Sabtu, 07 Desember 2013

KIAT SUKSES DAKWAH

Oleh: Syamsuriyanto

Syaikh Khalid Yahya Ash-Shawab dalam kitabnya yang berjudul Najahud Da’wah Al Fardiyah (Sukses Dakwah Fardiyah) mengenai hal-hal yang harus dilakukan oleh da’i, antara lain adalah:
1)      Memperluas ilmu pengetahuan
Idealnya bagi seorang da’i senantiasa menambah wawasan ilmu yang bermanfaat dan menularkannya kepada orang lain. Lebih-lebih ketika orang yang didakwahi tidak dada respon melaui pengaruh seorang da’i kecuali bila ia menyampaikan sebagian ilmunya dan dudk di tengah-tengah mereka. Menghadapi yang demikian seorang da’i harus bersenjata ilmu dan siap menyampaikannya kepada orang yang didakwahi.[1]
2)      Dakwah secara menyeluruh.
Da’i yang benar harus menaruh atensi kepada seluruh lapisan masyarakat, lalu ia meneliti setiap kelomok dan mengadakan reformasi sesuai dengan sisi-sisi yang perlu dirombak.[2]
3)      Menentukan garis-garis Haluan dan perencanaan untuk berdakwah
Sungguh, sebagian para da’i, betapa banyak mengerahkan tenaganya dalam berdakwah, tetapi tidak membuahkan hasil. Yang demikian itu karena dakwah yang dilaksanakan tanpa dilandasi tujuan, program dan garis haluan yang jelas.[3]
4)      Memulai dakwah dari deat
Seorang da’i, hendaklah merintis dakwahnya melalui kerabat dekatnya. Baik itu keluarganya, sukunya maupun negaranya. Jadi radius yang terdekat itu yang diprioritasan.[4]
5)      Mengetahui krakter masing-masing individu
Seorang da’i ketika berbaur dengan orang lain harus mengetahui karakteristik dan kemampuan mereka. Juga senatiasa memelihara pergaulan, sekalipun ada perbedaan diantara mereka, mengingat meraka merupakan bahan tambang yang memungkinkan dipermak dan dimanfaatkan demi kebaikan dakwah.[5]
6)      Menampakkan atensi atau perhatian kepada setiap individu
Seorang da’i harus bisa menampakkan perhatian kepada setiap orang seakan-akan sengaja datang khusus mengunjungi mereka. Lalu memperlihatkan keeratan dengan cara memeluk, disertai penampaan rasa senang yang menggelora karena pertemuan, memperbanyak percakapan dan menanyakan tentang berbagai hal.[6]
7)      Sistem bertahap dalam berdakwah
Sebaiknya seorang da’i tidak terlalu berantusias untuk merubah objek yang didakwahi secara spontanitas, melainkan seperti mengobati, diminum beberapa teguk, sesuai dengan kesiapannya baik secara fisik maupun psikis.[7]
8)      Menentukan hal yang perlu diprioritasan
Jika cara bertahap merupakan asas dalam sukses dakwah sebagimana teah dijelaskan, maka hendaklah menentukan hal-hal yang perlu diprioritaskan, baru kemudian yang lainnya. Karenanya seorang da’i hendaklah merintis dakwah kepada yang lebih penting, kemudian yang penting begitu seterusnya.[8]
9)      Kesinambungan berdawah
Kontiniutas adalah hal yang sangat penting dalam dakwah individu. Bahkan merupakan syarat prinsipil dalam aktivitas dakwah apalagi dalam sebagian besar orang  antusias terhadap dakwah . mereka menyambut baik para da’i karana merintis istiqomah.[9]
10)  Efektif dalam memberikan nasehat
sebaiknya seorang da’i mengefetifkan nasehatnya. sebaikbaik perkataan adalah yang sedikit tetapi penuh arti. terlalu panjang nasehat akan memdatangkan kejenuhan dan rasa tidak suka.[10]
11)  Menentukan tata cara berkunjung
Sebaiknya seorang da’i menentukan tata cara berkunjung, supaya kunjungannya tidak meresahkan orang lain. Ia harus memilih waktu yang tepat dalam berkunjung. Jangan mengunjugi karyawan yang tengah menunaikan tugasnya, lebih-libuh selama bekerja tidak mau dianggu kunjungannya. Dan lain-lain[11]
12)  Memecahkan berbagai kesulitan dan menghubungkannya dengan masalah-masalah agama.
Oleh karena itu, langkah pertama yang perlu ditempuh oleh seorang da’i dalam memperhatikan berbagai kesulitan tersebut adalah:
a)      Memberitahuan kepada orang yang didakwahi, bahwa kesulitan-kesulitan tersebut adalah buah dari perbuatan seorang hamba yang datang dari Allah Azza wa Jalla.[12]
b)      Membantu menghadapi cobaan dalam hidupnya agar terlepas kesulitannya, baik dengan saran, materi, jasa, atau lainnya. Hal ini penting sekali untuk mempererat komunikasi antara da’i dan yang didakwahi.[13]
13)  Menempatkan orang pada tempatnya.
Setiap individu mempunyai status sosial tertentu dalam masyarakat dimana ia hidup. Terkadang sebagian da’i berasumsi bahwa berlaku adil adalah memperakukan orang-orang dengan perlakuan yang sama tanpa membedakan antara pemimpin dan yang dipimpin, antara yang kaya dan miskin, anatara tokoh dan bukan tokoh. Asumsi semacam itu keliru jika hendak menundukkan merekaseorang da’i harus menempatkan orang sesuai pada tempatnya.[14]
14)  Tidak terjun ke dalam perselisihan madzhabiyah dan beberapa hal yang tidak jelas.
Jika seorang da’i atau orang yang terjun dalam bidang dakwah tidak bijaksana, maka akan terjadi fitnah yang berakhir dengan kegagalan, berpaling dari dakwah hingga tidak membuahkann hasil. Maka dari itu seorang da’i harus  menghindar dengan sekuat kemampuan- jangansampai terjun ke dalam perselisihan madzhabiyah danperdebatan yang tidak berguna.[15]


[1] Syaikh Khalid Yahya Ash-Shawab, Sukses Dakwah Fardiyah (Najahud Da’wah Al Fardiyah), (Solo: CV Pustaka Mantiq, 1997). hlm. 40
[2] Ibid, hlm. 43
[3] Ibid, hlm. 44-45
[4] Ibid, hlm. 48
[5] Ibid, hlm. 51
[6] Ibid, hlm. 53
[7] Ibid, hlm. 53
[8] Ibid, hlm. 58
[9] Ibid, hlm. 61
[10] Ibid, hlm. 66
[11] Ibid, hlm. 67
[12] Ibid, hlm. 82
[13] Ibid, hlm. 84
[14] Ibid, hlm. 91
[15] Ibid, hlm. 106

Tidak ada komentar:

Posting Komentar