Selasa, 28 April 2015

MERANGKAI KATA DENGAN SUARA SYAHDU (Kuliah Inspiratif Bersama Bapak Addin Chadiri, Presenter TVRI Jawa Timur)


Oleh: Syam


Sumber Foto: http://blog.student.uny.ac.id/andrianawisnu
 Assalamualikum,” kataku ke dalam kelas. Saya memasuki kelas dan terlihat ada tumpukan buku. Saya lihat dan ternyata itu adalah buku-buku saya yang di pinjam baiti. “Baiti, ini buku saya ya? Kayaknya masih ada yang kurang ini ya?,” kataku padanya. “Iya Syam, tinggal dua masih yang ada di aku, hehehe,” katanya sambil senyum-senyum manis.
Beberpa menit di kelas, Prof Ali Aziz datang dan langsung duduk di kursi dosen yang sudah tersedia. Beliau mengapresiasi beberapa tulisan-tulisan kita yang sudah ada di Blog. Ketika beliau enak dalam menjelaskan, tiba-tiba datanglah Bapak Addin Hadiri, Host TVRI. Beliau yang akan memberikan ilmu Host dan public speaking kepada kita siang ini. Prof Ali mempersilahkan beliau untuk duduk di kursi kayu yang sudah tersedia di depan. Saya pikir bahwa, tidak pantas beliau duduk di kursi kayu itu.
Kemudian saya bergegas mencari kursi empuk yang ada di antara kita. Eh ternyata kursi itu ada di sebelah selatan yang di atasnya ada tas. Saya tidak tau itu tasnya siapa. Saya memindahkan tas itu pada kursi kayu disebelahnya, lalu saya memindahkan kursi itu secara perlahan-lahan dengan mengganti kursi kayu yang telah diduduki oleh Pak Addin beberapa menit yang lalu itu. Beliau pun senyum kepadaku, “Terima kasih mas,” katanya. “Iya sama-sama bapak,” kataku sambil kembali ke tempat duduk semula.
Beliau sungguh berterima kasih kembali atas doa dan silatur rahim kita di kelas. Menurutnya, semoga silatur-rahim kita yang kedua ini dapat bermanfaat. Sebab beliau secara khusus diminta oleh Prof Ali. “Walaupun Suara saya sampai detik ini masih seperti ini,” katanya dengan penuh tawakkal. Kemudian Prof Ali menyuruh teman-teman maju ke depan membentuk lingkaran. Saya pun memberikan kursi kepada Bapak Addin. Di saaat Pak Addin mengatakan, “Ditungggu Professor jadi malu,” Prof. Ali keluar dengan membawa sejumlah kertas yang dipegang menggunakan tangan kiri.
Ketika Pak Addin mengungkapkan rasa syukur dan kebahagian yang mendalam dapat hadir di kelas, tiba-tiba Trisno melewati di depannya Pak Addin dengan berjalan. Pak Addin senang bisa diberi kesempatan untuk memberi Ilmu kepada kita tentang Public Speaking. “Bagaimana menjadi Host yang handal, yang baik, yang tentu bukan menjadi host yang seperti sekarang ini yang banyak muncul di TV-TV swasta,” ungkapnya dengan sedikit kecewa. Menurutnya, mayoritas host di TV-TV swsata saat ini adalah selebritis, aktri, aktor, bintang film dan bintang senetron.  Mayoritas notabene mereka mungkin tidak pernah belajar seperti apa yang kita pelajari di kampus. Namun, mereka berangkat sebagai seorang publi figur, yang sudah dikenal oleh masyarakat. Anehnya, mereka sudah mampu berbicara di hadapan khalayak umum. “Keberanian sudah ada. Mental sudah bagus. Kemudian wawasan juga sudah bagus. Tentunya saya kira mereka sudah banyak memiliki pengalaman-pengalaman. Sehingga keberanian mereka tampil itu, sudah tidak ada persoalan. Ini menurut mereka,” pungkasnya sambil melambaikan tangan.
Tetapi bagi kami praktisi televisi itu, tidak menjamin seperti Narji, tampil seperti itu. Tetapi kalau orang seperti Narji itu. Kalau berangkat dari disiplin ilmu yang belajar. Kamudian dia ikut seleksi di televisi. Tentu tidak akan bisa tampil.” sambil menunjukkan tangannya kedirinya sendiri. “Kalau mungkin Andika Pramata, cukup bisa menilai positif, karena rodok ganteng ya,” tambahnya. Mahasiswa pun tertawa berbahak-bahak, mendengar perkataan spektakuler itu. Menurtnya, beliau mengatakan seperti itu, bukanlah menghina ataupun meremehkan orang lain. Sebab struktur wajah dapat mempegaruhi terhadap konsntrasi audies. Semakin ganteng dan cantik seorang Host, maka audiens akan semakin tertarik. Begitu juga sebaliknya. Belum selesai melanjtkan penejelasannya, tiba-tiba Pak Addin menoleh ke samping kiri. Sebab ada pintu yang seakan-akan terbuka. Ternyata Hakim sedang membawa Sound. “Oh ada ya.? Karena suara saya masih belum seperti dulu. Powernya di situ ya? Ada powernya? Oh ada? Oh buka coloknya itu,” ungkapnya dengan ekspresi senang.
Beliau pun meminta untuk melanjutkan materinya. Sebab kita harus menulis tujuh halaman, yang menurutnya hal itu tidak sedikit. Beliau menginfornmasikan bahwa bagaimana menciptakan seorang host yang tidak keluar dari koridor-koridor etika. “Mungkin masih TVRI ya,” katanya sambil menoleh ke samping kanan.  Sebab kita melihat Hakim yang sedang memeriksa microphone-nya dengan ucapan “test.” Sehingga semua yang ada di kelas termasuk pak Addin tertuju kepadanya. “Test satu, dua tiga,” katanya sambil berjalan dan memberikan microphone-nya ke Pak Addin.
Anda calon presenter. Coba mic itu jangan di fuuuuuuuh. Satu dua fuhhhh. Itu sudah salah, ini ilmu kan,” tegur Pak Addin kepada Hakim. Teman-teman pun ketawa berbahak-bahak. Beliau menjelaskan bahwa jika kita ingin memeriksa microphone sedang on atau off, cukup diketuk saja. Sebab di dalam Microphone ini, menurutnya, ada kain selaput tipis. Beliau menganalogikan seperti seorang gadis yang ada selaput perawannya itu. Jika hal itu disebul buanter, ia akan robek. Sehingga mempengaruhi kualitas microphone.
Bagaimana sih menjadi seorang host, presenter atau kalau dulu itu adalah pewawancara?,” tanya Pak Addin kepada mahasiswa. Menurutnya, Host ini adalah istilah yang baru saja muncul. Pada zaman dahulu, tidak ada yang mengenal apa itu Host, yang ada hanyalah menjadi pembawa bicara. “Saya sebentulnya membawa contoh-contoh rekaman Talk Show. Saya akan memperlihatkan, bagaimana ketika kita menjadi Host atau presenter, kemudian ketika kita menjadi narasumber,” katanya. Dengan menonton langsung bagaimana seorang presenter atau host dan narasumber tampil, maka akan memudahkan kita untuk meniru teknik-teknik mereka.
“Dan satu lagi yang saya alami, yang saya lakukan adalah kita juga bisa nyanyi,” katanya dengan senyum manis. Hal Itu bisa dimiliki oleh seorang host dalam menunjang profesinya. Menurutnya, seseorang yang bisa nyanyi, ia telah mampu berucap dan bertutur kata dengan penuh keindahan. Ia akan mengatur kata demi kata, kalimat demi kalimat yang ia keluarkan, sehingga menghadirkan suatu lagu yang orang lain dengarkan.
Beliau mengungkapkan bahwa ada satu contoh yang sekarang masih disiarkan oleh SCTV melalui program Inbox pagi. “Ketika sesi menebak judul lagu. Itu putri sangkar membacakan teksnya itu tidak dengan berlagu. Ya (baiti menjawab ya-ya). Anda melihat persis misalanya lagu. “SEPANJANG JALAN KENANGAN KITA SELALU BERGANDENGAN TANGAN,” jelasnya kepada mahasiswa. Setelah itu pemirsa menebak itu lagu apa. Kalau kita tidak mempunyai pengetahuan tentang lagu itu tidak akan bisa menebak. Itulah manfaatnya dari belajar menyanyi sebagaimana yang diungkapkan oleh Pak Addin Chadiri. Teman-teman pun bernyanyi bersama-sama di kelas pada bait “SEPANJANG JALAN KENANGAN KITA SELALU BERGANDENGAN TANGAN.” Selesai bernyanyi, teman-teman pun ketawa berbahak-bahak.
 Jika menjadi seorang host atau presenter tidak bisa bernyanyi, tentu akan berbeda ketika perform di televisi atau di hadapan public. “Itu sudah saya rasakan,” katanya. Beliau bercerita bahwa ada teman satu profesi yang masih junior di bawahnya. Orang itu cukup terkenal di Jawa Timur dulu. Yang tidak perlu disebutkan namanya agar terjaga nama baiknya. Hanya saja dia tidak bisa bernyanyi. Ketika semuanya bernyanyi waktu reoni pembawa acara TVRI seluruh Indonesia di Jakarta. Yang tidak bisa bernyanyi menjadi minder, termsuk juga dengan pembawa acara top itu.
Beliau menjelaskan bahwa berbicara itu memiliki intonasi, ada naik-turunnya suara. “Kalau kita berbicara, “Saudara pemirsa, selamat pagi selamat bertemu kembali dengan saya,” kan ini. “Saudara pemirsa, selamat pagi selamat bertemu kembali dengan saya,” in ikan bagus,” katanya dengan intonasi bagus. Orang yang mendengarkan suara seperti itu, telinga kita bisa menerima dengan baik. Beliau tidak berharap ada lulusan dari dakwah yang pernah menerima ilmu darinya ada yang lifestyle, yaitu berbicara dengan tersendat-sendat. “Anda berbicara, “Saudara pemirsa, eeeee, selamat pagi, eeee, selamat bertemu kembali, eeeee senang sekali, eeeee,” katanya dengan memberi contoh kepada kita untuk menghindarkannya. 
Cara menanggulanginya gimana pak?” kata salah seorang mahasiswa. Menurtnya, ada satu cara yang sangat efektif yaitu dengan menarik kalimat terakhir dengam agak panjang. Misalnya, “Selamat pagi saudara pemirsa selamat bertemu kembali dengan saya Addin Hadiri, mudah-mudahsan saya harapkan anda di semua rumah sehat wal afiyat. Kalau berbicara dengan ada “eeee” itu berarti otaknya Blank,” katanya mencontohkan. Ketika kita membaca kalimat pertama dan kedua, mata sudah lari ke kalimat ketiga, maka itu akan lancar. Tetapi jika kita berhenti, Kebelakangnya tidak akan lancar. Inilah salah satu cara bagaimana kita berbicara  dengan lancar.
Beliau yakin bahwa semua mahasiswa yang ada di kelas ini tidak semuanya berbicara dengan lancar. Apakah disebabkan oleh gangguan indra mulut, struktur gigi dan lain sebagainya. Oleh karena itu, menurutnya, tidak ada orang yang bertutur kata  sama persis dengan orang lain. Baik naik-turunnya irama, pemenggalan kalimat begitu juga dengan kejelasan dalam mengatakan a-i-u-e-o. Beliau mengungkapkan bahwa ada orang yang tidak mangap, tapi cukup jelas dalam bertutur kata. Seperti apa yang dilakukan oleh seniornya yang bernama Syazli Rais, penyiar di Jakarta. “Tapi kalau saya tidak bisa jelas. Anda mungkin mangap dan jelas. Ada yang sudah mangap tapi masih belum jelas,” ungkapnya. Agar tidak ada kendala dalam rongga mulut kita. Beliau mengutip sebagaimana yang diuangkapkan oleh Endang bahwa berlatihlah dan memperbanyak mengatakan “a-i-u-e-o.” Beliau yakin bahwa kita sudah diajari oleh Prof Ali dalam mengungkapkan huruf-huruf konsosnan itu.
Menjadi Host, harus berbicara dengan keras, sebagaimana yang beliau pernah singgung ketika kita berkunjung ke rumah beliau. Beliau menyuruh kita untuk berlatih di pantai, salah satunya  ke Pantai Kenjeran. Hal ini dilakukan bukan niat negatif, tapi kita membawa Naskah untuk berlatih. Di suara ombak yang besar itu, kita membaca naskah agar melonggarkan pita suara kita.
Bagi Pak Addin sekarang yang masih mendapatkan ujian dari Allah SWT, masih belum bisa berteriak. “Dulu saya Alhamdulillah, tidak sombong. Saya nyanyi menirukan Charles bisa. Karena latihan,” ungkapnya dengan memberi semangat kepada mahasiswa. Jika beliau memiliki waktu senggang. Beliau masuk karaoke  dengan bernyanyi sendirian hingga dua puluh lagu dengan sekitar dua jam. “Pita suara saya masih gerok,” katanya sambil memegang leher. Beliau yakin suatu saat nanti bisa sembuh dengan izin Allah SWT. Beliau bercerita bahwa penyakit suara yang dideritanya itu sudah mencapai lima bulan, yang dimulai dari November, hingga April. “Allah belum mengijinkan saya untuk puliah kembali. sedangkan Prof. Ali enam bulan. Beliau enam bulan sakit, suaranya hilang itu,” curhatnya.
Anehnya, di luar dugaan dirinya. Beliau hari Jum’at tanggal 17 April menjadi pembawa acara pada Hari Ulang Tahun Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia di Masjid Nasional Al-Akbar surabaya yang dihadiri oleh Presiden RI, bapak Ir. H. Joko Widodo, yang disiarkan langsung TV9. “Ya Alhamdulillah, Allah mengijinkan saya, iso mettu suaraku. Itu yang heran saya,” ungkapnya. Menurutnya  Sound System pada waktu itu bagus. Teknik berbicaranya, beliau mengambil dengan sangat dekat sekali dengan microphone. Jadi tidak terlalu kelihatan kalau suaranya sedang bermasalah. “Alhamdulillah tidak ada yang komplain, Tapi selesai itu saya pulang, gerok maneh,” curhatnya. Artinya kita harus pandai-pandai mensiasati bagaimana karakter microphone serta bagaimana cara yang harus kita lakukannya. Mulut sebagai alat berbicara yang kita miliki harus mempunyai kepekaan yang tinggi.
Kalau microphone seperti ini, suaranya kalian ini gak masalah. Tapi buat saya yang sedang sakit. Saya harus mencari jarak yang aman,” ungkapnya sambil menunjuk pada microphone. Microphone yang baik, menurutnya adalah yang tidak terlalu memengkakkan telinga, tetapi juga tidak terlalu sulit didengarkan. Microphone brodcast di televisi jarak sekitar 30 cm itu sudah bagus, karena bisa mencapai jutaan. “Kalau microphone seperti ini bisa mencapai  250, 300,” katanya sambil menunjuk  microphone. Menurut beliau, kita sebagai calon host, presenter harus mengetahui karakteristik microphone. Bagaimana caranya kompilasi suara kita keluar dengan enak didengar, bisa dimengerti. Sehingga orang dapat mendengar dengan baik.
Menurutnya, berbicara itu harus diolah. Sebab orisinilitas sangat dibutuhkan. Beliau menceritakan ketika menjadi juri di IDMI (Ikatan Da’i Muda Indonesia), enam puluh persen peserta meniru gaya suara KH. Zainuddin MZ. “Anda oke meniru muballigh yang sedang kondang, tetapi Anda harus konsisten,” katanya kepada pesera pada waktu itu. Jangan sampai hari ini kita bisa tampil prima, bulan depan kita sudah hancur. Disebabkan selalu meniru gaya ceramah seseorang yang sedang tenar. Meniru suara, menurutnya, tidak akan mempertahankan konsistensianya. Jadi poinnya suara ini harus orisinil. “Tetapi kita harus masak suara itu,” tambahnya.
Beliau melarang kita untuk berbicara dengan nafas dada. Sebab pernapasan yang bagus itu adalah pernapasan perut. “Perut saya ini sudah main ketika berbicara,” katanya sambil mengganti microphone lainnya. Latihannya adalah kita sedot pakai hidung, kemudian kita lepas lewat mulut. Ketika kita nyedot, perut ditarik. Ketika kita keluarkan perut dikembungkan. Begitu seterusnya. Menurutnya, kalau sudah terbiasa, perut akan main dengan sendirinya. Jadi tanpa menggunakan perpasan hidung. Sehingga tidak mengganggu microphone, apalagi jika microphone-nya peka. Beliau menambahkan bahwa bernapas dengan perut akan lebih bagus. Sebab modulasi yang keluar, ia akan orisinil. Beliau menyarankan bahwa bagi wanita suara tidak perlu dipaksakan supaya ngebbas. Tetapi bagi laki-laki, itu akan sangat ideal suara yang punya bas. “Jangan sampai seperti di TV, orangnya ganteng, badannya besar dan kekar, tapi suaranya kecil,” katanya. Sehingga  teman-teman pun ketawa semua. Kan sering seperti itu, ada lelucon-lelucon seperti itu. Bagi cewek, munculkan
Menurutnya, orang yang memiliki cacat fisik itu sangat tidak memungkinkan untuk tampil mempesona sebagai Host. Terutama cacat fisik di daerah wajah. Sebab hal itu sangat menggangu konsentrasi penonton dan pemirsa. Kalau mungkin cacat fisik kaki tidak begitu bermasalah. Sebagaimana komeng yang sudah ngetop. “Padahal di jegglek, pincang. Tetapi semua orang tidak mengerti kalau komeng itu pincang. Tetapi untuk wajah dia sempurna, mulut sempurna, dia dapat bertutur kata dengan bagus, lucu, menarik perhatian orang,” tuturnya dengan memberi motivasi kepada mahasiswa. Menurutnya cacat kaki ini tidak terlalu menggangu konsentrasi. “Tetapi buat host. moto atau mripet rodok sipit titik, sing sici gedde, sing sici cilik,” katanya sambil melepaskan kacamat. Hal itu jelas gugur secara fisik atau mulutnya menceng dan lain sebagainya. Yang pasti cacat secara fisik mengganggu perhatian pemirsa dan penonton. Beda dengan cacat kaki yang masih bisa ditutupi dengan sepatu atau dengan yang lainnya.   
Apa yang dikatakan beliau bukan berarti menghina ciptaan Allah. Artinya memang persyaratan menjadi seorang host, presenter, pewawancara, itu kesiapan fisik dibutuhkan. Kesehatan jasmani, kesehatan rohani dibutuhkan.  Orang yang memiliki kesehatan jasmani, ia selalu menggunakan pakaian yang rapi, pantes, tidak terlalu norak, ini juga menjadi suatu hal yang patut kita perhatikan. “Saya bisa menilai remaja-remaja sekarang itu, kalau ada sepuluh barangkali. Belum tentu satu itu yang rapi. Kemudian bersih, pantes itu belum tentu,” katanya. Beliau membandingkan mahasiswa dulu dengan sekarang bagaikan langit dan bumi. Mahasiswa sekarang rata-rata menggunakan busana yang tidak rapi dan sering tidak sesuai dengan nilai-nilai moral dan agama.
Beliau membandingakan dengan dirinya yang dulu ketika masih kuliah sudah rapi sebagaimana saat ini yang sudah rapi. Artinya bukan sekarang saja bailu yang mencintai kerapian. Beliau kuliah dengan sepatu bersih, memakai kaos kaki, memakai sabuk, jika menggunakan baju berlengan panjang masukkan. Tak hanya itu jika baju denganlengan pendek ya tetap beliau masukkan. “Rambut saya ya sisir rapi. Tidak mengikuti jaman sekarang yang kayak itu,” Katanya sambil menunjuk ke Handika, yang memiliki rambut seperti jarum model sekarang. Teman-teman bersorak ria. Walau begitu, beliau mempersilahkan kita untuk menggunakan sesutau sesuai kemauan kita. Sebab hal itu adalah bagian dari hak kita. Beliau teringat seorang gurunya ketika masih di Muallimin pada tahun 1969 yang bernama Ustadz Ismail pernah mengatakan, “Nanti akan ada suatu jaman edan.” Menurutnya, walau jaman sudah hanyut seperti ini. Tapi kita sebagai pribadi muslim harus punya karakter, punya kepribadian, punya prilaku yang sesuai dengan tuntunan agama kita. Yaitu agama Islam, agama sempurna.
Menurut beliau, untuk tetap konsisten dalam berpakaian rapi memang sulit, dan harus membiasakan diri berpakain rapi. “Ya Alhamdulillah. Saya bukan bujuk’i. Alhamdulillah anak-anak saya rapi-rapi semua. Alhamdulilah saya bersyukur,” katanya. Menurtnya, semua anak-anaknya beliau senantiasa berpakaian rapi sebagaimana beliau. Hal ini penting sekali keteladanan orang tua dalam penanaman karakter untuk si buah hati, agar menjadi insan kamil.
Menjadi seorang host dan presenter harus menggunakan minyak wangi. ‘Ojok sampek rek, host mendekati narasumbernya dalam keadaana bau,” katanya dengan senyum manis. Sehingga membuat seluruh mahasiswa ketawa. Menurutnya hal Ini hal sepele namun sangat vital ketika tampil di depan umum. Beliau bercerita bahwa beliau mempunyai teman cewek. Anehnya ia memiliki suami yang baunya sangat kecut dan pahit. Walau begitu istrinya itu senang sekali kepada suaminya itul. Ketika Pak Addin mendekat di kantor dengan temannya yang cewek itu. Malah beliau Malah dielokno. Yang ketika itu beliau sangat wangi. “Wangi itu diellokno elek. Suamine sing ambune gak wuenak iku, dianggep apik, ya Allah,” katanya yang disambut ketawa oleh anak-anak.
Beberapa menit kemudian setelah selesai menjelaskan, beliau meminta teman-teman untuk praktik secara bergiliran. Praktek diawali oleh Mbak Azka, Mbak Nafis, Mbak Mahabbah, Mbak Fajriyah, Mbak Samroh, Mbak Baiti, Mbak Nitra, Mbak Ulifian, Mas Handhika, Mas Hakim, saya, Mas Faizin, Mas Hisyam, Mas Trisno, Mas Zein, Mas Rico dan yang terakhir adalah Mas Irfan.
Setelah Ulfian, adalah Hakim. Ia tampil tanpa membawa teks sebagaiman teman-teman lainnya. Di tengah praktek menjadi presenter itu, ia lupa sehingga berhenti sejenak. Teman-teman pun yang ada di kelas tertawa berbahak-bahak. Pak Addin mengatakan bawah apa yang dilakukan Hakim merupakan over convident (percaya diri yang berlebihan). Hal itu tidak baik. Beliau menjelaskan, orang yang memiliki rasa percaya diri secara berlebihan, merasa bahwa ia akan mampu melaksankan dan dapat tampil secara mempesona. Tapi menurut Pak Adin, apa kenyataanya dengan Hakim, ia lupa disebabkan oleh kepercayaan diri yang berlebihan.
Setelah hakim selesai praktek. Kini adalah giliran saya.  Agar tampil dengan maksimal, kemudian saya membawa teks. Ketika tampil saya lebih banyak melihat ke audiens dari pada membaca teks yang saya bawa. Inilah teks saya,
“Selamat siang pemirsa  yang ada di studio maupun yang ada di rumah, jumpa lagi dengan saya SYAMSU RIYANTO, dalam acara kesayagan kita, KAIN NAWAWI (Kajian Kitab Arbain An-Nawawi).
Senang sekali rasanya saya dapat menemani anda selama 30 menit kedepan, tentunya dengan tema yang menarik,  dan narasumber yang ahli di bidang Psikologi Islam.Pada saat ini banyak probelmatika sosial yang terjadi, salah satu penyembabnya karena emosi dan marah yang berelebihan.
Inilah se abnya edisi kali ini, kita akan mengangkat topik yg sangat menarik, yaitu “Larangan Marah”, mengapa masih banyak orang yang marah, dan bagaimana solusinya, mari kita simak bersama jawabannya.
Pemirsa, di studio kita sudah kedatangan tamu yang spesial, ada Ustadzah Nitra Galih Imansari.Langsung saja kita sapa tamu kita hari ini. Assalamu’alaikum ibu ustadzah.”
Itulah yang saya. Setelah tampil, Pak Addin langsung mengoreksi terhadap kesalahan-kesalahan saya. Beliau memerintahan saya untuk tampil dengan jantan, tanpa meniru seperti seorang wanita. Begitulah pesan inspiratif darinya. Menurut Pak Addin, ketika saya tampil dari awal hingga akhir terkesan menggunakn gaya yang feminin. Beliiau menyuruh kita untuk tampil secara maskuilin ketika tampil di masa yang akan datang an seterusnya. Setelah teman-teman selesai tampil. Pak Addin berdiri dan memberikan korekai dan pengarahan secara umum. Menurutnya, agar kita semakin baik dalam bidang host dan, maka tidak lain cara yang paling efektif adalah berlatih dan berlatih.
Pak Addin pun duduk. Kemudian Prof Ali Aziz yang menggantikan memberikan pengarahan kepada kita. Menurut penulis Terapi Shalat Bahagi itu. Mengapa kita harus membawa teks ketika tampil. Sedangkan teks yang perlu kita hafalkan itu teidka banya, hanya sedikit sekali. Hal itulah yang menjadi salah satu penyebab kita tampil kurang maksimal. “Tapi gak papalah hidup itu masih koma,” katany dengan memberi semangat kepada mahasiswa untuk tetap tampil mempesona walau masih memiliki banyak kekurangan.
Kuliah kemudian diakhiri dengan doa yang dipimpin langsung oleh Prof Ali. “Allahumma Shallai ‘ala sayyidina Muhammad. Allahumma la tadza’lana dzanban illa ngafartah, wala hamman illa farajtah. Wahai Allah, saya sebagai dosennya, Pak Addin sebagai dosennya. Anak-anakku sekalian ini, wahai Allah engkau pasti-pasti Maha Mengampuni kami. Wala hamman illa farajtah, siapapun yang sedang susah di antara kami, Engkaulah yang Maha menghilangkan kesusahanya Ya Allah. Ya Allah jadikanlah setiap matahari terbit di ufuk timur. Itulah masa depan cerah kami. Ya Allah, matahari terbenam di ufuk barat. Ya Allah kami yakin, yakin, yakin apa saja kegelisahan kami, engkaulah yang akan menguburkannya sebagaimana matahari terbenam diufuk barat,”itulah sebagian doa yang masih saya ingat dari Prof Ali.
Terakhir, kita bersalaman dengan Prof Ali dan Pak Addin. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kepada keduanya rahmat dan mengampuni segala dosa-dosanya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar