Oleh:
Syamsuriyanto
A.
PENDAHULUAN
Awal sejarah Islam Amerika Serikat
mengikuti arus yang sejalan dengan sejarah perjalanan anak manusia yang
mengikuti hukum alam. Siapa yang kuat dialah yang menang. Dalam hal ini, umat
Islam yang saat itu sebagai budak-budak hitam merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari sejarah Amerika itu sendiri. Belum ada catatan yang pasti dan
di terima semua pihak tentang kapan pertama kalinya orang-orang Islam datang ke
Amerika. Sebagian ahli sejarah kontemporer telah berspekulasi bahwa para pelaut
muslim adalah orang-orang pertama yang menyeberangi samudra Atlantik dan tiba
di pantai-pantai Amerika. Ahli-ahli sejarah lainnya telah berspekulasi bahwa
Chiritopher Columbus telah di bombing, untuk mendarat di benua tersebut oleh
navigator-navigator dan pembantu-pembantu Muslim Andalusia atau Maroko yang
jasa-jasanya telah Colombus beli.
Menurut seorang ahli geografi
berkebangsaan Arab, Al-Syerif Al-Idrisi, delapan petualang berkebangsaan Arab
telah berlayar dari Lisabon, Portugis, mencoba menemukan daerah di seberang
lautan Atlantik. Disebutkan bahwa mendarat di Amerika Selatan. Ahli-ahli
sejarah telah menyangkal bahwa laporan Al-Idrisi ini telah mengilhami Columbus
untuk mencapai Timur dengan berlayar kebarat yang ternyata menuntunnya ke
Amerika.
Sumberlain mengatakan Islam masuk ke
Amerika yang di bawa oleh para petualang masih diragukan, informasi mengenai
kedatangan orang-orang Islam asal Afrika antara abad XVI dan XVIII, lebih
dapat dipastikan.[1]
Pada dasarnya masyarakat Amerika
adalah masyarakat yang menganut agama, dan Islam menjadi salah satu agama yang
paling berdampingan dengan Kristen dan Yahudi. Dalam beberapa tahun terakhir
agama yang satu ini melaju ke permukaan dengan pesat dan menjadi fenomena
paling menarik untuk dicermati, terutama banyak masyarakat yang terkejut dengan
fakta-fakta yang menunjukkan bahwa Islam dapat berkembang dengan baik di
Amerika.[2]
Hal ini menunjukkan bahwa Islam dapat diterima oleh masyarakat Amerika yang
cenderung hedonis.
Penduduk Muslim sendiri meningkat
secara mengesankan. Namun, serangkaian peristiwa telah menciptakan atmosfer
yang menyebabkan Islam menjadi sasaran kritik dan dimusuhi. Revolusi Iran 1979,
serbuan Israel ke Lebanon, Pengeboman terhadap Libya, kontroversi di sekitar
publikasi novel Salman Rusdie, Ayat-ayat Setan, dan yang paling akhir
meletusnya bom di World Trade Center (WTC), mendorong munculnya kritik tajam,
terhadap Islam di media-media maupun kehidupan publik AS. Hal itu menyebabkan
Islam identik dengan kekerasanan dan terorisme.
B.
Sekilas Tentang Benua
Amerika
Banyak orang menafsirkan Benua Amerika sebagai
negara Amerika Serikat, padahal negara Amerika Serikat hanyalah bagian dari
wilayah Benua Amerika yang terletak di bagian Utara. Adapun negara-negara di
bagian Selatan Benua Amerika lebih dikenal dengan sebutan negara-negara Amerika
Latin.
Amerika adalah sebuah benua di duni ayang
merujuk kepada wilayah daratan di antara Samudra Pasifik dan Samudra Atlantik. Benua ini umumnya dibagi menjadi
tiga, yaitu Amerika Utara, Amerika Tengah, Dan Amerika Selatan. Istilah ini
juga merujuk kepada wilayah Karibia, pulau-pulau sekitar Laut Karibia, dan
Greenland (namun bukan Islandia)
1. Letak, Luas, dan Batas
Amerika adalah benua terbesar kedua yang
terletak di belahan bumi sebelah Barat. Secara astronomis, benua ini terletak
antara ± 80°LU - 56°LS dan ±170°BB – 36°BB. Bentuk wilayahnya yang memanjang
ini seolah-olah menghubungkan daerah Kutub Utara dengan Kutub Selatan.
Luas wilayah daratannya mencapai ± 41.825.581
km² atau sekitar 28,1% dari seluruh luas wilayah daratan dunia dengan
batas-batas berikut ini:
a.
Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Arktik dan
kawasan Kutub Utara.
b.
Sebelah Timur berbatasan dengan Samudra
Atlantik.
c.
Sebelah Barat dan Selatan berbatasan dengan
Samudra Pasifik.
2. Kondisi Fisik Benua Amerika
Secara geografis, Benua Amerika dapat dibagi
menjadi tiga kawasan, yaitu kawasan Amerika Utara, kawasan Amerika Tengah dan
kawasan Amerika Selatan (Amerika Latin). Ketiga kawasan tersebut mempunyai
karakteristik yang berbeda satu sama lain.
Wilayah
Benua Amerika yang bersifat meridian menjadikan benua ini memiliki semua jenis
iklim matahari berikut ini:
a.
Iklim tropis: terdapat di kawasan Amerika
Selatan, tepatnya di kawasan Lembah Amazone (Brasil).
b.
Iklim subtropis: terdapat di kawasan Amerika
Serikat (Amerika Utara) dan di kawasan Argentina (Amerika Selatan).
c.
Iklim dingin: terdapat di bagian Utara, yaitu
di Alaska (Amerika Serikat) dan bagian Utara Kanada.
Selain itu, terdapat juga iklim kontinental di
bagian tengah benua, baik di wilayah Utara maupun di wilayah Selatan, serta
terdapat juga iklim laut di kawasan Amerika Tengah, khususnya di Kepulauan
Karibia dan di wilayah-wilayah sepanjang pantai.
C.
Sejarah Masuknya Islam di Benua Amerika
Para pengamat kemunculan Islam di
Amerika Utara kebanyakan memandang bahwa kedatangan pertama yang sesungguhnnya
orang-orang muslim di Amerika Serikat terjadi pada pertengahan dan akhir abad
ke-19. Dan memang pada saat itulah para imigran muslim yang pertama terutama
dari Timur Tengah mulai datang ke Amerika Utara dengan maksud untuk memperoleh
peruntungan besar ataupun kecil kemudian kembali ke tanah airnya.
Sebagian kini para akademisi
berpendapat bahwa selama hampir dua abad sebelum perjalanan Christopher
Columbus di tahun 1492 M, orang-orang muslim telah melakukan pelayaran dari
Spanyol dan sebagian pesisir barat laut Afrika ke Amerika Utara dan Selatan dan
sebagian bahkan ikut menjadi awak Columbus. Para penjelajah itu konon telah
menembus sebagian besar wilayah Amerika Selatan dan Utara, bergaul dan sebagian
menikah dengan orang asli Amerika.[3]
Bukti-bukti yang mendukung
pernyataan ini diantara benda-benda peninggalan sejarah (artefak),
tulisan-tulisan dan laporan kisah-kisah para saksi mata. Namun, masih agak
meragukan sehingga teori semacam ini masih berupa dugaan-dugaan belaka.
Tahun 1492 memiliki arti bersejarah
tak hanya karena perjalanan Columbus. Melainkan karena tahun tersebut
menandakan berakhirnya secara resmi kehadiran Islam di semenanjung Iiberia yang
kini dikenal sebagai Spanyol dan Portugal. Setelah menikmati pemerintahan yang
gemilang pada abad ke-9 dan ke-10 di Kordoba, dan menguasai kabilah-kabilah di
Afrika Utara pada abad-abad berikutnya, kaum Muslim melihat kejayaan mereka
semakin merosot. Pada tahun 1474 M pasangan suami istri Fernando dari Aregon
dan Isabela dari Sevilla berhasil menyatukan dua kerajaan yang terpisah. Mereka
dikenal sebagai raja dan ratu Katolik berkat jasa-jasa mereka menyatukan kembali
seluruh Spanyol di bawah agama Kristen. Mereka merampas wilayah kekuasaan
terakhir kaum muslim di Granada pada tahun 1492. Semenjak berakhirnya abad
ke-15 orang-orang muslim (sering disebut orang Moor) di semenanjung Iberia
dipaksa memilih satu diantara pilihan yang tak menguntungkan yakni berpindah ke
agama Kristen, imigrasi atau hukuman mati. Orang yang memilih pilihan pertama
tetap menjalankan agama mereka secara diam-diam dan tetap mengadakan pertemuan
rahasia umat Islam selama berabad-abad. Sebagian lainnya mencoba memberontak
secara terang-terangan dan akibatnya mereka diusir dari negerinya yang
sebelumnya merupakan satu dari sedikit contoh keharmonisan budaya Islam dan
Kristen.[4]
Semakin banyak bukti bermunculan
yang menunjukan bahwa sebagian orang-orang Moor yang dipaksa pergi tersebut
berhasil menuju kepulauan Karibia dan bahkan sebagian lainnya berhasil mencapai
bagian selatan Negara Amerika Serikat masa kini. Para akademisi dari berbagai
disiplin ilmu terus berupaya membuktikan teori-teori tersebut yang dipandang
oleh muslim AS sebagai bukti bahwa bahwa Islam berperan dalam sejarah awal AS.
Kemungkinan adanya hubungan dengan budaya Spanyol yang semacam itu terutama
menarik hati AS keturunan Amerika Latin yang tertarik dengan ajaran Islam.
Hampir pasti bahwa Muslim yang
menyeberangi Atlantik dan juga Pasifik jauh sebelum Columbus mencapai dunia
baru. Namun kunjungan ini sama sekali tidak meningglkan bekas yang yang tidak
hilang-hilang. Yang paling terkenal dari mereka ini adalah Jenderal Estevanio
de Azemor yang nama muslimya tidak diketahui. Muslim. Dia dapat mencapai
wilayah New Mexico dan Arizona. Naumn muslim pertama ini tidak dapat memelihara
Islam dalam kalangan keturunannya. Selama periode yang sama seorang pangeran
Mesir dengan nama Nasir al-Din bergabung dengan Suku Mohawk di daerah yang
membentuk negara bagian New York sekarang. Dia menduduki kedudukan yang sangat
tinggi dalam suku ini.[5]
Kaum muslim di Amerika Serikat
terdiri dari para imigran yang dari keturunan Afrika (Afro-Amerika), penduduk
Eropa yang masuk Islam, dan para pendatang sementara (mahasiswa, diplomat dan
lainnya). Komposisi asal-usul mereka adalah: Afrika(42 %); Asia Selatan (India,
Pakistan, Bangladesh (24,4 %));Turki (2,4%); Asia Tenggara (2%); Kulit Putih
Amerika (1,6 %); dan lain-lain (6,4 %) termasuk sekitar 5.000 muslim keturunan
Spanyol (Hispanik).
Sebagian besar mereka, sekitar 70 %,
tinggal di sepuluh Negara bagian: California, New York, Illinois, New Jersey,
Indiana, Michigan, Virginia, Texas, Ohio, dan Maryland.[6]
Para imigran muslim datang ke
Amerika Serikat dengan alasan-alasan yang beragam. Diantaranya dengan adanya
gelombang-gelombang masuknya islam di benua amerekia:
1.
Gelombang Pertama,
Gelombang
pertama, Imigrasi kaum muslim ke Negara ini berlangsung pada sekitar tahun
1875, dari wilayah yang saat itu dikenal sebagai Greater Syria (suriah Besar
[kini mencakup Suriah sendiri, Libanon, Yordania dan palestina]). Daerah ini
dulunya dikenal sebagai Suriah Raya yang diperintah oleh Kekaisaran Ottoman.
Mereka pada umumnya miskin keterampilan dan tidak cukup terdidik, serta
sebagian besar petani yang berharap bisa sukses secara financial di Amerika
Serikat untuk pada suatu saat kembali ke tanah air. Tetapi, karena kesempatan
kerja terbatas, mereka terpaksa bekerja sebagai buruh di pabrik, pelabuhan, dan
lainnya.sebagian menetap di wilayah Midwest. Pengelaan mereka menarik minat
rekan-rekan mereka yang lain. Arus migrasi ini terus berlangsung sampai pada
akhir Perang Dunia I.
2.
Gelombang Kedua
Gelombang
Kedua menyusul pada tahun 1920-an untuk kemudian terhenti karena Perang Dunia
II. Setelah Kekaisaran Ottoman runtuh pada Perang
Dunia I (PD I), terjadi
gelombang kedua imigrasi kaum Muslim dari Timur Tengah, dimana dalam periode
ini pula dimulainya kolonialisme Barat di Timur Tengah. Pada tahun 1924, aturan
keimigrasian AS disahkan, yang segera membatasi gelombang kedua imigrasi ini
dengan memberlakukan "sistem kuota negara asal". Hanya orang yang berkulit
hitam atau Kaukasia saja yang boleh masuk ke Amerika Serikat. Orang Arab
dianggap tidak termasuk ke dalam dua kategori itu.
3.
Gelombang Ketiga
Gelombang
Ketiga antara pertengahan tahun 1940-an da pertengahan 1960-an berlangsung
bersamaan dengan terjadinya berbagai perubahan penting di luar Amerika Serikat.
Selain itu Jane Smith berpendapat bahwa Periode Gelombang ketiga terjadi pada
1947 sampai 1960, dimana terjadi peningkatan jumlah Muslim yang datang ke AS,
yang kini berasa dari negara-negara di luar Timur Tengah.[7]
Kaum muslim yang masuk AS dalam kategori ini lebih terdidik. Sebagian besar
mereka hijrah karena penindasan politik. Kontingen terbesarnya adalah orang
Palestina yang terusir dengan didirikannya Israel (1948), orang Mesir yang
merasa dirugikan oleh kebijakan nasionalisasi Presiden Gamal Abdul Nasser dan
orang Islam Eropa Timur yang mencoba melarikan diri dari akibat perang Dunia II
dan pemerintahan Komunis. Pada saat yang sama, terutama pada tahun 1960-an
berbagai perubahan berlangsung dalam kebijakan keimigrasian AS. Pasar kerja
makin meluas dan Negara ini membutuhkan kaum imigran yang potensial untuk
mengisi pos-pos itu. Di sini batasan-batasan etnis atau ras diperlonggar.
4.
Gelombang Keempat
Gelombang
Keempat berlangsung sekitar tahun 1967 dan masih berlangsung sampai sekarang.
Mereka umumnya sangat terdididk dan fasih berbahasa Inggris. Imigrasi mereka
terjadi dengan berbagai alasan seperti untuk peningkatan kemampuan profresional
dan menghindari penindasan Pemerintah. Mereka juga ada yang berniat untuk
menetap atau mendakwahkan Islam di Negara ini. Selain itu Jane Smith
berpendapat bahwa Gelombang keempat juga terjadi pada tahun 1965 disaat
Presiden Lyndon Johnson menyokong rancangan undang-undang keimigrasian yang
menghapuskan sistem kuota negara asal yang sudah bertaha lama.[8]
D.
Saksi-Saksi dan Fakta-Fakta Peradapan Islam di Benua Amerika
Sejarah resmi
selama ini mengatakan bahwa Christopher Columbus-lah yang menemukan daratan
luas yang kemudian disebut Amerika. Hal ini ternyata tidak benar. Karena 70
tahun sebelum Columbus menjejakkan kaki di amerika, daratan yang disangkanya
India, Laksamana Muslim dari China bernama Ceng Ho (Zheng He) telah mendarat di
Amerika. Bahkan berabad sebelum Ceng Ho, pelaut-pelaut Muslim dari Spanyol dan
Afrika Barat telah membuat kampung-kampung di Amerika dan berasimilasi secara
damai dengan penduduk lokal di sana. Penemu Amerika bukanlah Columbus. Penemu
Amerika adalah Umat Islam. Mereka menikah dengan penduduk lokal, orang-orang
Indian, sehingga menjadi bagian dari local-genius Amerika.
Satu sumber mengatakan ternyata
sebelum kedatangan Christoper Columbus (yang katanya penemu benua Amerika),
umat Islam sudah terlebih dahulu menemukannya. Sebuah fakta yang tak
terbantahkan lagi jika umat Islam sudah lebih dulu berada di daratan luas yang
kini bernama Amerika, jauh beberapa abad sebelum kedatangan Columbus yang
meng-klaim sebagai penemu Amerika. Fakta yang paling gampang ditemui nama
serupa dengan kota suci umat Islam seperti Mecca di Indiana, Medina di Idaho, Medina
di New York, Medina dan Hazen di North Dakota, Medina di Ohio, Medina di
Tennessee, Medina di Texas yang paling besar dengan penduduk 26,000, Medina di
Ontario Canada, kota Mahomet di Illinois, Mona di Utah, dan Arva di Ontario
Canada, dan beberapa nama seperti California (Caliph Haronia), Alabama (Alah
Bumnya), Arkansas (Arkan-sah) dan Tennesse (Tanasuh), T Allah Hassee
(Tallahassee), Alhambra, Islamorada dan sekitar 500 nama kota lainnya berasal
dari kata Arab.[9]
Christopher Columbus menyebut Amerika sebagai 'The New World' ketika pertama
kali menginjakkan kakinya di benua itu pada 21 Oktober 1492. Namun, bagi umat
Islam di era keemasan, Amerika bukanlah sebuah 'Dunia Baru'.
Sebab, 603 tahun sebelum penjelajah
Spanyol itu menemukan benua itu, para penjelajah Muslim dari Afrika Barat telah
membangun peradaban di Amerika. Klaim sejarah Barat yang menyatakan Columbus
sebagai penemu benua Amerika akhirnya terpatahkan. Sederet sejarawan menemukan
fakta bahwa para penjelajah Muslim telah menginjakkan kaki dan menyebarkan
Islam di benua itu lebih dari setengah milenium sebelum Columbus. Secara
historis umat Islam telah memberi kontribusi dalam ilmu pengetahuan, seni,
serta kemanusiaan di benua Amerika.[10]
1.
Kesaksian Fareed H Numan dalam karyanya “American Muslim
History A Chronological Observation”
''Tak perlu diragukan lagi,
secara historis kaum Muslimin telah memberi pengaruh dalam evolusi masyarakat
Amerika beberapa abad sebelum Christopher Columbus menemukannya,'' tutur Fareed
H Numan dalam “American Muslim History A Chronological Observation”.
Sejarah mencatat Muslim dari Afrika telah menjalin hubungan dengan penduduk
asli Amerika, jauh sebelum Columbus tiba.
2.
Kesaksian Ivan Van Sertima dalam karyanya “They Came
Before Columbus“
Sejarawan Ivan Van Sertima dalam
karyanya “They Came Before Columbus“ membuktikan adanya kontak antara
Muslim Afrika dengan orang Amerika asli. Dalam karyanya yang lain, African
Presence in Early America, Van Sertima, menemukan fakta bahwa para pedagang
Muslim dari Arab juga sangat aktif berniaga dengan masyarakat yang tinggal di
Amerika.[11]
Van Sertima juga menuturkan, saat
menginjakkan kaki di benua Amerika, Columbus pun mengungkapkan kekagumannya
kepada orang Karibian yang sudah beragama Islam. "Columbus juga tahun
bahwa Muslim dari pantai Barat Afrika telah tinggal lebih dulu di Karibia,
Amerika Tengah, Selatan, dan Utara," papar Van Sertima. Umat Islam yang
awalnya berdagang telah membangun komunitas di wilayah itu dengan menikahi
penduduk asli.[12]
Menurut Van Sertima, Columbus pun mengaku
melihat sebuah masjid saat berlayar melalui Gibara di Pantai Kuba. Selain itu,
penjelajah berkebangsaan Spanyol itu juga telah menyaksikan bangunan masjid
berdiri megah di Kuba, Meksiko, Texas, serta Nevada. Itulah bukti nyata bahwa
Islam telah menyemai peradabannya di benua Amerika jauh sebelum Barat tiba.[13]
3.
Kesaksian Dr Barry Fell dalam karyanya “Saga America”
Fakta lainnya
tentang kehadiran Islam di Amerika jauh sebelum Columbus datang juga
diungkapkan Dr Barry Fell, seorang arkeolog dan ahli bahasa dari Universitas
Harvard. Dalam karyanya berjudul “Saga America”, Fell menyebutkan bahwa
umat Islam tak hanya tiba sebelum Columbus di Amerika. Namun, umat Islam juga
telah membangun sebuah peradaban di benua itu.
Fell juga
menemukan fakta yang sangat mengejutkan. Menurut dia, bahasa yang digunakan
orang Pima di Barat Daya dan bahasa Algonquina, perbendaharaan katanya banyak
yang berasal dari bahasa Arab. Arkeolog itu juga menemukan tulisan tua Islami
di beberapa tempat seperti di California.
Di
Kabupaten Inyo, negara bagian California, Fell juga menemukan tulisan tua
lainnya yang berbunyi 'Yasus bin Maria' yang dalam bahasa Arab berarti
"Yesus, anak Maria". "Ini bukan frase Kristen,'' cetus Fell.
Faktanya, menurut dia, frase itu ditemukan dalam kitab suci Alquran. Tulisan
tua itu, papar dia, usianya lebih tua beberapa abad dari Amerika Serikat.
Arkeolog dan
ahli bahasa itu juga menemukan teks, diagram, serta peta yang dipahat di batu
yang digunakan untuk kepentingan sekolah. Temuan itu bertarikh antara tahun 700
hingga 800 M. Teks serta diagram itu berisi mata pelajaran matematika, sejarah,
geografi, astronomi, dan navigasi laut. Bahasa pengajaran yang ditemukan itu
menggunakan tulisan Arab Kufi dari Afrika Utara. Sejarawan seni
berkebangsaan Jerman, Alexander Von Wuthenau, juga menemukan bukti dan fakta
keberadaan Islam di Amerika pada tahun 800 M hingga 900 M. Wuthenau menemukan
ukiran kepala yang menggambarkan seperti bangsa Moor. Itu berarti, Islam telah
bersemi di Amerika sekitar separuh milenium sebelum Columbus lahir. Dia juga
menemukan ukiran serupa bertarik 900 M hingga 1500 M. Artifak yang ditemukan
itu mirip foto orang tua yang biasa ditemui di Mesir.
Dr. Barry Fell
dari Harvard University menulis bahwa fakta-fakta ilmiah telah menunjukkan bahwa
berabad-abad sebelum Columbus, telah bermukim kaum Muslimin di Benua Baru dari
Afrika Utara dan Barat. Dr. Fell mendapatkan adanya sekolah-sekolah Islam di
Valley of Fire, Allan Springs, Logomarsino, Keyhole, Canyon, Washoe, dan
Hickison Summit Pass (Nevada), Mesa Verde (Colorado), Mimbres Valley (New
Mexico) dan Tipper Canoe (Indiana) dalam tahun-tahun 700-800.[14]
4.
Kesaksian Youssef Mroueh dalam karyanya “Muslim in The
Americas Before Columbus”
Youssef Mroueh dalam tulisannya “Muslim
in The Americas Before Columbus” memaparkan penuturan Mahir Abdal-Razzaaq
El, orang Amerika asli yang menganut agama Islam. Mahir berasal dari suku
Cherokee yang dikenal sebagai Eagle Sun Walker. Mahir memaparkan, para
penjelajah Muslim telah datang ke tahan kelahiran suku Cherokee hampir lebih
dari 1.000 tahun lalu. Yang lebih penting lagi dari sekedar pengakuan itu,
kehadiran Islam di Amerika, khususnya pada suku Cherokee adalah dengan
ditemukannya perundang-undangan, risalah dan resolusi yang menunjukkan fakta
bahwa umat Islam di benua itu begitu aktif.
Salah satu fakta yang membuktikan
bahwa suku asli Amerika menganut Islam dapat dilacak di Arsip Nasional atu
Perpustakaan Kongres. Kesepakatan 1987 atau Treat of 1987 mencantumkan bahwa
orang Amerika asli menganut sistem Islam dalam bidang perdagangan, kelautan,
dan pemerintahan. Arsip negara bagian Carolina menerapkan perundang-undangan
seperti yang diterapkan bangsa Moor.
Menurut Youssef, pemimpin suku
Cherokee pata tahun 1866 M adalah seorang pria bernama Ramadhan Bin Wati.
Pakaian yang biasa dikenakan suku itu hingga tahun 1832 M adalah busana Muslim.
''Di Amerika Utara sekurangnya terdapat 565 nama suku, perkampungan, kota, dan
pegunungan yang akar katanya berasal dari bahasa Arab,'' papar Youssef.
Fakta-fakta itu membuktikan bahwa
Islam telah hadir di tanah Amerika, ketika kekhalifahan Islam menggenggam
kejayaannya. Hingga kini, agama Islam kian berkembang pesat di Amerika -
apalagi setelah peristiwa 11 September. Masyarakat Amerika kini semakin
tertarik dan meyakini bahwa Islam adalah agama yang paling benar.[15]
Ada sejumlah
literatur yang berangkat dari fakta-fakta empirik bahwa umat Islam sudah hidup
di Amerika beberapa abad sebelum Colombus datang. Salah satunya yang paling
popular adalah essay Dr. Youssef Mroueh, dari Preparatory Commitee for
International Festivals to celebrate the millennium of the Muslims arrival to
the Americas, tahun 1996, yang berjudul “Precolumbian Muslims in America”.
Dalam
essaynya, Doktor Mroueh menulis, “Sejumlah fakta menunjukkan bahwa Muslimin
dari Spanyol dan Afrika Barat tiba di Amerika sekurang-kurangnya lima abad
sebelum Columbus. Pada pertengahan abad ke-10, pada waktu pemerintahan Khalifah
Umayyah, yaitu Abdurrahman III (929 – 961M), kaum Muslimin yang berasal dari
Afrika berlayar ke Barat dari pelabuhan Delbra (Palos) di Spanyol, menembus
“samudra yang gelap dan berkabut”. Setelah menghilang beberapa lama, mereka
kembali dengan sejumlah harta dari negeri yang “tak dikenal dan aneh”. Ada kaum
Muslimin yang tinggal bermukim di negeri baru itu, dan mereka inilah kaum
imigram Muslimin gelombang pertama di Amerika.”
Granada,
benteng pertahanan terakhir ummat Islam di Eropa jatuh pada tahun 1492. Pada
pertengahan abad ke-16 terjadilah pemaksaan besar-besaran secara kejam terhadap
orang-orang Yahudi dan Muslimin untuk menganut agama Katholik, yang terkenal
dalam sejarah sebagai Spanish Inquisition. Pada masa itu keadaan orang-orang
Yahudi dan orang-orang Islam sangat menyedihkan, karena penganiayaan dari pihak
Gereja Katolik Roma yang dilaksanakan oleh inkuisisi tersebut. Ada tiga macam
sikap orang-orang Yahudi dan orang-orang Islam dalam menghadapi inkusisi itu:
1.
Pertama,
yang tidak mau beralih agama. Akibatnya mereka disiksa kemudian dieksekusi
dengan dibakar atau dipancangkan di kayu salib.
2.
Kedua,
beralih agama menjadi Katholik Roma. Mereka itu diawasi pula apakah memang
berganti agama secara serius atau tidak. Kelompok orang Islam yang beralih
agama itu disebut kelompok Morisko, sedangkan yang dari agama Yahudi disebut
kelompok Marrano.
3.
Ketiga,
melarikan diri atau hijrah menyeberang Laut Atlantik yang dahulunya dinamakan
Samudra yang gelap dan berkabut. Inilah kelompok imigran gelombang kedua di
negeri baru itu.
Penganiayaan itu mencapai puncaknya
semasa Paus Sixtus V (1585-1590). Sekurang-kurangnya ada dua dokumen yang
menyangkut inkusisi ini. Yang pertama, Raja Spanyol Carlos V mengeluarkan
dekrit pada tahun 1539 melarang penduduk bermigrasi ke Amerika Latin bagi
keturunan Muslimin yang dihukum bakar dan dieksekusi di kayu sula itu. Yang kedua
dekrit itu diratifikasi pada 1543, dan disertai perintah pengusiran Muslimin
keluar dari jajahan Spanyol di seberang laut Atlantik. Ini adalah bukti
historis adanya imigran Muslimin gelombang kedua sebelum tahun 1543 (dekrit
kedua). Ada banyak literatur yang membuktikan adanya kehadiran Muslimin
gelombang pertama ke Amerika jauh sebelum zaman Columbus.
5.
Kesaksian Abul-Hassan Ali Ibnu Al-Hussain Al-Masudi dalam
karyanya “Muruj adh-dhahab wa maad aljawhar”
Abul-Hassan Ali Ibnu Al-Hussain
Al-Masudi merupakan seorang pakar sejarah dan geografi yang hidup dari tahun
871-957 M. Dalam karyanya yang berjudul “Muruj adh-dhahab wa maad aljawhar”
(Hamparan Emas dan Tambang Permata), Abu Hassan menulis bahwa pada waktu
pemerintahan Khalifah Abdullah Ibn Muhammad (888-912), penjelajah Muslim
Khasykhasy Ibn Sa’ied Ibn Aswad dari Cordova-Spanyol, telah berlayar dari Delba
(Palos) pada 889, menyeberang Samudra yang gelap dan berkabut dan mencapai
sebuah negeri yang asing (al-ardh majhul) dan kembali dengan harta yang
mentakjubkan. Pada peta Al-Masudi terbentang luas negeri yang disebutnya dengan
al-ardh majhul. [Al-Masudi: Muruj Adh-Dhahab, Vol. 1, P. 1385]
6.
Kesaksian Loe Weiner dalam karyanya “Africa and the
Discovery of America”
Loe Weiner, pakar sejarah dari
Harvard University, dalam bukunya “Africa and the Discovery of America”
(1920) menulis bahwa Columbus telah mengetahui kehadiran orang-orang Islam yang
tersebar seluas Karibia, Amerika Tengah dan Utara, termasuk Canada. Mereka
berdagang dan telah melakukan asimilasi perkawinan dengan orang-orang Indian
dari suku Iroquois dan Algonquin.
7.
Kesaksian Al-Syarif Al-Idrisi
dalam karyanya “Nuzhat al-Musytaq fi Ikhtiraq al-Afaa”
Geografer dan pembuat peta bernama
Al-Syarif Al-Idrisi (1099- 1166) menulis dalam bukunya yang terkenal “Nuzhat
al-Musytaq fi Ikhtiraq al-Afaa” (Ekskursi dari yang Rindu Mengarungi Ufuq)
bahwa sekelompok pelaut dari Afrika Utara berlayar mengarungi Samudra yang
gelap dan berkabut dari Lisbon (Portugal) dengan maksud mendapatkan apa yang
ada di balik samudra itu, betapa luasnya dan di mana batasnya. Mereka menemukan
pulau yang penghuninya bercocok tanam dan telah mempergunakan bahasa Arab.
8.
Kesaksian Alexander Von Wuthenau dalam karyanya "Unexpected
Faces in Ancient America"
Ahli sejarah seni Jerman, Alexander
Von Wuthenau, dalam buku klasiknya "Unexpected Faces in Ancient
America" (1975); serta Ivan Van Sertima dengan buku "They Came
Before Columbus" (1976) dan juga mengedit buku "African Presence In
Early America" di mana intelektual Perancis abad ke-19 Brasseur de
Bourboug di situ mengungkapkan keberadaan orang-orang Islam di Amerika tengah,
yang juga didukung essei dari P.V. Ramos dalam buku yang sama tentang
keberadaan ‘Mohemmedans’ di Karibia (Carib) yang dijumpai Columbus. Beberapa
literature lainnya yang bisa ditelusuri tentang hal yang sama antara lain dari
ahli arkeologi dan linguis Howard Barraclough (Barry) Fell berjudul "Saga
America" (1980); Colin Taylor (editor) "The Native Americans"
(1991); dan orientalis Inggris De Lacy O’Leary yang menulis "Arabic
Thought and It’s Place In Western History" (1992).
9.
Kesaksian Gavin Menzies dalam karyanya telah diterjemahkan ke
dalam bahasa Indonesia
Salah satu buku yang telah
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia karya Gavin Menzies, seorang bekas pelaut
yang menerbitkan hasil penelusurannya, menemukan adanya peta empat buah pulau
di Karibia yang dibuat pada tahun 1424 dan ditandatangani oleh Zuane Pissigano,
kartografer dari Venesia. Peta ini berarti dibuat 68 tahun sebelum Columbus
mendarat di Amerika. Dua pulau pada peta ini kemudian diidentifikasi sebagai
Puerto Rico dan Guadalupe. Menzies juga mengemukakan bahwa Laksamana Zheng He
(Ceng Ho), seorang Lkasamana Cina Muslim, telah mendarat di Amerika pada tahun
1421, 71 tahun lebih awal ketimbang Columbus. Lima abad sebelumnya, Khaskhas
Ibn Saeed Ibn Aswad pun telah menjejakkan kaki di Amerika. Jelas, penemu
Amerika sama seklai bukan Colombus, tetapi para pionir pelayaran dunia, yakni
pelaut-pelaut Islam yang ulung.
Columbus dan para penjelajah Spanyol serta
Portugis mampu melayari menyeberang Samudra Atlantik dalam jarak sekitar 2400
km, adalah karena bantuan informasi geografis dan navigasi dari peta yang
dibuat oleh pedagang-pedagang Muslimin, termasuk informasi dari buku tulisan
Abul Hassan Al-Masudi yang berjudul Akhbar az-Zaman. Tidak banyak diketahui
orang, bahwa Columbus dibantu oleh dua orang nakhoda Muslim pada waktu
ekspedisi pertamanya menyeberang transatlantik. Kedua kapten Muslim itu adalah
dua bersaudara Martin Alonso Pinzon yang menakodai kapal Pinta, dan Vicente
Yanez Pinzon yang menakodai kapal Nina. Keduanya adalah hartawan yang mahir
dalam seluk-beluk perkapalan, membantu Columbus dalam organisasi ekspedisi itu,
dan mempersiapkan perlengkapan kapal bendera Santa Maria. Bersaudara Pinzon ini
masih memiliki ikatan kekeluargaan dengan Abuzayan Muhammad III (1362-66),
Sultan Maroko dari dinasti Marinid (1196-1465). (Thacher, John Boyd:
Christopher Columbus, New York 1950). Para antropologis telah menemukan
prasasti dalam bahasa Arab di lembah Mississipi dan Arizona. Dari prasasti itu
diperoleh keterangan bahwa imigran itu membawa juga gajah dari Afrika.
(Winters, Clyde Ahmad: Islam in Early North and South America, Al-Ittihad, July
1977, p.60)
Columbus
menulis bahwa pada hari Senin, 21 Oktober 1492, sementara ia berlayar dekat
Gibara pada bagian tenggara pantai Cuba, Columbus menyaksikan masjid di atas
puncak bukit yang indah. Reruntuhan beberapa masjid dan menaranya serta tulisan
ayat Al Quran telah didapatkan di berbagai tempat seperti Cuba, Mexico, Texas,
dan Nevada. (Thacher, John Boyd: Christopher Columbus, New York 1950)
Dari jejak
peninggalan Muslim Amerika disekujur benua Amerika kita bisa mendapatkan
jejak-jejak umat Islam gelombang pertama dan kedua, jauh sebelum kedatangan
Columbus. Lihat peta Amerika hari ini buatan Rand McNally dan cermati nama-nama
tempat yang ada di Amerika. Di tengah kota Los Angeles terdapat nama kawasan
Alhambra, juga nama-nama teluk El Morro dan Alamitos, serta nama-nama tempat
seperti Andalusia, Attilla, Alla, Aladdin, Albany, Alcazar, Alameda, Alomar,
Almansor, Almar, Alva, Amber, Azure, dan La Habra.
Di bagian
tengah Amerika, dari selatan hingga Illinois terdapat nama-nama kota Albany,
Andalusia, Attalla, Lebanon, dan Tullahoma. Di negara bagian Washington
misalnya, terdapat kota Salem. Lalu di Karibia (ini jelas kata Arab) dan
Amerika Tengah misalnya ada nama Jamaika, Pulau Cuba (berasal dari kata Quba?)
dengan ibukotanya La Habana (Havana), serta pulau-pulau Grenada, Barbados,
Bahama, dan Nassau. Di Amerika Selatan terdapat nama kota-kota Cordoba (di
Argentina), Alcantara (di Brazil), Bahia (di Brazil dan Argentina). Nama-nama
pegunungan Appalachian (Apala-che) di pantai timur dan pegunungan Absarooka di
pantai barat. Kota besar di Ohio pada muara sungai Wabash yang panjang dan
meliuk-liuk bernama Toledo, satu nama universitas Islam ketika Islam masih
berjaya di Andalusia, Spanyol.
Menurut Dr.
Youssef Mroueh, sekarang saja terdapat tidak kurang dari 565 nama tempat di
Amerika Utara, baik di negara bagian, kota, sungai, gunung, danau, dan desa
yang diambil dari nama Islam ataupun nama dengan akar kata bahasa Arab.
Sebanyak 484 di Amerika Serikat dan 81 di Canada. Ini merupakan bukti yang tak
terbantahkan bahwa Islam telah ada di sana sebelum Columbus mendarat. Dr. A.
Zahoor bahkan menegaskan bahwa nama negara bagian seperti Alabama, sebenarnya
berasal dari kata Allah-bamya, dan juga nama negara Arkansas berasal dari kata
Arkan-Sah, serta Tennesse dari kata Tanasuh. Dr. Mroueh juga menuliskan
beberapa nama yang dicatatnya malah merupakan nama kota suci kita seperti Mecca
di Indiana, Medina di Idaho, Medina di New York, Medina dan Hazen di North
Dakota, Medina di Ohio, Medina di Tennessee, Medina di Texas yang paling besar
dengan penduduk 26,000, Medina di Ontario Canada, kota Mahomet di Illinois,
Mona di Utah, dan Arva di Ontario Canada.
Ketika Columbus
mendarat di kepulauan Bahama pada 12 Oktober 1492, pulau itu sudah dinamai
Guanahani oleh penduduknya. Kata ini berasal dari bahasa Mandika yang merupakan
turunan dari bahasa Arab. Dilaporkan oleh Columbus bahwa penduduk asli di sini
bersahabat dan suka menolong. Guana, yang hingga hari ini masih banyak dipakai
sebagai nama di kawasan Amerika Tengah, Selatan dan Utara, berasal dari kata
Ikhwana yang berarti ’saudara’ dalam bahasa Arab.
Guanahani
berarti tempat keluarga Hani bersaudara. Namun Columbus dengan seenaknya
menamakan tempat ini sebagai San Salvador dan merampas kepemilikan pulau itu
atas nama kerajaan Spanyol. Columbus dalam catatannya menuliskan bahwa pada 21
Oktober 1492 dia melihat rerunruthan masjid dan menaranya lengkap dengan
tulisan ayat-ayat Al Qur’an telah ditemukan selain di Cuba, juga di Mexico,
Texas, dan Nevada.
Perlayaran
melintasi Lautan Atlantik dari Maroko dicatat juga oleh penjelajah laut Shaikh
Zayn-eddin Ali bin Fadhel Al-Mazandarani. Kapalnya berangkat dari Tarfay di
Maroko pada zaman Sultan Abu-Yacoub Sidi Youssef (1286 – 1307), penguasa keenam
dalam dinasti Marinid. Kapalnya mendarat di pulau Green di Laut Karibia pada
tahun 1291. Menurut Dr. Mroeh, catatan perjalanan ini banyak dijadikan
referensi oleh ilmuwan Islam. Sultan-sultan dari kerajaan Mali di Afrika barat
yang beribukota di Timbuktu, ternyata juga melakukan perjalanan sendiri hingga
ke benua Amerika. Sejarawan Chihab Addin Abul-Abbas Ahmad bin Fadhl Al Umari
(1300 – 1384) mencatat berbagai ekpedisi ini dengan cermat. Timbuktu yang kini
dilupakan orang, dahulunya merupakan pusat peradaban, perpustakaan dan keilmuan
yang maju di Afrika. Ekpedisi perjalanan darat dan laut banyak dilakukan orang
menuju Timbuktu atau berawal dari Timbuktu. Sultan yang tercatat melanglang
buana hingga ke benua baru saat itu adalah Sultan Abu Bakari I (1285 – 1312),
saudara dari Sultan Mansa Kankan Musa (1312 – 1337), yang telah melakukan dua
kali ekspedisi melintas Lautan Atlantik hingga ke Amerika dan bahkan menyusuri
sungai Mississippi.
Sultan Abu
Bakari I melakukan eksplorasi di Amerika tengah dan utara dengan menyusuri
sungai Mississippi antara tahun 1309-1312. Para eksplorer ini berbahasa Arab.
Dua abad kemudian, penemuan benua Amerika diabadikan dalam peta berwarna Piri
Re’isi yang dibuat tahun 1513, dan dipersembahkan kepada raja Ottoman Sultan
Selim I (1517). Peta ini menunjukkan belahan bumi bagian barat, Amerika selatan
dan bahkan benua Antartika, dengan penggambaran pesisiran Brasil secara akurat.
Suku Indian dan
Umat Islam, beberapa nama-nama suku Indian dan kepala sukunya juga berasal dari
akar kata bahasa Arab, seperti: Anasazi, Apache, Arawak, Cherokee (Shar-kee),
Arikana, Chavin Cree, Makkah, Hohokam, Hupa, Hopi, Mahigan, Mohawk, Nazca,
Zulu, dan Zuni. Kepala suku Indian Cherokee yang terkenal, Sequoyah yang nama
aslinya Sikwoya, merupakan ketua suku yang sangat terkenal karena beliau
menciptakan sillabel huruf-huruf (Cherokee Syllabary) bagi orang Indian pada
tahun 1821. Namanya diabadikan sebagai nama pohon Redwood yang tertinggi di
California, sekarang dapat disaksikan di taman hutan lindung di utara San
Francisco.
Berlainan
dengan gambaran stereotip tentang suku Indian yang selalu mengenakan bulu-bulu
burung warna-warni di kepalanya, seperti yang banyak digambarkan para seniman
Barat selama ini, Sequoyah selalu mengenakan sorban. Dia tidak sendirian, masih
banyak ketua suku Indian yang mengenakan tutup kepala gaya orang Islam. Mereka
adalah Chippewa, Creek, Iowa, Kansas, Miami, Potawatomi, Sauk, Fox, Seminole,
Shawnee, Sioux, Winnebago, dan Yuchi. Bahkan sebagian dari mereka mengenakan
penutup kepala yang khas Arab seperti ditunjukkan pada foto-foto tahun 1835 dan
1870.
Orang-orang Indian
Amerika juga memegang nilai ketuhanan dengan mempercayai adanya Tuhan yang
menguasai seluruh alam semesta ini, dan Tuhan tersebut tidak teraba oleh panca
indera. Mereka juga meyakini bahwa tugas utama manusia diciptakan oleh Tuhan
adalah untuk memuja dan menyembahnya. Seperti penuturan seorang kepala suku
Ohiyesa: "In the life of the Indian, there was only inevitable duty -the
duty of prayer- the daily recognition of the Unseen and the Eternal". Di
dalam Al Qur’an, kita diberitahukan bahwa tujuan penciptaan manusia dan jin
adalah semata-mata demi untuk beribadah kepada Allah SWT.
E.
ISLAMISASI DI AMERIKA SERIKAT
Perkembangan Islam di AS mulai
menampakkan peningkatan kesadaran keislaman untuk memantapkan landasan sosial
serta menyediakan pengajaran bagi anak-anak mereka. Sejumlah komunitas mulai
memandang penting untuk membangun Mesjid dan Pusat Islam sebagai pengembangan
organisasi dan institusi Islam.
1.
Organisasi Islam itu diantaranya:[16]
a.
Pada
tahun 1952 lebih dari dua puluh Mesjid membentuk Federasi Perhimpunan Islam
(Federation of Islamic Association, FIA) di AS dan Kanada. Pada puncaknya lima
puluh mesjid menjadi bagian dari FIA.
b.
Perhimpunan
Mahasiswa Muslim di AS dan Kanada (MSA) didirikan pada tahun 1963.Organisasi
ini didirikan untuk memberikan pelayanan kepada ratusan ribu mahasiswa muslim
yang datang dari berbagai Negara dan belajar di kampus-kampus di AS.
c.
Perhimpunan
Dokter Muslim (The Islamic Medical Association) dibentuk oleh alumni MSA
pada tahun 1967 sebagai wahana bagai professional muslim di bidang kesehatan
untuk saling bertemu dan saling tukar pikiran. Organisasi serupa , Perhimpunan
Ilmuwan dan Insinyur Muslim (The Association of Muslim Scientiss and
Engineers), didirikan pada tahun 1969 dengan tujuan untuk mempromosikan
penelitian ilmiah yang didasarkan pada prinsip-prinsip Islam. Terdapat pula
Perhimpunan Ilmuwan sosial Muslim (The association of Muslim Social
Scientist) yang dibentuk pada tahun 1972 sebagai organisasi yang bersifat
professional, akademik kependidikan dan kebudayaan untuk mempromosikan
pemikiran Islam. Perhimpunan-perhimpunan ini mensponsori jurnal-jurnal tahunan
dan konferensi-konferensi.
d.
Pada
tahun 1978, DEwan masjid AS didirikan oleh wakil-wakil liga dunia Muslim dengan
keanggotaan 20 masjid.
e.
Masyarakat
Muslim Amerika Utara (The Islamic Society of North America, ISNA)
merupakan organisasi induk yang didirikan pada tahun 1982 oleh dewan alumni MSA
yang menetap di Amerika Utara.
2.
Kelompok-kelompok keagamaaan yang berkembang di AS
a.
Muslim Syi’ah
Meskipun mayoritas Muslim yang
datang ke AS adalah penganut sunni, terdapat pula komunitas syi’ah yang cukup
besar. Komunits ini mulai memperoleh pengakuan sebagai bagian tersendiri dari
muslim dan dapat teridentifikasi dari masjid-masjidnya besarnya yang terletak
di New York, Detroit, Washington, Los Angeles, dan Chicago. Mayoritas pendatang
Syi’ah adalah berasal dari kelompok Itsna ‘Asyariyah dan Isma’iliyyah.
b.
Muslim Amerika Keturunan Afrika
Dengan dihitung secara kasar,
sepertiga Muslim yang ada di Benua Amerika adalah orang-orang Amerika keturunan
Afrika yang sudah bergabung dengan arus utama Islam atau salah satu gerakan
sectarian yang secara langsung teridentifikasi secara longgar.
Islam sebagai fenomena yang khas
Amerika pertama kali menarik perhatian public AS dengan munculnya Nation of
Islam. Kaum muslim AS keturunan Afrika maupun kaum imigran untuk masa yang lama
tetap merupakan komunitas terpisah di AS walaupun terdapat upaya yang kian
meningkat utuk menjalin kerjasama, dialog dan dan melakukan beberapa
peribadatan serta kegiatan sosial bersama.
c.
Muslim Kulit Putih
Diantara orang kulit putih pertama
yang masuk Islam adalah Alexander Russel (w. 1916), Konsul AS di Filipina.
Mayoritas kulit putih yang masuk Islam adalah perempuan yang mempunyai suami
muslim dan memutuskan untuk menjadikan Islam sebagai keyakinan mereka. Dalam
beberapa kasus, perempuan masuk Islam sebelum menemukan pasangan nikah atas
dasar keyakinannya bahwa perempuan memperoleh penghargaan yang lebih tinggi
dibandingkan di masyarakat Amerika pada umumnya.
Sejumlah orang AS, yang merasa asing
dengan tradisi agama mereka sendiri atau dalam lingkungan lembaga keagamaan
mereka atau dengan norma-norma yang berkembang dalam kebudayaan AS, memandang
Islam sebagai alternatif.
d.
Gerakan Sektarian
Gerakan
Ahmadiyah, sebuah kelompok dakwah indo-Pakistan yang untuk beberapa tahun telah
aktif menerjemahkan al-Qur’an dalam beberapa bahasa-bahasa utama dunia, mulai
mengirimkan dai-da’I nya ke AS dengan maksud mengajak Barat agar memeluk Islam
menurut versi mereka. Pusat kegiatan mereka baik Qadiyan (bermarkas di
Washington DC) maupun Lahore (bermarkas di di California) telah mendirikan
sejumlah Masjid di AS.
Terdapat pula
komunitas kecil Druze di AS, yang mayoritas anggotanya adalah orang-orang asli
Lebanon dan beberapa individu dari Suriah, Palestina dan Yordania. Kelompok
Islam lain yang ditemukan di AS adalah agama Baha’i, kelompok Five Percenter,
Jama’ah Ansaru Allah, Robbani Yashu’a dan masih terdapat yang lainnya.
e.
Gerakan Sufi
Di antara
aliran sufi yang paling berpengaruh ialah Qadiriyah yang menyatu dalam tarekat
bawa Muhaiyaddeen, bertempat di Philadelpia. Tarekat ini mempunyai lebih dari
2000 muallaf, terutama berasal dari kelas menengah dan menengah atas.
Kelompok
muallaf Sufi terdapat pula di wilayah Negara bagianm New York, California,
Texas, Michigan, dan New Mexico. Beberapa imigran banyak yang melestarikan
tarekat-tarekat sufi yang berasal dari negeri asal mereka seperti kaum
Bektasiyah, Syadziliyah, Isyraqiyah, dan Naqsabandiyah.
3.
Masalah-masalah keislaman yang dihadapi oleh Muslim AS
Masalah-masalah
keislaman yang dihadapi oleh Muslim AS dewasa ini diantaranya:[17]
a. Prasangka Miring Amerika Terhadap Islam
Berlanjut dan meningkatnya prasangka di Amerika Utara terhadap Islam,
Muslim dan orang Arab. Selain itu Amerika
Serikat berusaha memberi citra tentang Islam sebagai suatu ancaman dan mencoba
menggambarkan Islam sesuai dengan perspektif budaya dan peradaban Barat.
Pencitraan Islam oleh media massa Barat bahwa Islam adalah agama yang
mengancam, menakutkan, teror, ekstrim dan kata-kata lain semacamnya.
Amerika Serikat tampil sebagai satu-satunya negara adikuasa.
Struktur politik internasional berpola ‘anarki piramida’ menggantikan pola
“bipolar”. Dalam pola baru ini Amerika tetap bermukim di puncak piramida dunia
lewat kepemimpinan politik, ekonomi, dan tekhnologi militernya. Di bawahnya
bertengger multipolonisme Eropa yang beranggotakan Inggris, Perancis, Jerman
dan Rusia.
Presiden George. W Bush, sebagai pendukung partisan Israil, pada
akhir Agustus 2001, sebelas hari sebelum meletusnya serangan terhadap gedung
World Trade Centre (WTC) dan Pentagon pada 11 September 2001, Amerika dan
sekutu-sekutunya telah memainkan manuver yang sangat menjengkelkan umat Islam
dan dunia Arab dengan memboikot konfrensi tentang rasisme di Durbai Afrika
Selatan, karena sejumlah kalangan mengusulkan resolusi yang menyamakan zionisme
dengan rasialisme.
Demikian juga para politisi Amerika Serikat dengan mudah mengunakan
sentimen ‘anti Islam” yang sudah berurat berakar pada masyarakat Kristen Barat.
Direktur CIA, George Tenet mengumumkan bahwa musuh utama Amerika adalah teroris
besar Osama bin Laden. Pernyataan ini memperkeruh hubungan Barat dan Islam.
Apalagi dengan Hancur leburnya menara kembar World Trade Centre (WTC) di New
York Amerika pada Selasa, 11 September 2001, merupakan tragedi dan atau
peristiwa terdahsyat dunia di awal abad ke 21. Osama bin Laden dan jaringan
al-Qaedahnya yang tertuduh sebagai pelaku utama atas kehancuran WTC,
kelihatannya membawa dampak yang sangat buruk terhadap dunia Islam. Dikatakan
demikian, karena Presiden Amerika George Bush, secara tiba-tiba mengeluarkan
statemen “miring” bahwa “Islam adalah Teroris”. Dalam hal ini, G. Bush
mengumumkan kepada dunia bahwa:
Amerika diserang teroris biadab. Teroris itu adalah Osama bin
Laden. Teroris itu adalah Islam. Amerika tidak akan tinggal Diam. Amerika akan
membalas. Amerika tidak akan kalah. Amerika sudah terbiasa berperang …. Ikut
Amerika atau ikut teroris. Tidak ada pilihan ketiga, apalagi pilihan keempat.
Siapa yang tidak mau ikut Amerika akan digebuk. Rezim yang tidak mau memusuhi
terorisme akan dicap sebagai rezim jahat.
Dua poin penting yang perlu digarisbawahi dari statemen G. Bush
tersebut, yakni ; “Teroris itu adalah Islam” dan “Amerika akan membalas”.
Menurut penulis, statemen poin pertama, belum ada bukti yang akurat. Sedangkan
statemen point kedua, buktinya sudah sangat banyak.
Menurut Ulil Abshar Abdallah bahwa kekerasan dan diskriminasi yang
menimpa umat Islam, terutama yang ada di Amerika semenjak peristiwa WTC telah
mencapai 1717 kasus, dan kasus yang terbanyak (372 kasus) adalah pelecehan
seksual terhadap para muslimah yang berjilbab di Amerika. Jilbab adalah salah
satu identitas Islam, dan karena itu mereka menganggap bahwa setiap wanita
berjilbab berpotensi memiliki hubungan yang erat dengan terorisme.
Perlakukan Amerika terhadap dunia Islam pasca tragedi 11 September
2001, tidak saja dalam bentuk kekerasan dan diskriminasi terhadap kaum muslim
secara individu dan berkelompok di negara-negara seperti yang telah disebutkan,
tetapi Amerika juga dengan statemen (balas demdam)-nya telah menyerang
negara-negara Islam. Hal ini, terbukti dengan adanya penyerangan Amerika
terhadap Afganistan, dan ambisi busuk operasi penyerangan Irak dan penggulingan
terhadap rezim Saddam Husein dengan kekuatan senjata semakin mengemuka dan
semakin kuat pasca 11 Septembar 2001. Penggulingan terhadap rezim Moammar
Ghadafi sebagai presiden Libya, Hosni Mubarok dan Muhammad Mursi yang keduanya
sebagai presiden Mesir serta upaya penggulingan terhadap rezim Bashar al-Assad
sebagai presiden Suriah yang diduga telah menyimpan senjata pembunuh massal
b. Sulitnya Asimilasi imigran Muslim dengan masyarakat
Amerika
Masalah Asimilasi dengan masyarakat AS, terus menjadi
tema abadi bagi setiap gelombang imigran maupun bagi setiap setiap generasi
Muslim di AS.
c. Sistem jaminan sosial di AS
Sistem jaminan sosial di AS. Misalnya pertanyaan
berkaitan dengan kewajiban membayar zakat. Fakta bahwa Islam tidak mengizinkan
pengenaan bunga atas pinjaman menimbulkan persoalan tersendiri bagi muslim
dalam menggunakan perbankan AS.
d. Kurangnya pemimpin agama yang terlatih
Sejumlah masalah khusus dihadapi muslim AS,
diantaranya kebutuhan akan kepemimpinan agama yang terlatih, kesempatan
melaksanakan kewajiban agama seperti shalat dan puasadan masalah yang terkait
dengan interaksi sosial.
F.
ISLAMISAI DI AMERIKA UTARA (Selain Amerika Serikat)
1. Islamisasi di Kanada
Komunitas muslim di kanada hampir
seumur dengan negara Kanadanya sendiri. Empat tahun setelah pembentukan negara
Kanada tahun 1867, di tahun 1871 sensus di Kanada menyebutkan ada 13 muslim
diantara populasinya saat itu. Sejumlah besar Muslim Kroasia (dari Bosnia)
datang ke tanah amerika sebagaimana Kristen Kroasia, beberapa datang ke amerika
akibat perang dunia pertama yang berkecamuk disana.
Masjid Kanada pertama dibangun di
Edmunton di tahun 1938, saat itu diperkirakan sudah ada sekitar 700 muslim di
negara tersebut. Bangunan masjid tersebut kini menjadi bagian dari musium di
Fort Edmonton Park. Tahun tahun setelah perang dunia kedua tampak dalam jumlah
kecil peningkatan jumlah muslim disana. Sebagian dari mereka merupakan Muslim
Kroasia dari Bosnia, yang merupakan bagian dari Hadhschar Division serta muslim
tawanan Kroasia dari Bosnia. Namun sampai saat itu muslim Kanada masih sangat
sedikit. Hanya setelah pencabutan kebijakan preferensi imigrasi di Eropa di
penghujung tahun 1960-an baru terjadi peningkatan signifikan jumlah muslim yang
masuk ke Kanada.
Muslim Kroasia dari Bosnia yang
merupakan pendahulu dan salah satu dari arus muslim utama dalam pendirian semua
masjid pertama di Toronto. Masjid pertama selain tiga masjid tertua di Toronto
dibangun oleh muslim Kroasia dari Bosnia dan Albania di tahun 1968. Masjid
pertama diberi nama Jami Mosque (berada di 56 Boustead Ave. Toronto).
Dikemudian hari dengan peran dari Dr Qadeer Baig r.a. (professor pada
University of Toronto), masjid tersebut dibeli oleh Muslim Asia, sedangkan
Muslim Albania dan Kroasia kemudian mendirikan masjid mereka sendiri : Albanian
Muslim Society of Toronto, berlokasi di 564 Annette St. Serta Hrvatska džamija
(Masjid Kroasia) di Croatian Islamic Centre, berlokasi di 75 Birmingham St.,
Etobicoke.
Merujuk kepada sensus penduduk tahun
1971 di Kanada terdapat 33 ribu muslim. Masjid tertua di Toronto dengan menara
tertua di Ontario dibangun dalam gaya Usmani, salah satunya berada di
Etobicoke, yang merupakan bagian dari Croatian Islamic Centre, bangunan yang
sebelumnya merupakan sebuah gedung tua sekolah Katholik, yang pada tanggal 23
Juni 1973. Masjid (gedung tua sekolah Katholik dan dibeli seharga 75 ribu CAD)
kemudian di atur ulang menjadi tempat ibadah muslim dengan dukungan penuh dari
komunitas Katholik Kroasia setempat. Salah satu pendirinya adalah seorang ahli
kedokteran nuklir dunia, dr Asaf Duraković.
Di tahun 1970-an sejumlah besar
imigran non eropa mulai masuk ke Kanada. Hal ini terlihat dari membengkaknya
komunitas muslim Kanada di tahun 1971, sensus mencatat disana bermukim 98 ribu
muslim, sedangkan di tahun 1991 hasil sensus menunjukkan peningkatan jumlah
muslim kanada mencapai 253,265 jiwa, dan perkiraan hasil sensus 2006 akan
menunjuk angka sekitar 800 ribu jiwa.
Dibandingkan dengan muslim Eropa,
muslim Kanada tidak menghadapi permasalahan yang sama. Muslim Kanada hanya
salah satu dari sekian banyak etnis yang bermukim disana dari sekian banyak
etnis, suku bangsa, budaya dan agama yang bersama sama menjadi bagian dari
Kanada. Pejabat pemerintah Kanada mengelompokkan muslim Kanada dalam kelompok
sendiri sebagai “kelompok muslim Kanada” untuk keperluan pengambilan kebijakan
dan statistik.
2. Islamisasi di Meksiko
Agama Islam sampai ke Meksiko
melalui perantara imigran asal Timur Tengah. Adalah sebuah buku karya Pascual
Almazan berjudul Un hereje y Un Musulman yang mengisahkan seorang Muslim bernama
Yusof bin Alabaz, menjadi petunjuk tentang kedatangan Islam pertama kali ke
negara ini.
Berdasarkan buku tersebut, Yusof
hidup pada abad ke-16. Dia tinggal di Andalusia namun selamat dari serbuan
balasan kaum Nasrani di sana. Yusof lantas melarikan diri ke Maroko. Akan
tetapi, di tengah perjalanan, dia ditawan oleh perompak yang kemudian
membawanya ke Meksiko. Karena takut dijadikan budak, dia pun berusaha
melepaskan diri dan berhasil. Setelah itu, beberapa tahun kemudian Yusof
tinggal di sebuah kawasan bernama Veracruz dan menyebarkan agama Islam kepada
penduduk setempat. Dari situlah, agama Islam berkembang ke seluruh wilayah
negeri. Terlebih ketika kian banyak berdatangan para imigran dari Timur Tengah.
Begitulah sejarahnya. Tidak ada bukti konkret yang menyebutkan bahwa Islam
telah ada di negara tersebut sebelum datangnya imigran Arab.
Saat ini di negara tersebut memang
banyak terdapat imigran Timur Tengah. Mereka berasal dari Lebanon, Maroko,
Mesir, dan Suriah. Namun, tidak diketahui berapa jumlah pemeluk Islam di antara
mereka. Barulah ketika dosen dari Georgetown University, Theresa Velcamp,
mengadakan penelitian tahun 1999, diketahui sedikit banyak tentang mereka.
Menurut dia, imigran asal Suriah dan Lebanon merupakan komunitas imigran
terbesar dengan estimasi 200 ribu jiwa. Selain itu, umat Muslim kebanyakan
tinggal di kota-kota besar seperti Mexico City, Monterey, Guadalajara, Ciudad
Obregon, dan Chiapas.
3. Islamisasi di Kuba
Selama ini, jika orang bicara soal
agama, Kuba selalu menjadi pengecualian. Maklum, karena menganut marxisme, Kuba
dianggap intoleran terhadap agama. Bahkan, Amerika Serikat sangat gencar
mengangkat isu “represi terhadap agama” sebagai bahan propaganda untuk
melecehkan Kuba.
Tahun 1992, Kuba mengadopsi
sekularisme dalam konstitusinya, yang dimaksudkan untuk menjamin kemerdekaan
beragama. Sejak itu, dua paus dan sejumlah pemimpin agama lain telah berkunjung
ke Kuba. Statistik terbaru untuk Islam di Kuba mengklaim penduduk sekitar 3.000 Muslim mewakili 0,03 persen dari jumlah penduduk.
Kuba secara tradisi mayoritas
beragama Katolik, tetapi banyak yang tidak aktifmelakukan praktik
keagamaan. Sisanya, mematuhi keyakinan Afro-Karibia seperti Santeria. Orang
Islam sudah lama di Kuba. Tetapi, selama 500 tahun sejarahnya, tidak pernah
institusi keagamaan Islam di Kuba. Namun, sejak tahun 2007, Liga Islam Kuba
berdiri. Setelah serangan 11 September 2001 di AS, islam digambarkan sebagai
agama teroris. Tetapi di Kuba, Liga Islam tetap bekerja seperti biasa dan
mewakili Islam dalam di forum nasional dan internasional.
G.
ISLAMISAI DI AMERIKA TENGAH
1. Islamisasi di di
Antigua dan Barbuda
Statistik Islam di Antigua dan
Barbuda memperkirakan bahwa jumlah penduduk Islam kurang lebih 200 jiwa, atau setara dengan sekitar 0.3 % dari total
penduduk mereka yaitu 67,448. Mayoritas kaum muslim di kepulauan ini adalah
orang Arab berketurunan Suriah atau Lebanon. Ada dua organisasi Islam terkenal yang menyebabkan perkembangan Islam di St. John's, diantaranya International Society dan American University of Antigua
(School of Medicine) Persatuan
Pelajar Islam.
Muslim Antigua and Barbuda belum mempunyai masjid, pusat Islam atau institusi yang untuk kepentingan kaum Muslim di
negara ini. Walaupun demikian, masih terlihat masjid pertama yang didirikan dan
diperjuangkan oleh Antigua and Barbuda International Islamic Society (ABIIS)
yang terletak di American Road di St. John's. Lokasi yang digunakan untuk
pembangunan masjid adalah sebuah rumah kecil yang dapat memuat kurang lebih
tiga puluh orang dan diadakan sholat Jum’at, sholat lima kali sehari, dua hari
raya, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha.
2. Islamisasi di Barbados
Barbados, negara pulau yang terkenal
dengan sebutan The Little England atau Inggris Kecil ini adalah sebuah pulau di
Laut Karibia berjarak sekitar 218 kilometer sebelah timur laut pulau Trinidad
& Tobago. Pulau ini merupakan rantai paling selatan dari rangkaitan gugus
pulau pulau Karibia bagian timur.
Berdasarkan pada hasil riset diketahui
bahwa muslim pertama yang tiba di Barbados lebih dari 90 tahun yang lalu,
ketika di tahun 1913 Abdul Rohul Amin seorang pedagang sutera dari Benggala
Timur (India bagian timur atau Bangladesh) tiba di Barbados. Segera setelah itu
beberapa orang Bengali menyusul datang ke Barbados dan secara bersama sama
berbagi tempat tinggal di Wellington Street di pusat kota. beberapa dari mereka
juga menetap di Milk Market dan Tudor Street di lantai atas toko sepatu Bata di
Bridgetown. Sebagian besar imigran dari Bengali tersebut menikah dengan
wanita setempat dan memulai membina keluarga disana. Kini begitu banyak orang
orang Barbados yang merupakan keturunan dari pertalian pernikahan tersebut.
Kaum muslimin pertama di Barbados
ini menjalani kehidupan mereka sebagai pedagang keliling dan masih berlanjut
hingga hari ini. pada tahap awal proses perniagaan mereka dilakukan dengan
warga Barbados yang tinggal di kawasan pedesaan yang memang menemui kesulitan
untuk pergi ke Bridgetown guna membeli kebutuhan hidup mereka. Para pedagang
ini pergi ke wilayah pedesaan menggunakan Bis untuk membawa barang dagangan
mereka, ketiadaan angkutan umum terkadang membuat mereka harus berjalan kaki
menembuh jarak yang begitu jauh.
3. Islamisasi di Belize
Belize merupakan negara kecil di
pantai timur Amerika Tengah menghadap ke Laut Karibia. Negara ini berbatasan
dengan Guatemala di timur dan selatan, sebelah utara seluruhnya berbatasan
degan Meksiko dan disebelah timur menghadap ke laut Karibia. Tak ada bukti
tertulis tentang sejarah masuknya Islam ke Belize, Namun ada bukti nyata
tentang kedatangan muslim dari India Timur ke British Honduras di awal tahun
1858 sebagian besar dari mereka merupakan muslim dari wilayah Benggala. 1857
terjadi pemberontakan Sepoy yang dilakukan oleh orang India yang merupakan
anggota tentara Inggris. Diantara mereka ada yang beragama Islam, paska
pemberontakan itu sebagian mereka dikirim ke berbagai koloni di Karibia seperti
Guyana, British Honduras (Belize) dan Guatemala. Menyusul kemudian kedatangan
para pekerja paksa perkebunan di sekitar tahun 1880 yang tiba ke Belize melalui
Jamaica, sebagian kecil dari mereka beragama Islam.
Islam di Belize diperkirakan dipeluk
oleh sekitar 2,794 jiwa atau sekitar 1 persen dari total penduduk negara
tersebut. komunitas muslim disana dibawah kepemimpinan the Islamic Mission of Belize (IMB) yang bermarkas di Belize
City. IMB didirikan lebih dari 40 tahun yang lalu sebagai organisasi
Islam pertama di negara itu. tahun 1978 IMB secara resmi didaftarkan ke
pemerintahan sebagai organisasi keagamaan. IMB saat ini dibawah pimpinan
4. Islamisasi di Dominica
Statistik
Islam di Dominica tidak menyediakan informasi
tentang perkembangan Islam disana.
Menurut Laporan Kebebasan Agama internasional (International
Religion Freedom) pada
tahun 2005,
para pengikut agama-agama dan mazhab-mazhab agama minoritas
lain, memperkirakan bahwa Islam berkisar
dari 1.6 sampai dengan
0.2% dari penduduk total,
termasuk Rastafarians, Jehovah's
Witnesses, Anglicans, dan Islam.
Komunitas Islam lain,
terdiri dari pelajar asing di Ross Medical
School, yang didanai oleh
pembinaan masjid tahun 2004
di Portsmouth. Umat Muslim
memiliki wadah organisasi untuk mengembangkan Islam di kepulauan ini yaitu, Muslim
Community of Dominica di Roseau dan Association of Muslim Students di Ross
University
School of Medicine
di Portsmouth.
5. Islamisasi di El
Salvador
Saat ini, belum ada kajian sejarah
yang tepat dan meyakinkan tentang kedatangan kaum Muslim pertama ke negara itu.
Walaupun demikian, beberapa ahli telah mencoba untuk mengungkap beberapa
peristiwa dan fenomena ini. Menurut sebuah karya akademik yang ditulis oleh
Pedro Escalante dan Abraham Daura berjudul Sobre Moros y Cristianos, y otros
Arabismos en El Salvador, kehadiran Muslim pertama kali terjadi ketika negara
ini dijajah oleh Spanyol.
Namun, El Salvador tidak sepenuhnya
lepas dari pengaruh luar Budaya Islam (sebagian besar dibawa dari Al-Andalus atau Spanyol Islam), yang tercermin dalam seni arsitektur, keahlian memasak, bahasa dan pakaian.
Kedatangan muslim di El Salvador
terutama berasal dari negara-negara Arab (Suriah, Lebanon dan Palestina) terutama terjadi selama awal abad ke-20. Walaupun sedikit
jumlahnya, keturunan mereka telah mencapai kekuatan ekonomi dan politik besar
di negeri ini, sebagaimana dibuktikan oleh Presiden Antonio Saca - yang mengikuti pemilihan presiden pada tahun 2004. Namun,
mayoritas para pendatang dari Timur Tengah adalah Kristiani - keluarga Muslim
sedikit, sedikit atau tidak ada yang didokumentasikan.
Pada tahun 1994, pusat pertama
keislaman diresmikan di El Salvador, yaitu Centro Islámico Árabe Salvadoreño, didirikan
di ibukota San Salvador oleh komunitas muslim asli Salvador dan muslim
keturunan Palestina. Beberapa tahun kemudian (tahun 2004), sebuah masjid kedua
diresmikan di ibukota: namun, tidak seperti pusat pertama, kumpulan ini terdiri
dari muslim Syiah. Mereka memberi nama Pusat Islam tersebut dengan Fátimah Az-Zahra,
Hal itu dilakukan untuk menghormati Fatimah, anak perempuan dari nabi Islam Muhammad dari isterinya yang pertama Khadijah.
6. Islamisasi di Guatemala
Penduduk Muslim Guatemala adalah
kurang lebih 1,200. Dari penduduk ini, 95% adalah pendatang Arab Palestina. Ada
sebuah masjid di pinggiran Guatemala City yang dijadikan sebagai Masjid Dakwah Guatemala (bahasa Sepanyol: Mezquita de Aldawaa Islámica) yang
diadakan untukk sholat 5 kali sehari dan memberikan kelas dalam kajian Islam.
Presiden Komunitas Islam negara ini adalah Jamal Mubarak. Selain itu, ada juga
masjid yang bernama Masjid Baitul Awwal yang terbuka bagi setiap orang beriman
dari berbagai pemeluk agama yang mencari hubungan murni dengan Tuhan. Masjid
ini beralifiansi pada aliran Ahmadiyah.
7. Islamisasi di Haiti
Persentase umat Islam di Haiti hanya 0,04 % atau sekitar 3000 jiwa dari total penduduk. Pertubuhan Islam di Haiti termasuk Masjid
dan Pusat Islam Bilal di Cap-Haïtien cukup signifikan, yang memberikan sumbangsih terhadap perkembangan
pendidikan Islam dan kualitas sholat. Masjid pertama di Gonaives adalah Mosque-ul-Munawwar.
Sejarah Islam di pulau Hispaniola (salah wilayah di Amerika Latin) bermula dengan perbudakan di
Haiti. Banyak umat Islam diasingkan dan dijadikan budak ke Haiti. Bahkan
diantara banyak dipaksa untuk meninggalkan Islam dari masa ke masa. Namun,
warisan Islam telah kekal dalam budaya orang asli Haiti, sehingga mereka tetap
mempertahankan keyakinannya.
Pada awal abad ke-20, imigrasi kaum
muslim Arab tiba di benua Amerika ini, di mana diantara jumlah mereka menetap di Haiti (dan
negara-negara lain juga). Sejarah menyebutkan bahwa gelombang pertama yang tiba
di Haiti terjadi pada tahun 1920 dari seorang lelaki yang datang dari kampung Fes di Maghribi bersama dengan 19 keluarga lain. Saat ini, mayoritas umat Islam
negara ini adalah penduduk asli Haitians, diikuti oleh suku Maghribi.
8. Islamisasi di Honduras
Beberapa komunitas Muslim di
Honduras pada abad 16 dan 17, kerap menyebut diri mereka dengan istilah
Almamys. Ini merujuk pada tempat asal mereka dari Spanyol. Mereka nampaknya
juga memiliki kaitan erat dengan penduduk Muslim asal Afrika yang ditemui
Columbus di kawasan utara dan timur.
Honduras mulai menerima kehadiran
gelombang imigran Arab sekitar tahun 1896 hingga 1918. Sebagian besar imigran
itu warga keturunan Arab asal Palestina. Secara demografi, kebanyakan merupakan
kaum Nasrani, namun terdapat pula umat beragama Islam. Namun mereka bisa cepat
berbaur dengan warga lokal serta mulai menjalankan kehidupan baru.
Di Honduras, para imigran Arab itu
menjalankan berbagai aktivitas. Ada yang menjadi politisi atau pegawai
pemerintahan, tapi paling banyak terjun di dunia bisnis dan perdagangan.
Diperkirakan jumlah mereka mencapai 100 hingga 200 ribu jiwa dari tujuh juta
populasi penduduk. Hinduras pun tercatat sebagai negara dengan jumlah imigran
Arab Palestina terbesar di kawasan Amerika Tengah sejajar dengan Amerika
Serikat, Kanada dan Chile. Jumlah imigran Arab Muslim sekitar 2.790 jiwa atau
0,04 persen dari populasi. Kendati tidak signifikan dari segi kuantitas,
kehadiran mereka cukup memberi kontribusi dalam pembangunan bidang sosial,
ekonomi, dan politik atau pun keagamaan.
Sejak tahun 1984, umat Muslim
memiliki wadah oragnisasi. Namanya Centro Islamico de Honduras yang
berkedudukan di kota San Pedro Sula, pimpinan Yususf Amdani. Orgsnisasi lainnya
adalah Comunidad Islamica de Honduras di Cortez. Organisasi keagamaan ini
semakin cepat akselerasi umat Muslim pada kegiatan-kegiatan kemasyarakatan dan
keagamaan.
9. Islamisasi di Jamaika
Jamaika, sebuah negara pulau di
Amerika Utara ini menjadi rumah bagi lebih dari 5.400 Muslimin. Jumlah
mereka minoritas, hanya sekitar 0,2 persen dari total populasi negara seluas
10.991 kilometer persegi tersebut.
Menurut laman Carribean Muslim,
Islam pertama kali datang ke Jamaika dibawa oleh bangsa Afrika Barat, terutama
dari kawasan Gold Coast, yaitu Ghana, Nigeria, Mali, Benin, dan Togo. Mereka
merupakan para budak yang diperjualbelikan. Menggunakan kapal, para budak
Afrika tersebut dijual ke Jamaika.
Pada 1845 hingga 1917, datang
imigran dari India ke Jamika. Sebanyak 16 persen dari 37 ribu imigran tersebut
beragama Islam. Sesepuh mereka, Muhammad Khan, datang pada 1917 di usia 151
tahun. Putranya, Naim Khan, kemudian membangun Masjid Ar Rahman di Kota Spanyol
pada 1957. Sejak itu, para imigran lain pun mulai mendirikan masjid di penjuru
Jamaika. Muhammad Golaub yang datang menjadi imigran bersama ayahnya di usia
tujuh tahun kemudian mendirikan Masjid Hussein di Westmoreland. Sejak 1960,
Muslimin bertahap meletakkan dasar delapan masjid lain. Hingga kini, masjid pun
tersebar di seluruh penjuru negeri.
Bahkan di bidang pendidikan, Ulama
dari Dewan Islam Jamaika Abdul Baseer memiliki dua sekolah Islam, yakni Sekolah
Dasar Islamiyah dan TK di Masjid Arrahan. Meski hanya dua, sekolah tersebut pun
terbuka dan banyak mendidik siswa dari keluarga Kristen.
Selain lembaga pendidikan resmi,
berbagai organisasi Islam pun menyediakan kelas pendidikan. Organisasi Islam
sangat tersebar di Jamaika. Beberapa, di antaranya, Dewan Islam Jamaika serta
Pendidikan Islam dan Dakwah Center di Kingston. Organisasi lain bergerak di
Masjid Al Haq di Mandeville, Masjid Al-Ihsan di Negril, Masjid-e-Hikmah di Ocho
Rios, dan Islamic Center di Saint Mary.
Kedatangan imigran India telah
memberikan sumbangsih besar bagi Muslimin Jamaika. Banyak masjid dibangun di segala
penjuru pulau. Menurut data Dewan Islam Jamaika, terdapat 12 masjid berdiri di
negeri tersebut. Masjid berada di Kingston, Kota Spanyol, Town St Catherine,
Pelabuhan Maria, Albany St Mary, Newell St Elizabeth, dan Westmoreland. Masjid
Jamaika di Kota Spanyol merupakan masjid pertama yang berdiri.
10. Islamisasi di Kosta
Rika
Berdasarkan data CIA World Factbook,
persentase umat Islam di Kosta Rika hanya 0,01 persen atau sekitar 500 jiwa dan
4,2 juta penduduk. Kebanyakan adalah
kaum imigran dan sebagian warga lokal yang menjadi mualaf. Meskipun secara
kuantitas tidak signifikan, umat Islam di sana tidak berkecil hati. Justru, hal
itu memacu mereka untuk terus berkiprah di berbagai bidang. Di kalangan umat Islam sendiri, mereka
senantiasa berupaya memperkuat jalinan ukhuwah dan kerjasama satu sama lain.
Kegiatan shalat berjamaah ataupun buka puasa bersama mencerminkan tekad itu.
Dalam berbagai kesempatan, mereka saling merajut kebersamaan.
Islam masuk ke Kosta Rika seiring
sampainya dakwah Islam ke Kepulauan Karibia pada 1845 M. Islam dibawa oleh
keturunan Muslim yang berasal dari sebuah provinsi di India, Uttar
Pradesh. Mereka adalah para buruh yang
dibawa oleh para tuan tanah setempat dari daerah asalnya. Orang-orang Islam
dijanjikan kesejahteraan dengan memperoleh tanah. Tapi, janji tinggal janji. Di
sana, para imigran ini dipekerjakan di perkebunan tebu dan tembakau dengan
sistem imbal tenaga. Sejak perbudakan dihapuskan di seluruh wilayah jajahan
Inggris, tuan tanah menerapkan sistem tersebut. Akibatnya, pekerja tidak
menerima upah sebagai konsekuensi pembayaran utang-utang mereka dan biaya
perjalanan.
Selain oleh imigran dari India,
Islam juga dibawa oleh komunitas Muslim yang berasal dari Afrika. Mereka
merupakan suku asli Afrika Barat, yaitu Mandingo. Merekalah pemeluk Islam pertama yang datang
ke Karibia pada 1777. Orang-orang Afrika ini juga dipekerjakan di perkebunan
tebu sebagai budak. Jumlah mereka terus
bertambah hingga mencapai 20 ribu jiwa pada 1830. Selanjutnya, Islam dibawa
oleh Muslim yang berasal dari Timur Tengah, Indonesia, dan Pakistan.
11. Islamisasi di Nikaragua
Menurut statistik tahun 2007 yang
dikeluarkan oleh Departemen Luar
Negeri A.S. tentang Islam
di Nikaragua, sekitar 1,200 hingga 1,500 Muslim, mayoritas dari mereka adalah
muslim sunni yang berasal dari penduduk asing atau penduduk berwarganegara dari Palestina, Libya, dan Iran atau penduduk asli Nikaragua. Pusat Kebudayaan Islam di Managua (ibukota Nikaragua) berfungsi sebagai pusat keislaman bagi umat
Islam di bandar, sekitar 320 orang menghadiri setiap harinya secara konsisten.
Umat Islam dari Granada, Masaya, Leon, dan Chinandega juga melakukan sholat Jum’at di Managua. Karena Granada, Masaya, dan Leon mempunyai pusat-pusat sholat
yang lebih kecil dibandingkan di Managua. Pada bulan Mei 2007, pemimpin Islam Sunni di Managua dihentikan,
kerana peningkatan pengaruh Iran di masyarakat Muslim dan harus diganti dengan
pemimpin agama Syiah. Pada akhir tempoh pelaporan (Mei 2007) pemimpin Syiah belum
diketahui secara pasti.
12. Islamisasi di Panama
Salah satu sumber mengenai masuknya
Islam di Panama ditulis oleh Abdul Khabeer Muhammad, seorang juru dakwah yang
giat menyebarkan Islam di Panama. Dalam artikel yang dimuat di majalah Islam
Canada, A Brief History of the Muslim in Panama, Abdul Khabeer Muhammad
mencatat ada dua gelombang kedatangan penganut Muslim di negeri itu. Pertama,
tahun 1552, pendatang Muslim menginjakkan kakinya di Panama sebagai budak yang
dibawa penjajah Spanyol untuk dipekerjakan di tambang emas. Mereka adalah para
budak Afrika dari suku Mandinka yang dibawa oleh orang-orang Spanyol. Para
budak dari suku Mandinka, yang keseluruhannya adalah Muslim. Mereka tiba dalam
jumlah cukup besar, yakni sekitar 500 orang. Sebelum memerdekakan diri, wilayah
Panama merupakan bagian dari wilayah koloni Spanyol. Pada masa itu, bangsa
Spanyol membuat kebijakan untuk mendatangkan para budak ke wilayah jajahan
mereka di kawasan Amerika Tengah saat ini.
Kedua, tahun 1904-1913, ajaran Islam
mulai bergema kembali di tanah Panama. Setelah adanya gelombang imigran dari
wilayah anak benua India, Lebanon dan negara Timur Tengah lainnya datang
sebagai pedagang ke Colon, sebuah kota di tepi lautan Atlantik.. Para imigran
yang mayoritas laki-laki ini di kemudian hari menikah dengan perempuanperempuan
setempat.
Gelombang imigran Muslim ke wilayah
Panama tidak terhenti sampai di situ. Pada 1929, masyarakat Muslim Sunni
India-Pakistan dari Bombay, India, menjajakkan kakinya di Panama. Mereka
kemudian membentuk sebuah organisasi yang diberi nama Panama Muslim Mission.
Organisasi Muslim pertama di Panama ini kemudian memprakarsai pendirian sebuah
masjid di Kota Panama. Selain sebagai tempat ibadah, bangunan masjid tersebut
juga digunakan sebagai tempat untuk mencari informasi mengenai seputar Islam,
terutama bagi para mualaf.
13. Islamisasi di Puerto
Rico
Setidaknya ada 5.000 orang pemeluk
agama Islam di Puerto Rico. Mereka adalah para pengungsi Palestina yang hijrah
ke negeri ini, karena kekejian Israel yang terus menbantai warga Palestina
ditanah kelahiran mereka sendiri. Kini, hijrahnya warga Palestina menjadi
berkah tersendiri, Islam tersebar di negeri mungil ini.
Kedatangan warga Palestina ke Puerto
Rico, dimulai semenjak tahun 1958. Itu berarti hampir satu dekade setelah tanah
dinegeri orang, ternyata berubah manis. Bukan saja mereka dapat menyelamatkan
diri dan mempersiapkan hari esok yang lebih baik, tetapi juga menyebarkan Islam
di kawasan baru.
Benar saja, hanya dalam jangka waktu
50 tahun, kehidupan perekonomian para pendatang dari Palestina ini, mengalami
perbaikan. Mereka kebanyakan bergerak dalam bidang perdagangan. Antara lain
membuka restoran, toko-toko perhiasan dan outlet pakain.
Pulihnya nasib mereka di atas, kian
menambah semangat para pendatang untuk menyebarka agama Islam di pulau Puerto
Rico. Hingga kini , cukup banyak bangunan masjid berdiri tersebar merata di
pulau ini.
Di kota-kota bersa seperti ,
Aguadila, Fajardo, San juan, Hatilo, Ponce, Arecibo, Rio Piedres, Monterheisra
dan Vega Alta, masjid telah berdiri. Bukan itu saja, organisasi Islam Amerika
Utara, (AMANA) juga membuka kantor di sini, tepatnya di kota Cavey. Mungkin
karena kehadiran pendatang Palestina ini membuat perekonomian rakyat setempat
juga mengalami perubahan yang berarti, banyak warga penduduk setempat
yang mulai tertarik dengan ajaran Islam. Kebanyakan pemeluk Islam mendiami kota
RIo Piedras.
Fakor lain yang menarik hati para
penduduk untuk mempelajari Islam lebih jauh adalah tentang sejarah Islam di
Eropa. Warga pulau yang dahulu sempat dijajah bangsa Spanyol ini, baru
mengetahui bahwa Islam pernah menguasai Spanyol lebih 700 tahun.
Para keturunan Latin yang memeluk
Islamtanpa ragu mengklaim bahwa Islam sangat berpengaruh di kawasan. Hal itu
bukalah barang baru. Sebab, pengaruh Islam di Afrika yang menyebar di Spanyol,
turut dibawa oleh nenek moyak mereka ke Puerto Rico. Tak heran, ketika warga
Palestina memperkenalkan budaya Arab, warga setempat tidak merasa asing.
Berbeda kata Spanyol yang mereka pergunakan, ternyata merupakan unsur serapan
dari bahasa Arab.(dikutip dari majalah risalah)
Republik Trinidad dan Tobago adalah republik kepulauan yang terletak di laut Karibia bagian selatan ber-ibukota di Port of Spain. Lokasinya berada Teluk Paria persis di timur laut lepas pantai Venezuela, dan di sebelah selatan Grenada di gugus kepulauan Antilles kecil. Negara kecil ini hanya terdiri dari dua pulau utama yakni pulau Trinidad dan Pulau Tobago ditambah dengan beberapa pulau pulau berukuran mini.
Para ahli sejarah termasuk situs
resmi ASJA yang merupakan organisasi Islam terbesar di Trinidad dan Tobago, meyakini masuknya Islam ke negara pulau itu dibawa oleh
budak-budak hitam dari suku Mandigo di Afrika Barat, bukan oleh orang India
Timur, Hal ini terlihat dari banyaknya anggota suku Mandigo di Trinidad &
Tobago yang memeluk Islam di tahun 1740.
Budak budak Afrika ini tiba di Trinidad &
Tobago sekitar tahun 1817 bersama dengan
Resimen India Timur yang kemudian mendiami kawasan yang kini dikenal sebagai
pemukiman sungai Hondo (Hondo River Setlement).
Orang-orang India Timur ini pertama
kali datang ke Trinidad sebagai pelayan berdasar perjanjian. Perjanjian yang
diterima oleh para buruh ini adalah bentuk kerja paksa tanpa bayar. Para buruh
tani ini bekerja di perkebunan tebu selama periode tertentu—biasanya lima
tahun—untuk menghapus hutang-hutang mereka. Kondisi kemiskinan dan kehidupan
yang keras menggelayuti para buruh tani ini dibarengi dengan usaha kristenisasi
terhadap mereka oleh para majikan.
H.
ISLAMISAI DI AMERIKA SELATAN (AMERIKA LATIN)
1. Islamisasi di Argentina
Kedatangan Muslim ke tanah Argentina
dimulai pada pertengahan Abad-19. Imigrasi pertama datang dari Syria sekira
1850 sampai 1860. Mereka mencari penghidupan yang lebih baik dibandingkan di
bawah kekaisaran Ottoman yang pada saat itu cenderung otoriter.
Gelombang imigrasi berikutnya
datang di antara tahun 1870 pada saat Perang Dunia I. Di
antara rentang tahun 1919 dan 1926 para imigran itu datang
lagi. Saat itu kekuatan negara Barat sedang getol-getolnya menancapkan
pengaruh kolonialisasi di Timur Tengah, yang dulunya berada di bawah kekaisaran
Ottoman.
Argentina merupakan salah satu
negara yang penduduk Muslimnya sangat banyak. Bahkan, terbesar dibanding
negara-negara lain di kawasan Amerika Latin. Meski populasi Muslim di negara
yang memiliki nama resmi Argentine Nation itu menempati peringkat
keempat, nuansa dakwah dan religiositas pemeluk Islam di sana begitu tinggi.
Ini bisa dibuktikan dengan berdirinya sejumlah masjid di Argentina.
Di Buenos Aires, ibu kota Argentina,
telah berdiri sebuah masjid besar pada tahun 1989. Masjid itu kini menjadi
pusat kegiatan ibadah dan dakwah umat Islam di sana. Di beberapa kota di
Argentina, kini juga berdiri masjid-masjid kokoh dan megah. Jumlahnya sudah
mencapai puluhan. Syiar Islam semakin marak di Argentina setelah sebuah pusat
kajian Islam yang diberi nama “The King Fahd Islamic Cultural Center”,
dibangun pada tahun 1996.
Bangunan pusat kajian Islam ini
terletak di permukiman kelas menengah di wilayah Palermo, Buenos Aires. Proyek
yang merupakan kerja sama pemerintah Argentina dan Arab Saudi ini dibangun di
atas lahan seluas 34 ribu meter persegi. Pusat kajian ini dilengkapi dengan
bangunan masjid, perpustakaan, dua buah sekolah, taman, dan lahan parkir. Di
tempat ini, biasanya umat Islam berkumpul dan mengkaji seputar keilmuan dan
budaya Islam. Terlebih pada bulan Ramadhan, senandung budaya dan nilai-nilai
Islam begitu marak dikumandangkan.
Mengenai jumlah umat Islam di
Argentina, memang sulit ditemukan angka yang pasti. Beberapa sumber data
menyebutkan angka yang berbeda. Menurut catatan The CIA World's Fact Book, pada
tahun 2004, dari total penduduk Argentina yang mencapai 39.144.753 jiwa, hanya
dua persen yang memeluk Islam, yaitu sekitar 782.895 jiwa, selebihnya adalah
pemeluk Katolik Roma, Protestan, dan Yahudi. Sedangkan Katolik Roma, merupakan
agama mayoritas di negara yang terkenal dengan tarian tangonya itu.
Tudingan yang gencar dilakukan
Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya pada umat Islam, sejak tragedi
11 September 2001, sebagai pelaku terorisme global, memang sempat membuat umat
Islam di Argentina dicurigai. Namun, begitu setelah dilakukan dialog dua arah,
ketegangan dan rasa curiga hilang dengan sendirinya dan berbagai tudingan
negatif yang dilayangkan kepada umat Islam, tidak begitu digubris masyarakat
Argentina. Sementara umat Islam di Argentina, telah menunjukkan jiwa
kenegarawan dan nasionalisme yang tinggi. Hal inilah yang menjadikan gairah
dakwah Islam semakin meningkat di sana.
2. Islamisasi di Bolivia
Islam masuk ke Bolivia dibawa oleh
imigran muslim yang masuk kesana dari berbagai negara Islam termasuk di
dalamnya muslim dari Palestina, Iran, Suriah dan Lebanon. Imigran Palestina
yang datang kesana di era tahun 1970-an yang kemudian mendirikan organisasi
Islam pertama di Bolivia, Centro Islamico Boliviano di Santa Cruz yang berdiri
tahun 1986 oleh Mahmud Amer Abusharar yang sudah memulai dakwahnya sejak
pertama kali tiba disana tahun 1974.
Berapa banyak jumlah muslim di
Bolivia memang tak ada data pasti, Institut Statistik Nasional Bolivia (INE)
sendiri tidak memiliki data tersebut. Namun pada 24 Februari 2008 lalu harian
El-Nueva Dia di Santa Cruz memperkirakan jumlah muslim di Bolivia ada sekitar
1000 jiwa, sebagian besar tinggal di kota La Paz dan Santa Cruz. Data dari INE
tahun 2001 menunjukan bahwa dari sekitar 8 juta atau setengah dari penduduk
Bolivia merupakan etnis asli kelompok Amerindian, dua kelompok terbesarnya
adalah Indian dari suku Aymara dan Quechua. Dari berbagai sumber yang ada,
tidak ada satu kelompok etnis pun yang menjadi target utama Islamisasi di
Bolivia oleh organisasi Islam manapun. Dan data statistik yang lain menunjukkan
bahwa Islam di Bolivia diperkirakan ada sekitar 2000 jiwa atau setara dengan
sekitar 1% dari total penduduk mereka.
Masjid-masij yang ada di Bolivia
antara lain, Masjid di Bolivia, Masjid Islamic Center Bolivia di Kota Santa
Cruz, Masjid As-Salam dan Masjidum Jbelnnur di La Paz dan lain-lain.
Meski Bolivia hanya memiliki
komunitas kecil ummat Islam, namun memiliki tingkat aktivitas yang cukup tinggi
dan berkembang secara berkelanjutan. Sebagian besar dari komunitas yang sudah
ada ini merupakan anggota komunitas kelahiran Bolivia dan mereka yang baru
masuk Islam atau merupakan keturunan dari imigran Palestina atau Lebanon yang
sudah menetap di Bolivia selama beberapa dekade. Setidaknya ada delapan
organisasi Islam di Bolivia dan masing masing memiliki masjid sebagai pusat
aktivitas mereka.
Berikut beberapa komunitas muslim
disana antara lain, Centro Islamico Boliviano (CIB, Asociacion Cultural
Boliviana Musulmana (ACBM), Asociacion de la Comunidad Islamica de Bolivia -
ACIB , Asociación Islámica de Bolivia- Mezquita As-salam (Shi’ah), Asociacion
de la Comunidad Islamica de Bolivia Ahlul Bait - ACIB Ahlul Bait dan lain-lain.
Menurut statistik resmi pada tahun 2000, terdapat 27.239 muslim yang bermukim di Brasil. Kebanyakan penduduk Muslim berdiam di daerah São Paulo dan Paraná. Sebagian besar dari mereka merupakan imigran Libanon yang berhijrah dari negara asal mereka akibat perang saudara
Libanon. Walaupun demikian, setengah surat kabar di sana, mencatat jumlah
penduduk Muslim di Brasil sekitar 56.000 sampai 70.000. Menurut otoritas Islam yang ada, jumlah Muslim di Brasil adalah sekitar 1 juta kepada 1,5
juta termasuk penganut setempat.
Sejarah Islam di Brasil dimulai
dengan masuknya orang-orang Afrika dalam bentuk perbudakan. Brasil menerima 37% dari seluruh budak
Afrika yang diperdagangkan, berjumlah sekitar 3 juta orang bangsa Afrika. Sejak
tahun 1550, orang Portugis telah menggunakan budak berbangsa Afrika untuk bekerja di kebun
tebu yang sebelumnya dimusnahkan oleh penduduk Tupi setempat.
Sebagian sarjana menyatakan bahwa
Brasil merupakan negara Amerika yang paling banyak menerima orang Muslim berbangsa Afrika yang
telah diperbudak. Pada tahun 1835 di Bahia, Muslim berbagai bangsa pernah mengadakan suatu pemberontakan.
Peristiwa itu telah menyebabkan banyak orang terbunuh. Semenjak itu, pihak
Portugis telah mengadakan langkah berjaga-jaga terhadap Afro-Muslim, termasuk
memaksa mereka menganut agama Katolik. Walaupun demikian, komunitas Muslim di Brasil tidak dapat
dienyahkan begitu saja. Hingga tahun 1900, dicatat masih terdapat 10.000 Afro Muslim yang hidup negara
Brasil.
Setelah masa asimilasi paksa
terhadap Afro-Muslim, perkembangan Islam di Brasil telah memasuki suatu era
yang baru dengan adanya imigran Muslim Timur
Tengah ke negara ini. Kebanyakan mereka
berasal dari Suriah dan Libanon.
Data
statistik menunjukkan estimasi jumlah ummat Islam di Chile mencapai 4000 orang atau kurang dari 1% dari total penduduk negeri
tersebut. Pendatang Islam pertama ke Chile bernama Pedro de Gasco dari bangsa Moor yang berasal dari
Andalusia (kini Spanyol) beliau tergabung dalam expedisi Diego de Almagro namun
kemudian dipaksa untuk menjadi Katholik. Meski kedatangan bangsa moor ke Chile ini tertutup oleh sejarah masa lalu, namun sejarawan Chile sudah mulai mengakui warisan budaya bangsa moor dan pengaruhnya
terhadap perkembangan budaya dan identitas Chile.
Gelombang migrasi besar besaran
muslim ke Chile dimulai tahun 1856, dengan kedatangan migran Arab dari wilayah bekas Emperium Usmani (Ottoman
Empire) yang kini menjadi Syria, Lebanon dan Palestine. Muslim migran inilah yang kemudian mendirikan Organisasi Sociedad
Unión Musulmana, dan kemudian mendirikan masjid As-Salam di Santiago.
Di penghujung 1980-an begitu banyak
pribumi Chile yang masuk Islam dan terus meningkat seiring dengan selesainya
pembangunan masjid. Usama Abu Gazaleh kemudian terpilih menjadi Imam Masjid
setelah wafatnya Taufiq Rumie di tahun 1998. ditahun 1997 seorang muslim
keturuanan Pakistan membeli tanah untuk pembangunan Masjid Bilal dan Madrasah
di Iquique, dan selesai dibangun tahun 1999.
5. Islamisasi di Ekuador
Muslim pertama yang menetap di
Ekuador mayoritas adalah muslim Arab dari berbagai Negara yang kini dikenal
sebagai Negara Lebanon, Palestina, Suriah dan Mesir. Mereka bermigrasi ke
Equador dengan alasan yang sama seperti muslim lainnya yang berpindah ke
Amerika latin yakni menghindar dari perang dunia pertama dan kedua. Imigran
Arab tersebut masuk ke Equador dan Amerika Latin lainnya menggunakan Paspor
Kekhalifahan Emperium Usmaniah (yang berpusat di Istambul – Turki) karenanya
imigran muslim pertama yang masuk kesana lebih sering disebut sebagai warga
Turki.
Merujuk kepada Yahya Juan Suquillo,
Direktur Dakwah Centro Islamico Del Ecuador, populasi muslim di Ecuador ada
sekitar 500 jiwa. Sedangkan Wikipedia menyebut jumlah muslim di Ecuador mencapai 2000 jiwa, angka yang
sama persis dengan data dari PEW
Reseach Center yang
menyebutkan bahwa pemeluk Islam di Ecuador ada 2000 jiwa atau kurang dari 0,1%
dari total penduduknya. Sementara word fact
book nya CIA hanya menyebut komposisi pemeluk agama di Equdor dalam dua
kelompok yakni pemeluk Katholik Roma 95% dan pemeluk agama lain lain 5%.
Situs latinodakwah.org menyebutkan, ada tiga organisasi Islam di Ecuador. Masing masing
organisasi ini memiliki dan mengelola masjid bagi muslim di area-nya masing
masing. Berikut tiga organisasi, Centro Islamico Del Ecuador : Mezquita
Assalam, Fundacion Islamica Cultural Khalid Ibn Al Walid dan Centro Islamico
Al-Hijra De Guayaquil
6. Islamisasi di Guyana
Guyana adalah negara kecil di
pesisir utara Amerika Selatan. Luasnya sekitar 214 ribu meter persegi. Populasi
penduduk kurang dari satu juta jiwa, tepatnya 777 ribu jiwa pada tahun 2006.
Tapi, di sinilah agama Islam menemukan momentumnya. Bahkan termasuk yang
paling pesat perkembangannya di kawasan Amerika Selatan. Salah satu
indikatornya adalah jumlah masjid yang cukup banyak di negeri itu.
Seperti dicatat Organisasi Islam
Pusat Guyana (CIOG), terdapat sekitar 145 unit masjid. Sarana ibadah itu tersebar
di seluruh penjuru negara. Padahal komunitas muslim sendiri mencakup sekitar 7
persen dari populasi.
7. Islamisasi di Kolumbia
Ada tiga hal yang mendorong lahirnya
komunitas Muslim di Kolumbia. Pertama, periode setelah konflik politik di
negara-negara Timur Tengah; Kedua, jatuhnya Kekaisaran Ottoman yang mendorong
minoritas Arab ke tanah Amerika; Ketiga, migrasi Palestina (khusus setelah
perang dunia kedua dan setelah penciptaan Negara Israel tahun 1948) dan migrasi
Lebanon di tahun enam puluhan.
Di Kolumbia, bisa dikatakan bahwa
hampir tidak ada yang mendukung mereka sebagai Muslim; fasilitas, Guru agama
(imam), apalagi gaya hidup. Dengan kondisi itu, yang perlu menjadi catatan
sendiri bahwa kaum Muslim Kolumbia, menolak asimilasi (peleburan) tata cara dan
gaya hidup mereka. Banyak yang mencatat, bahwa sikap ini yang menghambat
penyebaran Islam di negeri ini.
Meskipun fenomena ini mulai pada
tahun delapan puluhan, pertumbuhan yang signifikan terjadi dalam beberapa tahun
terakhir. Dan yang agak mengherankan, jumlah pemeluk Islam di Kolumbia justru
semakin bertambah setelah adanya peristiwa 9/11 di tahun 2001.
Dengan segala keterbatasan di lingkungan
mereka, Muslim Kolumbia hanya bisa mempelajari Islam secara mendalam di luar
negeri. Misalnya dengan adanya hubungan diplomatik antara Kolombia dan beberapa
negara Muslim, maka Muslim Kolombia memiliki kesempatan untuk belajar dan
mendapatkan kontak dengan sekolah Al-Quran atau universitas Islam.
8. Islamisasi di Paraguay
Di Paraguay, diperkirakan ada 507
orang muslim disana atau hanya sekitar 0.008% dari total penduduknya. Sebagian
besar dari muslim disana merupakan keturunan dari para imigran muslim dari Suriah, Lebanon dan Palestina yang terkonsentrasi di kota Asuncion dan sekitarnya. Organisasi Islam paling berpengaruh di Paraguay
adalah Centro Benéfico Cultural Islámico Asunción, yang dipimpin oleh Faozi
Mohamed Omairi. Data tersebut sangat berbeda dengan data di islamicpopulation.com yang menyebutkan bahwa muslim di Paraguay mencapai 2750 jiwa pada
tahun 2000.
Imigran Andalusia dari provinsi
Seville dan Huelva antara tahun 1493-1508 memberikan kontribusi hingga 78% dari
total imigran dan 37% antara tahun 1508-1519. Ada dua gelombang masuknya
imigran Andalusia ke Paraguay yang dimulai tahun 1872 dan gelombang kedua
dimulai tahun 1960 dan lebih intensif setelah 1980.
Komunitas arab di Paraguay
mendirikan organisasi pertama mereka pada tanggal 13 Oktober 1919 dengan nama
Syria Union, sebuah lembaga amal dan bantuan bagi imigran Suriah dan Lebanon di
Paraguay. Tahun 1942 organisasi amal ini berubah menjadi Lebanese and Syrian
Club, bermarkas di kota Asuncion. Beberapa organisasi juga didirikan oleh
komunitas Arab di Paraguay termasuk Central Committee Arab pro-Palestinian aid.
Islam di Paraguay dan negara negara
Amerika Latinnya menemukan tempat yang nyaman untuk tumbuh dan berkembang.
Haluan politik beberapa negara Amerika Latin yang tidak sejalan dengan Amerika
memicu kecurigaan dan berbagai tuduhan mengalir deras ke berbagai institusi di
negara negara tersebut termasuk muslim di Paraguay. Jurnalis Amerika dengan lantang
menyebut Amerika Latin sebagai Hot Bed bagi ektrimis dan teroris. Ditambah lagi
dengan kenyataan bahwa imigran muslim dari berbagai negara arab terkonsentrasi
di Wilayah Triple Frontier Brazil, Paraguay dan Argentina yang disebut sebut
oleh media Amerika sebagai sarang pembinaan para ekstrimis Islam.
9. Islamisasi di Peru
Peru, adalah salah satu negara di Amerika Selatan (Amerika Latin),
beribukota di Kota Lima. Perkembangan Islam disana cukup pesat, masjid masjid mulai
bertebaran seiring dengan semakin bertambahnya ummat Islam disana. Tacna, kota di selatan Peru dan berbatasan langsung dengan Negara Chile, salah satu kota yang sudah memiliki masjid yang cukup megah yang
selesai dibangun secara keseluruhan tahun 2008. Dibangun dan dikelola oleh
Muslim migran dari Pakistan.
Secara historis, Islam pertama kali
dikenalkan oleh bangsa Moor atau Moros dari Spanyol. Mereka melarikan diri dari
Spanyol ke Peru karena mendapat penyiksaan. Tercatat dalam sejarah, terdapat
seorang wakil penguasa Spanyol di Peru yang merupakan bangsa Moor dari
Guadalajara.
Keadaan berubah ketika pada 1940-an,
terjadi eksodus Muslim Palestina dan Lebanon yang hendak menyelamatkan diri
dari kekejaman Israel. Mereka masuk ke Peru dan Islam pun dikenal kembali di
negara itu untuk kali kedua. Tak hanya berjasa mengenalkan kembali Islam, para
pengungsi dari Palestina dan Lebanon juga berperan penting dalam membangun
perekonomian Peru. Kaum imigran dari Palestina dan Lebanon itu pun kemudian
menjalin hubungan ukhuwah Islamiah dengan kaum etnis Moor yang merupakan
pemeluk Islam awal di Peru. Mereka saling memengaruhi adat istiadat
hingga terbentuklah budaya perpaduan keduanya, budaya Islam. Maka tak heran,
jika ibu kota Peru, Lima, memiliki aura keislaman yang kuat.
Jumlah Muslimin di Peru memang masih
sekitar lima ribu orang. Angka yang sangat kecil dibandingkan total populasi
Peru yang mencapai 29,5 juta jiwa. Agama Katolik mendominasi populasi negara
Amerika Selatan tersebut dengan persentase lebih dari 81 persen. Meski
demikian, jumlah Muslimin terus berkembang dan mengalami peningkatan setiap
tahunnya. Mereka pun hidup nyaman dengan kebebasan agama yang diterapkan
pemerintah setempat.
10. Islamisasi di Suriname
Islam di Suriname pertama kali di
bawa oleh orang-orang Afrika Barat yang dijadikan budak oleh Belanda yang
dipekerjakan di ladang-ladang tebu, kapas, cokelat, dan kopi pada tahun
1700-an.
Tahun 1863, Kerajaan Belanda
mengakhiri sistem perbudakan. Tindakan ini membawa perubahan terhadap
keberlangsungan pekerjaan di perladangan negara-negara jajahan, termasuk
Suriname. Banyak bekas budak yang kemudian meninggalkan ladang-ladang untuk
mencari penghidupan lebih baik. Menyadari situasi tersebut dapat mengganggu
perekonomian, Belanda pun melakukan usaha penyelamatan. Direkrutlah tenaga
buruh-buruh kontrak yang digaji sangat murah. Mereka sebahagian diambil dari
beberapa negara dan wilayah jajahannya, termasuk dari Jawa.
Kehadiran orang-orang Jawa kian
mengukuhkan agama Islam di negara ini, lantaran warga Jawa tersebut kebanyakan
muslim. Berdasarkan sensus terakhir, muslim Suriname mewakili sekitar 13% dari
keseluruhan penduduk negara tersebut. Namun berbagai sumber tidak resmi
menyebut angka hingga mencapai 20%. Angka ini menjadikan Suriname sebagai salah
satu negara dengan persentase muslim tertinggi di benua Amerika. Selain oleh
bekas budak Afrika Barat dan keturunan Jawa, jejak Islam Suriname juga dibawa
orang-orang Pakistan dan Afghanistan, yang hampir semua penduduknya adalah
muslim Sunni.
Pada awalnya, masyarakat muslim
Suriname secara umum memeluk agama sekadar mewarisi agama nenek moyangnya. Ini
dikarenakan karena kebanyakan mereka memang datang ke Suriname dengan bekal
pendidikan agama yang terbilang minim. Pada kasus masyarakat muslim Jawa,
umpamanya, kebanyakan mereka berasal dari tradisi agama Islam Jawa abangan,
yang hanya mengenal Islam sekadar nama dan lebih kental dengan unsur tradisi
dan budaya Jawa. Hal itu terlihat, misalnya, kenapa hingga sekarang sebahagian
dari mereka masih mempertahankan shalat menghadap ke Barat, seperti nenek
moyang mereka di Jawa, padahal Suriname berada di sebelah barat Ka’bah.
Sejalan perkembangan zaman, Islam
tidak lagi dijadikan sebagai agama warisan nenek moyang, tapi dipeluk dengan
penuh kesadaran. Lambat laun, kini Islam tidak saja dijadikan sebagai agama
tradisi nenek moyang, tapi menjadi sebuah cara hidup untuk mencapai kebahagiaan
di dunia dan akhirat. Fenomena seperti itu dapat dengan mudah ditemui di
mana-mana, di kota, perkampungan, pasar, dan jalan-jalan. Berpakaian muslim
menjadi pemandangan yang telah biasa di tengah-tengah kecenderungan fashion ala
Barat. Ucapan salam simbol Islam pun semakin sering terdengar. Bukan hanya di
antara muslim Jawa, tetapi juga kerap terucap di berbagai etnis muslim
Suriname.
Geliat itu begitu terasa hingga
pemeluk Islam bukan saja orang Jawa dan Hindustan, tapi juga satu per satu
orang-orang negro dan kulit putih pun mencintai dan masuk Islam. Beberapa
pergerakan Islam di Suriname di antaranya: Perserikatan milik umat Islam
keturunan India, Suriname Muslim Associatie (SMA), termasuk salah satu lembaga
yang berandil besar dalam menyalakan cahaya Islam di Suriname. Stichting der
Islamitische Gemeenten in Suriname (SIS), Yayasan Islam Suriname, adalah
lembaga paling berpengaruh di Suriname dari kalangan suku Jawa yang membawa
obor perubahan bagi kebangkitan Islam. Lembaga ini memiliki masjid utama,
Masjid Nabawi, dengan 54 masjid lainnya berada dalam binaannya tersebar luas di
distrik Paramaribo dan distrik-distrik lain.
Organisasi kalangan Jawa abangan
seperti Federatie van Islamitische Gemeenten in Suriname (FIGS), terus-menerus
diajak dialog secara kelembagaan ataupun pribadi-pribadi hingga satu per satu
menemukan kebenaran itu. Bahkan para pemimpin Ngulonan pun sesungguhnya telah
mengetahui kebenaran itu dan mudah-mudahan segera dibukakan pintu hidayah.
Hingga muncullah masjid-masjid baru dengan gerakan pencerahan Islam yang
menjadi pusat bagi terbitnya cahaya Islam, seperti masjid Ansharullah, masjid
Asy-Syafi’iyah Islam, masjid Rahmatul¬lah Islam, dan lain-lain.
Cepat atau lambat, Islam berkembang
dengan luas di seluruh penjuru dunia. Bersyukurlah wilayah yang ternaungi
cahaya Islam. Islam akan terus bersinar dan menerangi alam semesta dengan cahayanya.
11. Islamisasi di Uruguay
Hasil riset yang diselenggarakan PEW
Research Center menyebutkan
bahwa terdapat komunitas muslim di Uruguay meski jumlahnya hanya sekitar 1000
jiwa atau kurang dari 0.1% jumlah penduduknya didasarkan angka perkiraan di
tahun 2009. Sementara artikel Islam in Uruguay yang dimuat di wikipedia menyebut jumlah muslim di Uruguay sekitar 300 hingga 400 jiwa saja
atau setara dengan 0.01% dari jumlah penduduk Negara tersebut.
Merujuk kepada laporan International
Religious Freedom Report 2008
disebutkan bahwa, muslim Uruguay kebanyakan menetap di dekat perbatasan dengan
Brazil. Jumlah muslim di sana diperkirakan 300-400 jiwa namun kehadiran mereka
nyaris tak terlihat karena memang jumlahnya yang sangat minim.
Namun demikian aturan Negara Uruguay
mengatur sedemikian rupa, sehingga khusus untuk warga muslim dapat meminta
tanda pengenal khusus kepada perusahaan tempat mereka bekerja yang memungkinkan
mereka istirahat lebih cepat pada hari Jum’at yang jatuh pada hari kerja,
hingga mereka dapat menunaikan ibadah sholat Jum’at berjamaah bersama muslim
yang lain.
Satu fenomena yang sangat menarik di
Uruguay ini adalah, meski komunitas muslim disana sangat sedikit namun berita
menggembirakannya adalah telah terpilihnya seorang muslim Uruguay masuk ke
dalam jajaran anggota Konres. Dia bernama Amin Niffouri yang terpilih dalam
pemilihan pada bulan November tahun 2009 lalu mewakili daerah pemilihan
Canelones. Dia menjadi satu satunya muslim Uruguay yang menjadi anggota
Kongres. Amin Niffouri memang dari keluarga muslim terpandang disana, dia merupakan
muslim keturunan Suriah. Pamannya yang bernama Niffouri Fakhri telah lama
menjadi Konsulat Uruguay untuk Suriah.
Sedikitnya jumlah muslim di Uruguay
dengan sendirinya sangat sulit untuk menemukan masjid di Negara itu. Meski
begitu, ada beberapa tempat yang menjadi titik berkumpul sekaligus sebagai
pusat ke-Islaman disana. Yakni : Islamic center of Uruguay, Egyptian Cultural
Islamic Center (Pusat Kebudayaan Islam Mesir), Centro Islamico Del Uruguay dan
Fraternidad Islámica del Uruguay (Islamic Brotherhood of Uruguay atau Ikhwanul
Muslimin Uruguay).
12. Islamisasi di Venezuela
Data dari Laporan Kebebasan
Beragama Internasional Departemen Luar Negeri AS menunjukkan, pada 2011
terdapat lebih dari 100 ribu Muslim di Venezuela. Dengan kata lain, Islam hanya
mengambil bagian 0,5 persen dari total populasi negara di Amerika Selatan
tersebut. Minoritas, namun Muslimin dapat hidup nyaman di sana. Menurut laporan
yang sama, sebagian besar Muslimin Venezuela terkonsentrasi di Nueva Esparta
dan Karakas. Ibu kota Venezuela, Karakas, menjadi rumah bagi sekitar 15 ribu
Muslimin.
Sebuah masjid terbesar kedua Amerika
Latin setelah Masjid King Fahd di Buenos Aires, Argentina juga
berdiri kota terbesar Venezuela tersebut, Masjid Sheikh Ibrahim al-Ibrahim,
Masjid Terbesar di Venezuela. Masjid dibangun sejak 1989 hingga 1993. Sang
pendiri, Sheikh Ibrahim bin Abdul Aziz, berasal dari Arab Saudi. Sebagai
sesama negeri penghasil minyak, hubungan Venezuela dan Arab Saudi memang cukup
baik.
Meski jumlah Muslimin dari kalangan
penduduk asli cukup banyak, Muslimin Karakas didominasi para imigran dari Timur
Tengah, seperti Palestina, Lebanon, Suriah, dan Turki. Islam datang ke Karakas,
Venezuela, bersamaan dengan datangnya Islam di Benua Latin. Disebutkan, Islam
datang pertama kali dibawa oleh para budak Afrika yang dibawa ke negara-negara
Latin, seperti Brasil, Venezuela, Kolombia, dan Kepulauan Karibia. Pada abad
ke-16, ketika sistem budak dihapuskan, mereka membentuk komunitas Muslim dan
bergabung dengan para pendatang lain dari negeri Islam. Pada 1850-an, terdapat
gelombang imigran yang cukup besar dari tanah Arab.
Mereka memiliki beberapa organisasi
Islam, seperti Caribe Islam Margarita-La Comunidad Islamica
Venezolana dan Centro Islamico de Venezuela. Untuk kehidupan
sehari-hari, mereka tak banyak mengalami kesulitan. Bagi para Muslimah pun
bebas mengenakan jilbab ke manapun mereka pergi. Muslimin Karakas juga giat
menyuarakan hak-hak Muslimin di Palestina ataupun menyuarakan pembelaan Islam
yang menjadi target Islamfobia.
I.
PENGARUH ISLAM DI BENUA AMERIKA
Bila kita membuka peta
Amerika. Kita akan meliahat nama tempat yang ada di Negeri Paman Sam itu.
Sebagai umat Islam, pastilah Anda akan dibuat terkejut. Apa pasal? Ternyata
begitu banyak nama tempat dan kota yang menggunakan kata-kata yang berakar dan
berasal dari bahasa umat Islam, yakni bahasa Arab. Tak percaya? Cobalah wilayah
Los Angeles. Di daerah itu ternyata terdapat nama-nama kawasan yang berasal
dari pengaruh umat Islam. Sebut saja, ada kawasan bernama Alhambra. Bukankah Alhambra
adalah nama istana yang dibangun peradaban Islam di Cordoba?
Selain itu juga ada nama teluk yang
dinamai El Morro serta Alamitos. Tak cuma itu, ada pula nama tempat seperti;
Andalusia, Attilla, Alla, Aladdin, Albany, Alcazar, Alameda, Alomar, Almansor,
Almar, Alva, Amber, Azure, dan La Habra.[18]
setelah itu, mari kita bergeser ke bagian tengah Amerika. Mulai dari selatan
hingga Illinois juga terdapat nama-nama kota yang bernuansa Islami seperti;
Albany, Andalusia, Attalla, Lebanon, dan Tullahoma. Malah, di negara bagian
Washington terdapat nama kota Salem.
Pengaruh Islam lainnya pada penamaan
tempat atau wilayah di Amerika juga sangat kental terasa pada penamaan Karibia
(berasal dari bahasa Arab). Di kawasan Amerika Tengah, misalnya, terdapat nama
wilayah Jamaika dan Kuba. Muncul pertanyaan, apakah nama Kuba itu berawal dan
berakar dari kata Quba - masjid pertama yang dibangun Rasulullah adalah Masjid
Quba. Negara Kuba beribu kota La Habana (Havana). Di benua Amerika pun terdapat
sederet nama pula yang berakar dari bahasa Peradaban Islam seperti pulau
Grenada, Barbados, Bahama, serta Nassau. Di kawasan Amerika Selatan terdapat
nama kota-kota Cordoba (di Argentina), Alcantara (di Brazil), Bahia (di Brazil
dan Argentina). Ada pula nama pegunungan Absarooka yang terletak di pantai
barat. Menurut Dr A Zahoor, nama negara bagian seperti Alabama berasal dari
kata Allah bamya. Sedangkan Arkansas berasal dari kata Arkan-Sah. Sedangkan
Tennesse dari kata Tanasuh. Selain itu, ada pula nama tempat di Amerika yang
menggunakan nama-nama kota suci Islam, seperti Mecca di Indiana, Medina di
Idaho, Medina di New York, Medina dan Hazen di North Dakota, Medina di Ohio,
Medina di Tennessee, serta Medina di Texas. Begitulah peradaban Islam turut
mewarnai di benua Amerika.[19]
Sejarawan Muslim
Abu Bakar Ibnu Umar Al-Guttiya mengisahkan pada masa kekuasaan Khalifah Muslm
Spanyol bernama Hisham II (976 M -1009 M), seorang navigator Muslim bernama
Ibnu Farrukh telah berlayar dari Kadesh pada bulan Februari 999 M menuju
Atlantik. Dia berlabuh di Gando atau Kepulauan Canary Raya. Ibnu Farrukh
mengunjungi Raja Guanariga. Sang penjelajah Muslim itu memberi nama dua pulau
yakni Capraria dan Pluitana. Ibnu Farrukh kembali ke Spanyol pada Mei 999 M.
Tahun 1178 M: Sebuah dokumen Cina
yang bernama Dokumen Sung mencatat perjalanan pelaut Muslim ke sebuah wilayah
bernama Mu-Lan-Pi (Amerika). Tahun 1310 M: Abu Bakari seorang raja Muslim dari
Kerajaan Mali melakukan serangkaian perjalanan ke negara baru. Tahun 1312 M:
Seorang Muslim dari Afrika (Mandiga) tiba di Teluk Meksiko untuk mengeksplorasi
Amerika menggunakan Sungai Mississipi sebagai jalur utama perjalanannya.[20]
Tahun 1530 M: Budak dari Afrika tiba
di Amerika. Selama masa perbudakan lebih dari 10 juta orang Afrika dijual ke
Amerika. Kebanyakan budak itu berasal dari Fulas, Fula Jallon, Fula Toro, dan
Massiona - kawasan Asia Barat. 30 persen dari jumlah budak dari Afrika itu
beragama Islam.
Tahun 1539 M: Estevanico of Azamor,
seorang Muslim dari Maroko, mendarat di tanah Florida. Tak kurang dari dua
negara bagian yakni Arizona dan New Mexico berutang pada Muslim dari Maroko
ini. Tahun 1732 M: Ayyub bin Sulaiman Jallon, seorang budak Muslim di Maryland,
dibebaskan oleh James Oglethorpe, pendiri Georgia. Tahun 1790 M: Bangsa Moor
dari Spanyol dilaporkan sudah tinggal di South Carolina dan Florida.
Di amerika yang mempengaruhi warga amerika untuk memeluk Islam itu
disebabkan beberapa pokok. Diantaranya yaitu :
1.
Karena
kehidupan mereka yang sebelumnya sekuler, tidak terarah, tidak punya tujuan, hidup
hanya MONEY, MUSIC AND FUN. Pola hidup itu menciptakan kegersangan dan
kegelisahan jiwa. Mereka merasakan kekacauan hidup, tidak seperti pada
orang-orang Muslim yang mereka kenal. Dalam hingar bingar dunia modern dan
fasilitas materi yang melimpah banyak dari mereka yang merasakan kehampaan dan
ketidakbahagiaan. Ketika menemukan Islam dari membaca Al-Qur’an, dari buku atau
kehidupan teman Muslimnya yang sehari-harinya taat beragama, dengan mudah saja
mereka masuk Islam.
2.
Merasakan
ketenangan, kedamaian dan kebahagiaan yang tidak pernah dirasakannya dalam
agama sebelumnya yaitu Kristen. Dalam Islam mereka merasakan hubungan dengan
Tuhan itu langsung dan dekat.
3.
Menemukan
kebenaran yang dicarinya. Beberapa konverter mengakui konsep-konsep ajaran
Islam lebih rasional atau lebih masuk akal seperti tentang keesaan Tuhan,
kemurnian kitab suci, kebangkitan dan penghapusan dosa ketimbang dalam Kristen.
4.
Banyak
kaum perempuan Amerika Muslim berkesimpulan ternyata Islam sangat melindungi
dan menghargai perempuan. Dengan kata lain, perempuan dalam Islam dimuliakan
dan posisinya sangat dihormati.
J.
PENUTUP
Muslim di AS mengalami dinamika yang
signifikan dari mulai awal masuk sampai sekarang. Di Amerika setidaknya
terdapat tiga kelompok penganut Islam yaitu; pertama, Muslim keturunan Afrika,
Muslim Kulit putih warga Amerika Asli) dan kaum Imigran dari berbagai bangsa.
Demikian pembahasan dari karya tulis
ilmiah saya. Saya berharap semoga pembahasan dalam karya tulis ilmiah ini dapat
membantu dan bermanfaat bagi pembaca. Dan saya pun berharap pula kritik dan
saran dari pembaca untuk kesempurnaan dalam karya tulis ilmiah saya
selanjutnya. Sekian dan terima kasih.
[1]Ajid
Thohir, Perkembangan Peradaban dikawasan duni Islam, (Jakarta, PT
Raja Grafindo Persada, 2004). hlm. 318-320
[2]Alwi
Shihab dalam Kata Pengantar Buku Jane I. Smith, Islam di Amerika
(Jakarta: yayasan Obor Indonesai, 2005)
[3]
Jane I. Smith, Islam di Amerika (Jakarta: yayasan Obor Indonesai, 2005)
hlm. 74.
[4]
Ibid, Hlm. 75.
[5] M.
Ali Kettani, Minoritas Muslim di Dunia Dewasa Ini (Jakarta: PT. Raja
Grafindo, 2005) Hlm 280-281.
[6]
Taufik Abdullah dalam Ensiklopedia Tematis Dunia Islam, Pemikiran dan
Peradaban Jilid 6.,(Jakarta: PT. Ichtiar baru Van Hoeve, 2002) Hlm. 202.
[7]
Smith, Jane I., Pola-pola Imigrasi Muslim, Kehidupan Muslim di Amerika,
(Kantor Program Informasi Internasional Departemen Luar Negeri AS. 2005). hlm.
14-16,
[8]
Smith, Jane I., Pola-pola Imigrasi Muslim, Kehidupan Muslim di Amerika,
(Kantor Program Informasi Internasional Departemen Luar Negeri AS. 2005). hlm. 14-16,
[9]
Jane smith, Islam di Amerika, 2005. hlm. 97
[11]
Fakta-fakta demografi, Kehidupan Muslim di Amerika, (Kantor
Program Informasi Internasional Departemen Luar Negeri AS.2005). hlm. 35
[12] www. Islam di Amerika. Com
[13] Jane smith, Islam di Amerika, 2005.
hlm. 200
[14]FellL, Barry:
Saga America, New York, 1980] dan GYR,DONALD: Exploring Rock Art, Santa
Barbara, 1989
[15]
Ibid, hlm. 78
[16]
Jhon L. Esposito, Ensiklopedia Oxpord, Dunia Islam Modern, Jilid II
(Bandung: Mizan, 2002) Hlm. 122-127.
[17]
Ibid, Hlm. 128.
[18]
Rayford W. Logan. "Estevanico, Negro Discoverer of the Southwest: A
Critical Reexamination." Phylon (1940-1956), Vol. 1, No. 4. (4th Qtr.,
1940), hlm. 305-314.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar