Oleh: Syamsuriyanto
Syaikh Khalid
Yahya Ash-Shawab dalam kitabnya yang berjudul Najahud Da’wah Al Fardiyah (Sukses
Dakwah Fardiyah) mengenai hal-hal yang harus dilakukan oleh da’i, antara
lain adalah:
1) Memperluas ilmu pengetahuan
Idealnya bagi seorang da’i senantiasa menambah
wawasan ilmu yang bermanfaat dan menularkannya kepada orang lain. Lebih-lebih
ketika orang yang didakwahi tidak dada respon melaui pengaruh seorang da’i
kecuali bila ia menyampaikan sebagian ilmunya dan dudk di tengah-tengah mereka.
Menghadapi yang demikian seorang da’i harus bersenjata ilmu dan siap
menyampaikannya kepada orang yang didakwahi.[1]
2) Dakwah secara menyeluruh.
Da’i yang benar harus menaruh atensi kepada
seluruh lapisan masyarakat, lalu ia meneliti setiap kelomok dan mengadakan
reformasi sesuai dengan sisi-sisi yang perlu dirombak.[2]
3) Menentukan garis-garis Haluan dan perencanaan
untuk berdakwah
Sungguh, sebagian para da’i, betapa banyak
mengerahkan tenaganya dalam berdakwah, tetapi tidak membuahkan hasil. Yang
demikian itu karena dakwah yang dilaksanakan tanpa dilandasi tujuan, program
dan garis haluan yang jelas.[3]
4) Memulai dakwah dari deat
Seorang da’i, hendaklah merintis dakwahnya
melalui kerabat dekatnya. Baik itu keluarganya, sukunya maupun negaranya. Jadi
radius yang terdekat itu yang diprioritasan.[4]
5) Mengetahui krakter masing-masing individu
Seorang da’i ketika berbaur dengan orang lain
harus mengetahui karakteristik dan kemampuan mereka. Juga senatiasa memelihara
pergaulan, sekalipun ada perbedaan diantara mereka, mengingat meraka merupakan
bahan tambang yang memungkinkan dipermak dan dimanfaatkan demi kebaikan dakwah.[5]
6) Menampakkan atensi atau perhatian kepada
setiap individu
Seorang da’i harus bisa menampakkan perhatian kepada
setiap orang seakan-akan sengaja datang khusus mengunjungi mereka. Lalu
memperlihatkan keeratan dengan cara memeluk, disertai penampaan rasa senang
yang menggelora karena pertemuan, memperbanyak percakapan dan menanyakan
tentang berbagai hal.[6]
7) Sistem bertahap dalam berdakwah
Sebaiknya seorang da’i tidak terlalu
berantusias untuk merubah objek yang didakwahi secara spontanitas, melainkan
seperti mengobati, diminum beberapa teguk, sesuai dengan kesiapannya baik
secara fisik maupun psikis.[7]
8) Menentukan hal yang perlu diprioritasan
Jika cara bertahap merupakan asas dalam sukses
dakwah sebagimana teah dijelaskan, maka hendaklah menentukan hal-hal yang perlu
diprioritaskan, baru kemudian yang lainnya. Karenanya seorang da’i hendaklah
merintis dakwah kepada yang lebih penting, kemudian yang penting begitu
seterusnya.[8]
9) Kesinambungan berdawah
Kontiniutas adalah
hal yang sangat penting dalam dakwah individu. Bahkan merupakan syarat prinsipil
dalam aktivitas dakwah apalagi dalam sebagian besar orang antusias terhadap dakwah . mereka menyambut
baik para da’i karana merintis istiqomah.[9]
10) Efektif dalam memberikan nasehat
sebaiknya seorang da’i mengefetifkan
nasehatnya. sebaikbaik perkataan adalah yang sedikit tetapi penuh arti. terlalu
panjang nasehat akan memdatangkan kejenuhan dan rasa tidak suka.[10]
11) Menentukan tata cara berkunjung
Sebaiknya seorang da’i menentukan tata cara
berkunjung, supaya kunjungannya tidak meresahkan orang lain. Ia harus memilih
waktu yang tepat dalam berkunjung. Jangan mengunjugi karyawan yang tengah
menunaikan tugasnya, lebih-libuh selama bekerja tidak mau dianggu kunjungannya.
Dan lain-lain[11]
12) Memecahkan berbagai kesulitan dan
menghubungkannya dengan masalah-masalah agama.
Oleh karena itu, langkah pertama yang perlu
ditempuh oleh seorang da’i dalam memperhatikan berbagai kesulitan tersebut
adalah:
a) Memberitahuan kepada orang yang didakwahi,
bahwa kesulitan-kesulitan tersebut adalah buah dari perbuatan seorang hamba
yang datang dari Allah Azza wa Jalla.[12]
b) Membantu menghadapi cobaan dalam hidupnya agar
terlepas kesulitannya, baik dengan saran, materi, jasa, atau lainnya. Hal ini
penting sekali untuk mempererat komunikasi antara da’i dan yang didakwahi.[13]
13) Menempatkan orang pada tempatnya.
Setiap individu mempunyai status sosial
tertentu dalam masyarakat dimana ia hidup. Terkadang sebagian da’i berasumsi
bahwa berlaku adil adalah memperakukan orang-orang dengan perlakuan yang sama
tanpa membedakan antara pemimpin dan yang dipimpin, antara yang kaya dan
miskin, anatara tokoh dan bukan tokoh. Asumsi semacam itu keliru jika hendak
menundukkan merekaseorang da’i harus menempatkan orang sesuai pada tempatnya.[14]
14) Tidak terjun ke dalam perselisihan madzhabiyah
dan beberapa hal yang tidak jelas.
Jika seorang da’i atau orang yang terjun dalam
bidang dakwah tidak bijaksana, maka akan terjadi fitnah yang berakhir dengan
kegagalan, berpaling dari dakwah hingga tidak membuahkann hasil. Maka dari itu
seorang da’i harus menghindar dengan
sekuat kemampuan- jangansampai terjun ke dalam perselisihan madzhabiyah
danperdebatan yang tidak berguna.[15]
[1] Syaikh Khalid Yahya Ash-Shawab, Sukses Dakwah Fardiyah (Najahud Da’wah
Al Fardiyah), (Solo: CV Pustaka Mantiq, 1997). hlm. 40
Tidak ada komentar:
Posting Komentar