saya tidak membawa KTM. Saya pun minta pinjam ke teman-teman. Sebagian tidak ada yang membawa, tiba-tiba ada perempuan yang memberiku pinjam KTM. Dialah Mahabbah, teman perempuan sekelasku yang punya minat dan bakat Qira’atul Qur’an. Lalu, saya keluar kelas, menyusuri lantai, turun anak tangga, langkah demi langkah serta tibalah di ruang akademik, tempat peminjaman LCD.
Assalamualaikum,” kataku pada ruangan yang berisi para karyawan fakultas itu. “Waalaikumsalam, ada apa mas?” sontak mereka. “Saya mau pinjam LCD bu, soalnya LCD yang ada di ruangan D1.211 itu rusak,” kataku kepadanya. “Gak ada LCD sudah mas, ada yang pinjem semua,” jawabnya dengan wajah memerah. “Oh gitu bu ya, terima Kasih ya. Assalamualaikum,” kataku langsung keluar dan menaiki tangga. Saya pun kecewa dan bingung. Kemana Saya harus pergi. Sebab LCD di kelas sudah tidak berfungsi. Saya kembali ke kelas dan memberi tahu bahwa LCD di akademik sudah habis.
Masa tidak ada cong? coba pinjem remot saja,” kata salah seorang temanku, Hakim, dengan logat khas Madura. Saya kembali lagi ke akademik. Saya tanya kepada karyawan fakultas, Alhamdulilah ternyata remot yang kami maksud ia berikan. Dengan segera Saya menuju ke kelas, dan memberikannya kepada Hakim. Kita berdua berusaha sekuat tenaga, pantang menyerah dan tak mengenal putus asa. Tapi apa daya manusia, Allah berkehendak lain. LCD tetap saja tidak bisa, walaupun kita berusaha mengoperasikannya melalui remot.
 Tak masalah sudah mas,” kata Pak Faqih kepada kita. Beliau bercerita tentang masalah yang serupa dengan kejadian kelas itu. Pada suatu hari, ketika beliau menjadi manajer di salah satu perusahaan. Direktur perusahaan mengundang salah seorang trainer guna memberikan training motivasi bagi para pegawai dan karyawan pada perusahaan itu. Pada saat hari yang ditentukan, trainer itu datang dan bersiap siaga untuk memberikan trainingnya di suatu ruangan. Ia membawa laptop yang berisi materi training. Sedangkan ruangannya sudah terdapat LCD dan proyektor. Tapi apa kuasa manusia, listriknya mati dan secara otomatis ia tidak dapat menampilkan materi yang di laptopnya melalui LCD dan proyektor itu. “Trainernya itu bingung, dan selalu bilang ke saya, bagaimana ini Pak Faqih,” kata pak Faqih sambil menirukan ekspresi orang tersebut.
Sebagai seorang manajer yang sudah dipercaya oleh sang direktur, Pak Faqih merasa bertanggung jawab untuk mensukseskan acara tersebut. Mengingat trainer yang tidak bisa berbuat apa-apa lantaran listriknya mati serta tidak mempunyai inovasi untuk mengisi program tersebut. Maka beliau pun mengajak para peserta yang terdiri dari para pegawai dan karyawan perusahaan untuk membuat acara baru inovasi asli dari beliau. Pak Faqih meminta mereka untuk keluar ke alam bebas dan menyuruhnya turun ke sungai dengan membawa lilin yang sudah berisi api, yang sebelumnya sudah dipersiapkan oleh panitia.
Ketika para peserta menyusuri semak belukar, Pak Faqih bercerita tentang tujuan hidup. Beliau menghipnotis mereka dengan suara pasti tapi santai. “Ketika Anda pulang ke rumah Anda, lalu di rumah Anda penuh dengan orang. Anda pun sulit melewati kerumunan orang itu. Anda bingung harus lewat mana. Namun dengan usaha Anda yang keras itu, Anda bisa masuk dengan ramainya orang di rumah Anda itu. Anda melihat ada orang yang terbentang dan sudah tak bernyawa lagi, terbujur kaku semua badannya. Anda mendekati dan membuka secara perlahan-lahan kain yang menutupi wajahnya itu. Anda buka dengan perlahan-lahan, ternyata yang sudah terbujur kaku dan tak bernyawa itu adalah Anda,” katanya dengan menirukan ekspresi pada waktu training para pegawai dan karyawan di salah satu perusahaaan itu, yang beliau menjadi manajernya.
Teman-teman pun bersimpuh mendengarkan untaian cerita dari Pak Faqih yang enak di dengar itu. Seakan-akan semua yang ada di kelas terbayang seperti melihat langsung kejadian tersebut. Menurutnya, salah satu hal pelajaran yang dapat diambil oleh kita adalah bahwa, setiap pembicara harus siap menghadapi tantangan dan rintangan ketika acara sedang berlangsung, baik listriknya yang mati atau lainnya. Seorang pembicara yang bijak harus memiliki beberapa Planning dalam menyampaikan materi kepada audiens-nya. Ia tidak hanya memiliki satu Planning, tapi memiliki dua sampai tiga Planning. Seorang pembicara harus memiliki inovasi dalam suatu program acar.
Beberapa menit berlalu. Pak Faqih menawarkan kepada mahasiswa untuk membeli buku yang dibawanya. “Saya bawa buku sepuluh ini. Silahkan yang mau beli. Bisa dibayar minggu depan. Atau dicicil sepunyanya dulu,” kata pak Faqih kepada kita. Salah seorang teman pun bertanya tentang harga buku itu. Pak Faqih pun menjawab bahwa buku karyanya yang berjudul, “Kiat Menjadi Da’i Sukses” itu harganya Rp. 40.000, jika membeli langsung ke beliau. “Jika kalian membeli di toko buku, insya Allah Rp. 70.000-an lah,” katanya kepada mahasiswa.   
Teman-teman pun bingung. Tak seorang pun mahasiswa yang bergegas kecuali Handika. Pria berambut seperti jarum itu duduk di sebelah utara, di depan meja dosen itu langsung mengambil buku dari meja pak Faqih. Secara bergiliran, mahasiswa mulai mengambil buku. Tak terasa buku sudah tinggal satu. Saya pun langsung bergegas untuk mengambil buku yang terakhir itu. Saya kembali ke tempat duduk semula, barisan kedua dari depan. Buku yang belum saya baca itu pun langsung dipinjem Baiti, “Tak baca dulu yan Syam,” katanya dengan senyum manis. “Hehe, bukumu mana tadi dah, bukan  Baiti juga punya tadi?,” kataku dengan sok tak tau. “Hehehe, itu bukan punyaku Syam. Aku gak beli kok. Aku pengen fotokopi aja dah. hehehe” katanya dengan senyuman diiringi dengan malu-malu kucing.   Sampeyan ijin aja dulu ke beliau, jangan langsung di fotocopy,” nasehatku pada Baiti. “Ya tak apa-apa palingnya Syam, kan ilmu sih, hehe,” jawabnya kepadaku.
20 menit kemudian, Pak Faqih menyuruh kita untuk membuka halaman 57 dengan pembahasan  tentang, “Memahami dan Mengenal Mesin Kecerdasan Anda.” “Enakan punya buku ya Baiti,” sindirku padanya. “Hehe,” responnya. Sebagai teman yang baik, saya tidak meletakkan buku pada pangkuanku, tapi saya diletakkan di meja, di mana saya dan Baiti dapat membaca bersama. Berbagi di dalam kebersamaan itu lebih indah dari pada untuk pribadi.
Menurut Pak Faqih, bahwa ada empat belahan dalam otak yang memiliki fungsi khuus berkaitan dengan kecerdasan manusia. Di antaranya sensing, thinking, intuiting, feeling dan instinct. Menurutnya Sensing (S) untuk belahan otak kiri bawah. Beberapa ciri khas orang dengan mesin kecerdasan Sensing adalah ulet, cara kerjanya teratur dan biasa bekerja secara efisien, pandai dalam ketelitian kerja, mencari fakta dan mengandalkan pengalaman, orientasi kerja atau materi, perannya player, yielding, kunci suksesnya meningkatkan skala dan waktu.
Yang kedua adalah thinking (T) untuk belahan otak kiri atas, yaitu pandai, cara bekerjanya mandiri, terbiasa efektif, pandai dalam mengejar akurasi, mencari data, mengandalkan analisis, orientasi kerjanya proses dan sistem, peran controller, ekspektasi managing, kunci suksesnya mengefektifkan sistem. Selanjutnya, Intuiting (I) untuk belahan otak kanan atas yaitu kreatif, cara bekerjanya variatif, terbiasa solutif, pandai dalam mencipta produk, mencari pola, mengandalkan intuisi, orientasi kerja ide dan kreativitas, peran initiator, ekspektasi creating, kunci suksesnya mengkapitalisasi aset.
Feeling (F) untuk belahan otak kanan bawah yaitu, empatik, cara bekerjanya bersama, terbiasa persuasif, pandai dalam membangun kerja sama, mencari cerita, mengandalkan hubungan, orientasi kerja orang dan hubungan, peran supporter, ekspektasi leading, kunci suksesnya menempa orang. Sedangkan Instinct (In) untuk bagian otak tengah yaitu, altruis, cara bekerjanya spontan, terbiasa responsif, pandai dalam hal-hal yang lebih taktis, mencari ringkasan, mengandalkan kesigapan, orientasi kerja peran dan pelibatan, ekpektasi contributing, memperlancar hubungan.
Tak hanya itu, Pak Faqih pun membahas pola komunikasi dari tiap-tiap belahan otak itu. Thinking, memiliki cara berkomunikasi dengan bicara konsekuensi fokusi pada pekerjaan logis. Jika Sensing, bicara pengalaman fokus pada fakta pragmatis. Sedangkan Intuiting, bicara kemungkinan fokus pada solusi imaginatif. Yang terakhir adalah Feeling, dengan bicara perasaan fokus pada orang bombastis.
Dengan sangat jelasnya, beliau juga menjelaskan tentang kekuatan dari setiap masing-masing belahan otak itu. Kekuatan otak pada Thinking, adalah sistematis, kuat pada analisis dan logika, mensitematiskan proses, problem solving, management, metode diskusi dan simulasi. Sedangkan kekuatan pada Sensing, adalah kekuatan pada materi dan pendukungnya serta pengalaman, metode penggunaan alat dan demonstrasi. Jika kekuatan pada Intuiting, adalah imajinasinya liar, entrepreneurship, gagasan baru, perubahan, kreativitas, metode sosiodrama dan petualangan. Yang terakhir adalah Feeling, adalah strory telling, menyentuh hati, renungan, berurai air mata, inspirasional, bombastis, leadership dan metode ceramah.
Sesekali dalam pembahasannya, menanyakan kepada kita, termasuk kategori manakah otak kita. Sebagian teman yang lain sudah mulai menebak. Seperti apa karakter otaknya. Tetapi sebagian yang lain masih belum menemukan otak yang tertentu. Beberapa teman sekelas pun tertuju kepada salah seorang teman kelas. Teman-teman mengira bahwa apa yang dijelaskan Pak Faqih itu memilik kesamaan karakter dengan salah satu teman kita di kelas pada waktu itu.
Dosen tinggi dan gagah itu menjelaskan bahwa kebanyakan Presiden di Indonesia memiliki mesin otak Feeling. Jokowi, Susilo Bambang Yudhoyono, Gus Dur, Soeharto dan juga Soekarno. “Soekarno saking terlalu memiliki mesin otak Feeling. Sehingga ia memiliki banyak Istri,” katanya. Ungkapan lucu itu pun disambut gelak-tawa oleh mahasiswa di kelas.
Waktu tak terasa sudah menunjukkan jam 13.30, Pak Faqih meneruskan penjelasannya pada halaman 60 yaitu “Memahami dan Mengenal Gaya Komunikasi Anda.” Menurutnya ada tiga gaya komunikasi manusia ketika menyerap informasi. Dalam dunia pendidikan di era modenisasi ini dikenal dengan istilah modalitas belajar VAK. “Apa itu VAK?,” tanyanya kepada mahasiswa. Sebagian mahasiswa menjawab bahwa VAK adalah singkatan dari Visual, Auditori dan Kinestetik. Seagian mahasiswa yang lain bertanya ke yang lain, di halaman berapa penjelasan tersebut.
Pada pembahasan pertama, Pak Faqih menjelaskan secara gamblang tentang Tipe Visual. Menurutnya, tipe ini adalah dikhususkan kepada mereka yang lebih mudah menyerap informasi dengan penglihatan atau visual. Karakter orang dalam tipe ini cenderung bernapas pendek-pendek lewat dada, berbicara cepat. Mereka suka menyela pembicaraan orang lain, bergerak cepat, makan cepat, penuh energi dan berbicara dengan nada tinggi.
Tak hanya itu, meraka juga berpenampilan rapi, sehingga enak dipandang. Dalam mengambil keputusan, selalu berdasarkan apa yang mereka lihat. Sedangkan pilihan kata orang-orang visual antara lain, melihat, memperhatikan, menonton, menunjukkan, memandang, membayangkan, mewarnai, memvisualisasikan, penglihatan dan sudut pandang. Jika ia ingin mengutaraan sebuah pendapat, senantiasa mengatakan, “lihatlah dari sudut pandang saya.” Ketika tidak memahami pendapat orang lain, ia akan mengatakan, “Ide Anda kabur.” Jika meminta kepada orang lain untuk memperatikan apa yang disampaikan, mereka akan mengatakan, “Bisa Anda bayangkan?.”
Mahasiswa pun diam seribu bahasa, sambil mengangguk-nganggukkan kepala. Pak Faqih pun langsung menjelaskan ke tipe selanjutnya. Yaitu Tipe Auditori. Dalam tipe ini, mereka akan lebih mudah menyerap informasi dengan mendengar atau dengan cara diceritakan atau dijelaskan orang lain. “Orang dalam tipe ini cenderung bernafas lewat diafragma,” ungkapnya. Mereka pun juga lebih senang mendengarkan daripada bernicara, ketika berbicara menggunakan variasi warna suara.
Pak Faqih juga menasehati kita, jika berkomunikasi dengan tipe ini harus berbicara dengan pelan dan teratur, ubah-ubah warna suara kita. Menjelaskan situasi dengan detail dan dapat dilanjtkan dengan dikusi melalui dialog. Sedangkan pilihan kata orang-orang auditori adalah, dengar, mendengarkan, mengatakan, kegaduhan, bunyi, bicara, kesunyian, nada, ritme, kedengarannya akrab, kedengarannya itu iede yang bagus, ada yang ingin saya katakan dan lain-lain. Jika meminta kepada orang lain untuk memperatikan apa yang disampaikan, mereka akan mengatakan, “Dengarkan, saya punya ide bagus?.”
Terakhir adalah Tipe kinestetik. Orang bertipe ini, mereka akan lebih mudah menyerap informasi dan pengetahuan dengan cara melibatkan gerak dan menyentuh perasaan mereka. Ciri-ciri tipe ini adalah cenderung bernapas dalam dan tenang. “Orang ini juga lebih mengutamakan perasaan,” kata pak Faqih. Dalam menganbil keputusan, senantiasa didasari oleh perasaan dan emosi. Jika kita berkomunikasi dengan orang yang tipe ini. Kita harus bisa membuat mereka, “merasakan” apa yang kita katakan.
Sedangkan pilihan kata orang kinestetik adalah merasa, emosi, tenang, frsutasi, tertekan, malu, gugup, kesepian, santai, stress. Selain itu, mereka juga mengatakan, Saya setuju, Anda sangat Emosional; Saya tidak suka di bawah tekanan. Saya lebih suka ketenangan; Bisakah Anda merasakan yang saya rasakan; Di sini dingin. Apakah Anda merasakannya? Jika mengapresiasi pendapat orang lain, mereka berkata, “Ide Anda benar-benar menyentuh perasaan.”
Dengan mengetahui mesin kecerdasan kita dan mengenal komunikasi kita dengan baik hal ini sangat membantu kita dalam menunjang keberhasilan dakwah, sehingga kita bisa menyesuaikan dan menggunakan modal anugrah Allah di atas dengan tepat, sesuai dengan audiens yang kita hadapi,” betulah pesan inspiratif Pak Faqih kepada kita.
Sebelum menutup kuliahnya, beliau menanyakan kepastian kita untuk berkumpul di rumah beliau setiap pagi hari Jum’at. “Sebagian kita kalau jum’at pagi ada kuliah Bapak, lalu bagimana ini?,” kata salah seorang teman, tapi saya lupa siapa yang mengatakan itu. Beliau pun menawarkan kepada kita bagaimana kalau kita berkumpul setelah shalat Jum’at saja. Teman-teman pun menyetujui hal itu. “Apakah Jum’at besok ini bapak (17 April 2015)?,” kata salah seorang temanku. “Saya Jum’at ini ada acara ya, gimana kalau jum’at depannya lagi (24 April 2015)?” katanya dengan penawaran yang sangat bijak. Teman-teman pun menyetujui permintaan dosen yang sangat cerdas itu. Kuliah pun di akhiri dengan membaca Surat al-Ashr dan doa penutup majlis. Sungguh indah kuliah ini.
Teman-teman pun secara bergiiran munuju Pak Faqih. “Ada apa itu,” bisik hatiku. Tak kuasa menahan rasa penasaran, saya pun mendekati juga. Eh ternyata, mereka meminta tanda-tangan beliau dari buku yang telah dibeli teman-teman. Tak hanya itu, beliau juga menulis kata-kata bijak pada halaman pertama buku tersebut. Kini saatnya giliran saya, saya pun memberikan buku yang saya pegang kepadanya. Setelah ditanda-tangani sebagaimana seperti yang lainnya, beliau juga memberikan kata-kata mutira pada bukuku. Subhanallah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar