Tantangan dan Peluang Pendidikan Islam di Era Globalisasi
(Kajian tentang Relasi Pendidikan Islam Sebagai Bagian dari
Dakwah Islam)
Oleh: Shamsuriyanto
Pendidikan Islam adalah pendidikan yang bertujuan untuk membentuk
pribadi muslim seutuhnya, mengembangkan seluruh potensi manusia baik yang
berbentuk jasmaniah maupun rohaniah, menumbuh suburkan hubungan harmonis setiap
pribadi dengan Allah, manusia dan alam semesta. Dengan demikian, pendidikan
Islam itu berupaya untuk mengembangkan individu sepenuhnya, maka sudah
sewajarnyalah untuk dapat memahami hakikat pendidikan Islam itu bertolak dari
pemahaman terhadap konsep manusia menurut Islam.
Era globalisasi dapat dipahami sebagai suatu keadaan yang ditandai
oleh adanya penyatuan politik, ekonomi, sosial, budaya, ilmu pengetahuan,
teknologi, informasi dan lain sebagainya, yang terjadi antara satu negara
dengan negara lainnya, tanpa menghilangkan identitas negara masing-masing. Bagi
ummat Islam, era globalisasi dalam arti menjalin hubungan, tukar menukar dan
transmisi ilmu pengetahuan, budaya dan sebagainya sebagaimana tersebut di atas,
sesungguhnya bukanlah hal baru. Globalisasi dalam arti yang demikian, bagi
ummat Islam, merupakan hal biasa.
Di zaman klasik (abad ke-6 sd 13 M.) ummat Islam telah membangun
hubungan dan komunikasi yang intens dan efektif dengan berbagai pusat peradaban
dan ilmu pengetahuan yang ada di dunia, seperti India, China, Persia, Romawi,
Yunani dan sebagainya. Hasil dari komunikasi ini ummat Islam telah mencapai
kejayaan.
Selanjutnya di zaman pertengahan (abad ke 13-18 M.) ummat Islam
telah membangun hubungan dengan Eropa dan Barat. Pada saat itu ummat Islam
memberikan kontribusi yang besar bagi kemajuan Eropa dan Barat.
Di zaman modern (abad ke-19 sampai dengan sekarang) hubungan Islam
dengan dunia Eropa dan Barat terjadi lagi. Pada zaman ini timbul kesadaran dari
ummat Islam untuk membangun kembali kejayaannya dalam bidang ilmu pengetahuan,
teknologi dan peradaban melalui berbagai lembaga pendidikan, pengkajian dan
penelitian.
Namun demikian, hubungan Islam dengan Eropa dan Barat dimana
sekarang keadaannya sudah jauh berbeda dengan hubungan Islam pada zaman klasik
dan pertengahan sebagaimana tersebut di atas. Di zaman klasik dan pertengahan
ummat Islam dalam keadaan maju atau hampir menurun, sedangkan keadaan Eropa dan
Barat dalam keadaan terbelakang atau mulai bangkit. Keadaan Eropa dan Barat
saat ini berada dalam kemajuan, sedangkan keadaan ummat Islam berada dalam
ketertinggalan.
Tantangan Pendidikan Islam di Era Globalisasi
Tantangan pendidikan Islam di zaman sekarang selain menghadapi
pertarungan ideologi-ideologi besar dunia sebagaimana tersebut di atas, juga
menghadapi berbagai kecenderungan yang tak ubahnya seperti badai besar
(turbulance) atau tsunami. Menurut Daniel Bell, di era globalisasi saat ini
keadaan dunia ditandai oleh lima kecenderungan sebagai berikut.
1.
Kecenderungan
integrasi ekonomi yang menyebabkan terjadinya persaingan bebas dalam dunia
pendidikan. Karena, dunia pendidikan menurut mereka juga termasuk yang
dipergangkan, maka dunia pendidikan saat ini juga dihadapkan pada logika
bisnis.
2.
Kecenderungan
fragmentasi politik yang menyebabkan terjadinya peningkatan tuntutan dan
harapan dari masyarakat. Mereka semakin membutuhkan perlakuan yang adil,
demokratis, egaliter, transparan, akuntabel, cepat, tepat dan profesional.
Mereka ingin dilayani dengan baik dan memuaskan.
3.
Kecenderungan
penggunaan teknologi tinggi (high technologie) khususnya teknologi komunikasi
dan informasi (TKI) seperti komputer.
4.
Kecenderungan
interdependensi (kesaling-tergantungan), yaitu suatu keadaan di mana seseorang
baru dapat memenuhi kebutuhannya apabila dibantu oleh orang lain..
5.
Kecenderungan
munculnya penjajahan baru dalam bidang kebudayaan (new colonization in culture)
yang mengakibatkan terjadinya pola pikir (mindset) masyarakat pengguna
pendidikan, yaitu dari yang semula mereka belajar dalam rangka meningkatkan
kemampuan intelektual, moral, fisik dan psikisnya, berubah menjadi belajar
untuk mendapatkan pekerjaan dan penghasilan yang besar.
Di sisi lain, Muhammad Tholchah Hasan mengemukakan tantangan
pendidikan Islam yang harus dihadapi di era global ini adalah kebodohan,
kebobrokan moral, dan hilangnya karakter muslim. (Wahid, 2011:60)
Peluang Pendidikan Islam di Era Globalisasi
Pada prinsipnya globalisasi mengadu pada perkembangan-perkembangan
yang cepat dalam teknologi, komunikasi, transformasi dan informasi yang bisa
membawa bagian-bagian dunia yang jauh menjadi mudah untuk dijangkau. Dari
perkembangan yang cepat di berbagai bidang inilah, pendidikan Islam bisa
berpeluang besar untuk menyebarkan ajaran Islam dengan cepat pula. Agar Islam
dapat berarti bagi masyarakat global maka Islam diharapkan tampil dengan nuansa
sebagai berikut:
1.
Menampilkan
Islam yang lebih ramah dan sejuk, sekaligus menjadi pelipur lara bagi kegarahan
hidup modern.
2.
Menghadirkan
Islam yang toleran terhadap manusia secara keseluruhan agama apapun yang
dianutnya
3.
Menampilkan
visi Islam yang dinamis, kreatif, dan inovatif.
4.
Menampilkan
Islam yang mampu mengembangkan etos kerja, etos politik, etos ekonomi, etos
ilmu pengetahuan dan etos pembangunan.
5.
Menampilkan
revivalitas Islam dalam bentuk intensifikasi keislaman lebih berorientasi ke
dalam (in mard ariented) yaitu membangun kesalehan, intrinsik dan esoteris
daripada intersifikasi ke luar (out wad oriented) yang lebih bersifat
ekstrinsik dan eksoteris, yakni kesalehan formalitas.
Berangkat dari perspektif tersebut, peluang pendidikan Islam di era
globalisasi ini dapat diperincikan sebagai berikut :
1.
Pendidikan
semakin dituntut untuk tampil sebagai kunci dalam pengembangan kualitas
sumberdaya manusia, yaitu manusia yang mempunyai wawasan, kemampuan dan
ketrampilan serta kepribadian yang sesuai dengan kebutuhan nyata yang dihadapi
umat.
2.
Orientasi
pada kemampuan nyata yang dapat ditampilkan oleh lulusan pendidikan akan
semakin kuat, artinya menciptakan dunia kerja yang cenderung realistis dan
pragmatis, di mana dunia kerja lebih melihat kompetensi nyata yang dapat
ditampilkan.
3.
Mutu
pendidikan suatu komunitas atau kelompok masyarakat, tidak hanya diukur
berdasarkan kriteria internal saja, melainkan dibandingkan dengan komunitas
lain yang lebih riil.
4.
Apresiasi
dan harapan masyarakat dunia pendidikan semakin meningkat, yaitu pendidikan
yang lebih bermutu, relevan dan hasilnya pun dapat dipertanggungjawabkan. Hal
ini sebagai konsekuensi logis dari semakin meningkatnya kemakmuran masyarakat
selalu ingin mendapatkan suatu yang lebih baik.
5.
Sebagai
komunitas atau masyarakat religius, yang mempunyai keimanan dan tata nilai,
maka pendidikan yang diinginkan adlah pendidikan yang mampu menanamkan karakter
islami disamping kompetensi lain yang bersifat akademis dan skill.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar