Rabu, 30 April 2014

MAHASISWA DAN REFORMASI



MAHASISWA DAN REFORMASI
SYAMSURIYANTO[1]
Sejarah Indonesia selalu mencatat, bahwa mahasiswa adalah lokomotif sebuah pergerakan dan pembaharuan bangsa yang menempatkan mahasiswa sebagai basis intelektual yang gemilang. Rekaman sejarah mahasiswa dengan warna kepahlawanannya menunjukkan ketulusan mereka berpijak pada kepentingan-kepentingan moral, bukan berpijak pada kepentingan-kepentingan temporer. Meraka akan selalu mendobrak kezaliman yang ada di depan mata, ketika hak-hak masyarakat dinikmati oleh sekelompok orang tak bertanggung jawab. Suara dan bisikan nurani mahasiswa ada hubungan batin dengan nurani masyarakat. Sehingga ketika mereka menyuarakan hak-hak yang dirampas, masyarakat sudah merasa terwakili dengan aksi-aksinya. Pengaruh dan peran mahasiswa selalu terukir dengan tinta emas dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia
Tanggal 12 Mei 2013 yang lalu sudah genap 15 tahun peringatan “Tragedi Trisakti”, yaitu penembakan yang dilakukan terhadap mahasiswa Universitas Trisakti saat malakukan demonstrasi untuk menuntut lengsernya Presiden Soeharto dari jabatannya yang sudah memimpin negeri ini sekitar 32 tahun. Tragedi itu menewasakan 4 orang mahasiswa Universitas Trisakti yaitu, Elang Mulya Lesmana, Heri Hertanto, Hafidin Royan dan Hendriawan Sie, yang kemudian disebut sebagai “Pahlawan Reformasi”.
Tanggal 21 Mei 1998 merupakan babak baru perubahan bangsa Indonesia menuju kearah yang lebih baik dengan semangat baru serta harapan baru. Era yang diharapkan terjadinya Tata Pemeritahan yang Baik (Good Governance) yang jauh dari korupsi, kolusi dan nepotisme. Era yang diharapakan dapat menyalurkan aspirasi rakyat serta memberikan keadilan kepada setiap elemen yang ada dimasyarakat. Era itu yang kemudian kita kenal dengan “Era Reformasi”. Semua itu tidak lepas dari pengaruh mahasiswa Indonesia yang berhasil melengserkan kekuasaan Presiden Soeharto. Perjuangan mahasiswa yang menuntut reformasi disegala bidang sudah menunjukkan hasil pada saat ini.

Agent of Change
Agent of Change itulah gelar yang diberikan kepada mahasiswa. Gelar itu diberikan bukan tanpa alasan, melainkan karena besarnya kontribusi mahasiswa terhadap perjalanan sejarah bangsa ini. Mulai dari kebangkitan nasional, kemerdekaan, hingga reformasi yang menempatkan mahasiswa berada pada barisan terdepan untuk memperjuangkan aspirasi rakyat. Meraka melakukan perubahan dari era diktator menuju era demokrasi.
Kembali pada persoalan mahasiswa sebagai Agent of Change, mereka harus menyadari bahwa mereka menjadi tumpuan kebangkitan negeri ini. Peran Mahasiswa sebagai Agent of Change ini diharapkan mampu memperjuangkan hak-hak kaum tertidas (masyarakat miskin) serta mengembalikan nilai-nilai kebenaran yang diselewengkan oleh oknum-oknum elit-elit politik

Agent of Control,
Peran mahasiswa sebagai Agent of Control terjadi ketika ada sesuatu yang tidak jelas dan ganjil antar masyarakat dan pemerintah. Masyarakat merasakan bahwa pemerintah saat ini merugikan rakyat. Pemerintah hanya memberikan janji-janji palsu kepada masyarakat ketika melakukan kampanye. Pemerintah hanya memikirkan keluarga dan diri sendiri, mungkin mereka lupa atau sengaja terhadap janji-janjinya. Hal ini adalah cerminan bagi mahasiwa bahwa mereka adalah anak dari masyarakat untuk melakukan tindakan pengawasan terhadap kesalahan-kesalahan yang dilakukan pemerintah.
Tindakan yang dilakukan mahasiwa tidak hanya menyuarakan aspirasinya dijalan raya, tapi lebih mengarah kepada hal-hal yang esensi yaitu musyawarah dan diskusi. Dari hasil musyawarah dan diskusi itu, mahasiwa lebih bijaksana dalam menyuarakan aspirasinya dijalan raya tanpa anarkisme. Mahasiswa yang bermoral adalah mahasiswa yang bertindak tanpa mendahulukan emosi dari pada intelektual.
Mahasiswa harus selalu mengontrol terhadap segala perubahan yang ada, agar tujuan dan cita-cita yang diharapkan tidak melenceng dari tujuan semula. Dengan tingkat keinteletualannya, mahasiswa harus bertindak secara objektif, sistematis dan  rasional, agar semua masalah yang terjadi dapat diselesaikan secara efektif dan efisien.

Iron Stock
Mahasiswa diharapkan mampu menggantikan generasi sebelumnya dengan skill yang tangguh dan moral yang baik. Tak dapat dipungkiri bahwa setiap organisasi dan struktur sosial yang ada akan mengalami perpindahan kekuasaan, dari golongan tua pindah ke golongan muda. Mahasiswa sebagai calon pemimpin bangsa harus lebih bersosial dengan masyarakat. Karena tidak bisa dipungkiri mahasiswa akan menjadi masyarakat.
Mahasiswa harus tetap komitmen pada diri sendiri dan masyarakat untuk tetap membela rakyat kecil dan memperjuangkan keadilan serta tidak memperkaya diri sendiri ketika kelak menjadi pemimpin bangsa. Jangan sampai mahasiswa yang berintelektual tinggi dikalahkan oleh hawa nafsunya. Intelektual dan moral baik harus berjalan sejajar, sehingga menjadikannya manusia yang baik serta berhati-hati dari perbuatan menipu rakyat.

Potret Mahasiswa sekarang
Ketika kita membandingkan, terdapat perbedaan antara mahasiswa dulu dengan mahasiswa sekarang. Mahasiswa dulu sudah banyak memberikan peranan dan pengaruh yang besar terhadap bangsa ini. Kegiatan-kegiatan ilmiah, diskusi, seminar dan musyawarah keilmuan yang menjadi kebudayaan mahasiswa dulu, sekarang sudah tidak diminati lagi bahkan ditinggalkan oleh mahasiswa sekarang.
Tidak bisa dipungkiri, tawuran antar mahasiswa kerap terjadi di negara kita. Misalnya, tawuran antar mahasiswa yang terjadi di sejumlah kampus di Makasar merupakan bencana dan konflik sosial. Konflik itu mungkin berawal dari masalah pribadi kemudian meningkat menjadi konflik komunitas, dengan melibatkan suku, golongan dan daerah asal.  Selama tahun 2013 ini sudah banyak terjadi tawuran antar mahasiswa di beberapa kampus di Indonesia. Mulai tawuran antar mahasiswa jurusan Teknik Sipil melawan mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Hasanuddin pada tanggal 26 Februari 2013 yang tidak ada korban jiwa dalam tawuran itu, namun terjadi baku hantam antar kedua belah pihak mahasiswa yang menyebabkan pecahnya beberapa gedung Baruga. Kemudian tawuran antar mahasiswa akibat pemilihan Dewan Mahasiswa  STAIN Watampone, Bone Sulawesi Selatan pada tanggal 28 Maret 2013. Keributan terjadi lagi di kampus Universitas Muslim Indonesia Makasar pada bulan April 2013. Tawuran juga terjadi  antar mahasiswa Universitas Kristen Indonesia (UKI) dengan Universitas Yayasan Administrasi Indonesia tanggal 26 April 2013.
Tindakan mahasiswa yang setara dengan tawuran adalah anarkisme saat melakukan demonstrasi. Tindakan dengan merusak fasilitas umum, terjadi lempar-lemparan dengan petugas,  jelas bukan mengatasi masalah justru menambah masalah. Hal itu terjadi karena para demonstran merasa tidak ditanggapi atau merasa kurang puas dengan tanggapan yang didemo. Maka, demonstrasi yang dilakukan secara damai kemudian berubah menjadi anarkisme.  Mereka seakan-akan lupa kalau dirinya adalah mahasiswa.
Kepribadian mahasiswa sekarang masih jauh dari kemandirian dan kedewasaan akibat pengaruh dari westernisasi, yang selalu mengedepankan aksi dan emosi dari pada substansi. Sehingga semakin hari jiwa nasionalisme dan patriotismenya semakin terkikis. Mahasiswa saat ini, harus mempertimbangkan segala aspek untuk menentukan orientasinya ke depan. Mahasiswa juga jangan melupakan tugas dan fungsinya sebagai mahasiswa agar setiap tindakan yang dilakukan mempunyai visi dan misi yang jelas serta tanpa hambatan.
Kita sebagai mahasiswa jangan hanya melakukan demonstrasi, apalagi diiringi dengan anarkisme. Kita sebaiknya berpikir secara rasional dan positif sehingga menghasilkan solusi yang baik untuk negara dan pemerintah kita. Kita sebaiknya mengkritik pemerintah secara konstruktif bukan malah destruktif. Sehingga kita tidak kehilangan eksistensi kita sebagai mahasiswa yang tetap melanjutkan perjuangan generasi sebelum kita yang telah sukses berjuang menegakkan kebenaran di tanah air kita ini.
Kita patut bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan gelar “ mahasiswa” kepada kita. Tidak seharusnya kelakuan urakan dan emosional kita perturutkan. Berapa banyak masyarakat Indonesia yang pernah merasakan sebagai mahasiswa? hanyalah segelintir orang yang merasakan manisnya menjadi mahasiswa. Inilah kesempatan emas bagi kita untuk terus berkarya demi kemakmuran bangsa ini.


[1] Mahasantri Pesantren Mahasiswa (PesMa) UIN Sunan Ampel Surabaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar