Senin, 23 Desember 2013

Dakwah Bil-Lisan (Penelitian Tentang Khotbah Sholat Jum’at di Masjid Mujahidin Tanjung Perak Kota Surabaya)

Oleh: Syamsuriyanto


BAB I
PENDAHULUAN
(PENGENALAN ATAU INTRODUCING)

Kiat Dakwah dengan Lisan adalah benar tatkala dikatakan bahwa seseorang yang yang melakukan tugas dakwah tidak berkewajiban untuk meraih keberhasilan. Tetapi di sisi lain, ia hendaknya melakukan semaksimal mungkin hal-hal yang dapat mengantarkannya kepada keberhasilan dakwah. Al-Qur’an memperkenalkan beberapa kiat agar seseorang berhasil dalam dakwah, dengan lisan, antara lain dengan penuh hikmah, nasehat yang baik dan dialog yang lebih baik.
 Diantara karakteristik berdakwah dengan lisan yang dilakukan secara hikmah adalah : 
1.      Ungkapannya memuat kebenaran.
2.      Disampaikan dengan jelas, tidak mengandung kesamaran dan dapat difahami pendengar. Dalam hal ini yang menjadi ukuran adalah kefahaman pendengar, bukan yang menyampaikan dakwah.
3.      Sesuai dengan situasi dan kondisi yang melingkari pendengar.
4.      Sesuai dengan kemampuan intelektualitas pendengar. Dalam sebuah atsar dikatakan.
Penelitian ini membahas tentang dakwah bil-lisan melalui khotbah Sholat Jum’at (Penelitian Tentang Khotbah Sholat Jum’at di Masjid Mujahidin Tantung Perak Kota Surabaya) sebagai berikut:
1.      Nama Kegiatan             : Sholat Jum’at
2.      Tempat                            : Masjid Mujahidin Tanjung Perak kota Surabaya
3.      Waktu                             : 07 Juni 2013
4.      Penceramah/ Khotib      : Ust. H. Muhammad Mukhaddam, B.A
5.      Durasi Khotbah             : Sekitar 30 menit
6.      Materi Khotbah             : Hikmah Isro’ Mi’roj
7.      Jama’ah                          : Sekitar 800-1000 jama’ah
8.      Imam Sholat                   : K.H. Khasun, B.A
9.      Muadzin                          : Bapak. Hasan


BAB II
PEMBAHASAN
(ANALISIS DAN DESKRIPSI)
A.      PENCERAMAH (KHOTIB)
1.      Materi khutbah (maaddah dakwah) yang disampaikan khotib
a.       Kekurangan terhadap maaddah dakwah yang disampaikan
1)        Materi yang disampaikan tidak langsung kepada tema yang telah ditentukan di papan informasi masjid. Khotib masih membahas “Ketaqwaan dan Manfaat bagi Orang yang Bertaqwa” sebelum materi inti disampaikan. Seperti, Allah akan memberikan jalan keluar, memberikan rezeki yang tidak disangka-sangka serta memudahkan segala urusan bagi orang-orang yang bertakwa. Padahal materi yang seharusnya disampaikan berjudul “Hikmah Isro’ Mi’roj”.
2)   Khotib terlalu banyak menyampaikan dalil-dalil al-Qur’an dan hadits, daripada analisis dan pengembangan dari dalil-dalil tersebut. Khotib tidak memperhatikan jama’ah yang terdiri dari berbagai elemen masyarakat baik murid, pengajar, pengusaha, pejabat, TNI/Polri,  hingga tukang becak.
3)   Ketika menyampaikan suatu hadith, khotib tidak menyampaikan sanad dan perawinya. Khotib hanya menyampaikan matan hadith.
4)    Ketika menyebut lafad Muhammad, khotib tidak menyebutnya dengan diiringi dengan lafad sayyidina. Peneliti mengira itu perbuatan yang kurang beradap kepada Nabi Muhammad SAW.
5)   Khotib menyampaikan khutbahnya lebih kepada tabdzir dari pada tabsyir. Ketika membahas masalah sholat, Khotib lebih menekankan kepada orang yang meninggalkannya. Bahwa mereka akan masuk neraka dan mendapat ancaman dari Allah SWT. Khotib tidak menekankan kepada orang yang melaksanakannya, bahwa mereka akan mendapatkan keselamatan hidup di dunia dan akhirat, dimudahkan segala urusannya, mendapatkan rezki, mendapatkan surga dan ridlo dari Allah SWT. Padahal mitra dakwah lebih senang ketika pendakwah menekankan kepada janji Allah SWT, dari pada ancaman dan siksaan yang diberikan oleh-Nya. 
b.      Kelebihan terhadap maaddah dakwah yang disampaikan
Pembahasan yang disampaikan sangat rinci, setelah khotib menyampaikan materi tentang “Ketaqwaan dan Manfaat bagi Orang yang Bertaqwa”. Beliau kemudian membahas “Hikmah Isro’ Mi’roj”. Pembahasannya mulai dari Rasulullah SAW isro’  dari Masjidil Haram di Makkah ke Masjidil Aqsa di Palestina, mi’roj dari Masjidil Aqsa ke Sidratul Muntaha. Kemudian membahas tentang pentingnya shalat, bahwa Rasulullah SAW bertemu dengan Allah SWT melalu jasad dan ruhnya hanya untuk melaksanakan kewajiban Allah yaitu shalat. Pembahasan dilanjutkan mengenai syarat-syarat shalat, rukun-rukun shalat, sikap orang dalam merespon shalat serta khusyu’ dalam shalat.

2.      Bahasa yang digunakan khotib
a.       Kekurangan terhadap bahasa yang digunakan
1)        Bahasa yang digunakan kurang persuasif. Seperti, kurag meyakinkan dan menyentuh jama’ah. Khotib Kurang memberikan fakta, contoh, statistik, dan testimoni dalam khutbahnya. Metode khutbah yang digunakan harus bertujuan untuk memberikan peringatan, dorongan dan motivasi. Metode khutbah harus difahami benar oleh khatib untuk memudahkan pemahaman isi khutbah oleh pendengar. Pesan yang baik namun disampaikan dengan metode tidak benar, maka pesan yang disampaikan membuat jamaah tidak akan mengerti, hingga pada akhirnya sasaran khutbah tidak tercapai.
2)        Penyampaianya terlalu cepat dan menggebu-gebu, sehingga apa yang disampaikan hanya bisa dipahami oleh kalangan tertentu. Khotib harus menyampaikan dengan suara halus dan sejuk dalam bertutur kata, dengan bahasa yang sopan, bijaksana, santun serta lembut dan bersikap halus dalam masalah-masalah yang terjadi perbedaan pendapa. Jangan sampai terbawa emosi dan kekasaran dengan melontarkan kalimat yang tidak pantas dilontarkan.  dan sejuk sehingga ucapannya bisa diterima, hati pun tidak saling menjauhi, serta suasana hati menjadi tenang.
3)        Ketika menyampaikan khutbah, khotib batuk-batuk. Mungkin salah satu penyebabnya beliau sudah sepuh.
b.      Kelebihan terhadap bahasa yang digunakan
1)      Khotib meyampaikan khutbahnya dengan suara keras serta dengan penuh semangat. Tujuannya adalah supaya apa yang disampaikan menjadi jelas. Mungkin khotib mengikuti contoh Rasulullah SAW berkhutbah, beliau berkhutbah secara bersemangat dengan kata-kata yang terucap secara keras dan tegas dan beliau tidak pernah mengeluarkan kata-kata kasar yang bisa menyakiti orang lain. Jika para khotib menggunakan cara penyampaian yang diteladankan Nabi ini, dengan materi yang aktual, hangat, dan dinamis, niscaya para hadirin akan bergairah dan penuh semangat, tidak lesu dan mengantuk seperti yang sering kita lihat.
2)      Ketika khotib berdo’a untuk jama’ah sholat jum’at, serta untuk seluruh kaum muslimin dan mu’minin. Beliau berdo’a dengan menggunakan bahasa Indonesia, sehingga jama’ah memahami serta menambah kemantapan dan kekhusyu’an jama’ah dalam berdo’a.

3.      Kepribadian yang dimiliki khotib
Khotib mempunyai semangat tinggi, pantang menyerah, tidak mengenal putus asa, berpengetahuan luas, berakhlak mulia, tegas mengambil keputusan, menerangakan sesuatu dengan rinci, tergesa-gesa, dan lainnya.

4.      Busana yang digunakan khotib
a.       Kekurangan terhadap busana yang digunakan
Khotib tidak menggunakan sorban ketika menyampaikan khutbahnya. Selain menambah kewibawaan, kebijaksanaan, ketampanan dan berhias, menggunakan sorban merupakan sunnah Rasulullah SAW dan para sahabatnya. Anas RA meriwayatkan: “Saya melihat Rasulullah SAW sedang berwudhu. Beliau memakai sorban Qitri” (Abu Dawud: 19).
b.      Kelebihan terhadap busana yang digunakan
Walaupun tidak menggunakan sorban, khotib menggunakan busana muslim yang baik, menggunakan kopiah dengan hiasan-hiasan yang bagus, baju taqwa dengan rangkaian tenunan yang indah serta sarung yang rapi. Menggunakan busana muslim adalah anjuran dari ajaran syariat Islam.

B.       PANITIA ACARA (TA’MIR MASJID)
1.      Pelayanan
Pelayanan yang diberikan oleh petugas keamaanan masjid (pemantau keamaanan didalam masjid terdiri dari dua orang, dalam hal ini bukan satpam) kepada jama’ah sholat jum’at sangat baik. Terbukti keduanya meyambut jama’ah yang baru datang dengan senyuman, kemudian mempersilahkan jama’ah untuk masuk dan memerintahkannya untuk menempati shaf pertama.
Selain itu, salah satu dari petugas keamaanan masjid memantau perkembangan yang ada di dalam masjid. Dalam pantauannya, beliau melihat tas milik peneliti yang berada di sebelah selatan tiang penyangga masjid. Sedangkan peneliti berada disebelah utara tiang penyangga masjid yang sedang membaca al-Qur’an sambil menghadap ke arah utara. Beliau (petugas keamaanan masjid) melihat hal seperti itu, kemudian datang dan memperingati peneliti dengan suara pelan dan akhlak yang mulia. Peringatan itu berisi bahwa peneliti jangan meletakkan sesuatu di tempat rawan seperti itu, walaupun tas berada di dekat peneliti. Karena jika peneliti sedang sholat, beliau khawatir tas peneliti hilang. Beliau menyarankan supaya peneliti meletakkannya di tempat yang aman seperti di depan shaf pertama. Beliau mengatakan bahwa sering terjadi kehilangan barang-barang yang ada di masjid Mujahidin, yang tidak diletakkan pada tempat yang aman oleh pemilik. Beliau tidak menginginkan kehilangan terulang kembali kepada jama’ah masjid yang lain. Menurut beliau, walaupun pada hakikatnya tas milik peneliti diletakkan didekatnya, tetapi itu belum tentu aman.

2.      Perlengkapan
a.       Kelebihan
1)      Speaker yang efektif dan efisien yang berada di setiap sisi dan sudut masjid, sehingga suara yang ditimbulkan menjadi keras dan bagus.
2)      Di dalam masjid, penuh dengan hamparan permadani yang indah.
3)      Parkir sepeda motor yang tertata rapi di depan masjid. Sehingga walaupun halamannya tidak luas, dapat mencukupi parkir sepeda motor di dalamnya. Sedangkan parkir untuk mobil berada di depan pagar dan pintu gerbang dekat jalan raya.
b.      Kekurangan
1)        Ta’mir masjid tidak menyediakan air minum yang diberikan kepada khotib, sehingga khotib haus. Kemudian yang menjadi penyebab beliau batuk-batuk.
2)        Imam sholat yang sudah sepuh, sehingga ketika membaca ayat-ayat al-Qur’an di waktu sholat terdapat beberapa kesalahan, baik tajwidnya maupun makharijul khurufnya.
3)        Muadzin yang juga sudah sepuh, sehingga ketika mengumandangkan adzan  tidak dapat mengatur intonasi suara yang baik
4)      Air yang disediakan untuk wudlu’ dan lainnya tidak cukup, sehingga jama’ah harus antri untuk menggunakannya.

C.      AUDIEN (JAMA’AH)
Respon jama’ah ketika khotib menyampaikan khotbahnya bervariasi, ada yang serius mendengarkan dengan bersila yang baik dan teratur, serius mendengarkan khutbah dengan duduk yang tidak teratur, tidur, dan lain-lain. Namun ketika sholat dilaksanakan, mereka meluruskan dan merapatkan barisan secara teratur dan rapi.
Pesan peneliti kepada jamaah supaya mereka mendengar secara seksama dan bertindaklah secara bijaksana yang pada akhirnya khutbah Jumat benar-benar memberikan kesejukan kepada seluruh jamaah kaum muslimin.
Persentase jama’ah laki-laki sholat jum’at dimasjid Mujahhidin:
1.      Golongan anak-anak (3-12 tahun sekitar 15%)
2.      Golongan remaja (12-21 tahun sekitar 20%)
3.      Golongan dewasa (21-50 tahun sekitar 40%)
4.      Golongan tua  (50 tahun sampai ke atas sekitar 25%)
Sementara jama’ah perempuan tidak banyak, mungkin karena tidak difardu ‘ainkan kepada mereka. Peneliti tidak mengetahui secara pasti tentang persentase golongan bagi jama’ah perempuan dan berapa banyaknya. Akan tetapi ketika keluar dari masjid, peneliti melihat seorang jama’ah perempuan membagi-bagikan uang kepada beberapa pengemis yang sedang  meminta uluran tangan dari jama’ah yang keluar. Peneliti melihat seorang jama’ah perempuan tadi memberikan Rp. 1000 kepada setiap pengemis.

D.      SUASANA ACARA
Walaupun khotib menyampaikan khutbahnya dengan penuh semangat dan suara keras, jama’ah menanggapinya dengan berbagai cara, ada yang mendengarkan dengan penuh perhatian, duduk dengan tidak teratur dan rapi, ketiduran dan lain-lain. Mungkin khotib tidak mengetahui tentang psikologis jama’ah, sehingga apa yang disampaikan itu tidak sesuai dan dan mudah diterima oleh semua kalangan.
Yang patut disampaikan disini adalah bahwa pendengar (jama’ah) hendaknya tidak bersikap statis selamanya hanya berperan sebagai pendengar yang menjadi objek dalam amal dakwah. Ia hendaknya berupaya membangun dalam dirinya semangat dan kemauan untuk juga menjadi penggerak bahkan pelaku dakwah. Dengan demikian ia dapat merasakan nikmatnya berdakwah dan menggapai keutamaannya “Manakala ada seseorang yang memperoleh hidayah lantaran usahamu maka hal itu lebih baik bagimu dari pada dunia dan isinya”.
Ketika sholat akan dilaksanakan, imam memperingati jama’ah untuk merapatkan dan meluruskan shaf-shaf. Setelah membaca surat al-Fatihah, imam melanjutkan membaca sebagian ayat surat yasin di masing masing rakaat sholat, walaupun terdapat kesalahan dalam membacanya.
Setelah sholat, dzikir dilaksanakan secara individual tanpa dipimpin oleh imam. Diantara jama’ah yang sedang khusyu’ melaksanakan  dzikir dan sholat ba’diyah jum’at, ada sebagian jama’ah yang langsung pulang tanpa melaksanakan dzikir.
Ketika keluar dari masjid, peneliti melihat segerombolan pengemis meminta uang dari jama’ah yang pulang. Diantara jama’ah itu, ada yang memberinya serta ada pula yang tidak memberinya. Bagi yang tidak memberinya, mungkin mereka tidak membawa uang atau sudah diberikan pada kota amal masjid.

BAB III
PENUTUP
A.      KESIMPULAN
Kita mengetahui bahwa dakwah bil-lisan dapat dilakukan dengan berbagai bentuk, seperti ceramah, dialog, diskusi, kajian terbatas dan umum, statement, pelatihan, person to person contact dan lainnya. Bentuk-bentuk tersebut bisa dilakukan secara langsung atau tidak langsung, seperti audio visual. Dengan berkembangnya teknologi, komunikasi dan informasi, bisa jadi bentuk-bentuk dakwah bil-lisan itu tergeser dengan arus budaya yang ada diganti dengan dakwah bil-qalam, dakwah bil-maal, dakwah bil-yad, dakwah bil-maal serta metode dakwah yang lain. Namun tidaklah demikian bagi khutbah sholat Jum’at di masjid, ia tetap eksis ditengah-tengah perkembangan arus modernisasi. Alasannya, sholat jum’at diwajibkan oleh Islam kepada kaum muslim, secara otomatis khutbah pun diwajibkan karena sholat Jum’at  tanpa khutbah itu batal (tidak sah).

B.       SARAN
Demikian pembahasan dari tugas penelitian ilmu dakwah saya. Saya berharap semoga pembahasan dalam tugas penelitian ilmu dakwah ini dapat membantu dan bermanfaat bagi kita, khusunya pemerhati aktivitas dakwah. Dan saya juga berharap kritik dan saran dari semua pembaca untuk kesempurnaan penelitian saya selanjutnya. Sekian dan terima kasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar