Senin, 23 Desember 2013

ISLAMISASI DI AMERIKA UTARA, AMERIKA TENGAH DAN AMERIKA LATIN



Oleh: Syamsuriyanto
A.    PENDAHULUAN
Awal sejarah Islam Amerika Serikat mengikuti arus yang sejalan dengan sejarah perjalanan anak manusia yang mengikuti hukum alam. Siapa yang kuat dialah yang menang. Dalam hal ini, umat Islam yang saat itu sebagai budak-budak hitam merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sejarah Amerika itu sendiri. Belum ada catatan yang pasti dan di terima semua pihak tentang kapan pertama kalinya orang-orang Islam datang ke Amerika. Sebagian ahli sejarah kontemporer telah berspekulasi  bahwa para pelaut muslim adalah orang-orang pertama yang menyeberangi samudra Atlantik dan tiba di pantai-pantai Amerika. Ahli-ahli sejarah lainnya telah berspekulasi bahwa Chiritopher Columbus telah di bombing, untuk mendarat di benua tersebut oleh navigator-navigator dan pembantu-pembantu Muslim Andalusia atau Maroko yang jasa-jasanya telah Colombus beli.
Menurut seorang ahli geografi berkebangsaan Arab, Al-Syerif Al-Idrisi, delapan petualang berkebangsaan Arab telah berlayar dari Lisabon, Portugis, mencoba menemukan daerah di seberang lautan Atlantik. Disebutkan bahwa mendarat di Amerika Selatan. Ahli-ahli sejarah telah menyangkal bahwa laporan Al-Idrisi ini telah mengilhami Columbus untuk mencapai Timur dengan berlayar kebarat yang ternyata menuntunnya ke Amerika.
Sumberlain mengatakan Islam masuk ke Amerika yang di bawa oleh para petualang masih diragukan, informasi mengenai kedatangan orang-orang Islam  asal Afrika antara abad XVI dan XVIII, lebih dapat dipastikan.[1]
Pada dasarnya masyarakat Amerika adalah masyarakat yang menganut agama, dan Islam menjadi salah satu agama yang paling berdampingan dengan Kristen dan Yahudi. Dalam beberapa tahun terakhir agama yang satu ini melaju ke permukaan dengan pesat dan menjadi fenomena paling menarik untuk dicermati, terutama banyak masyarakat yang terkejut dengan fakta-fakta yang menunjukkan bahwa Islam dapat berkembang dengan baik di Amerika.[2] Hal ini menunjukkan bahwa Islam dapat diterima oleh masyarakat Amerika yang cenderung hedonis.
Penduduk Muslim sendiri meningkat secara mengesankan. Namun, serangkaian peristiwa telah menciptakan atmosfer yang menyebabkan Islam menjadi sasaran kritik dan dimusuhi. Revolusi Iran 1979, serbuan Israel ke Lebanon, Pengeboman terhadap Libya, kontroversi di sekitar publikasi novel Salman Rusdie, Ayat-ayat Setan, dan yang paling akhir meletusnya bom di World Trade Center (WTC), mendorong munculnya kritik tajam, terhadap Islam di media-media maupun kehidupan publik AS. Hal itu menyebabkan Islam identik dengan kekerasanan dan terorisme.

B.     Sekilas  Tentang Benua Amerika
Banyak orang menafsirkan Benua Amerika sebagai negara Amerika Serikat, padahal negara Amerika Serikat hanyalah bagian dari wilayah Benua Amerika yang terletak di bagian Utara. Adapun negara-negara di bagian Selatan Benua Amerika lebih dikenal dengan sebutan negara-negara Amerika Latin.
Amerika adalah sebuah benua di duni ayang merujuk kepada wilayah daratan di antara Samudra Pasifik dan Samudra  Atlantik. Benua ini umumnya dibagi menjadi tiga, yaitu Amerika Utara, Amerika Tengah, Dan Amerika Selatan. Istilah ini juga merujuk kepada wilayah Karibia, pulau-pulau sekitar Laut Karibia, dan Greenland (namun bukan Islandia)

1.         Letak, Luas, dan Batas

Amerika adalah benua terbesar kedua yang terletak di belahan bumi sebelah Barat. Secara astronomis, benua ini terletak antara ± 80°LU - 56°LS dan ±170°BB – 36°BB. Bentuk wilayahnya yang memanjang ini seolah-olah menghubungkan daerah Kutub Utara dengan Kutub Selatan.
Luas wilayah daratannya mencapai ± 41.825.581 km² atau sekitar 28,1% dari seluruh luas wilayah daratan dunia dengan batas-batas berikut ini:
a.       Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Arktik dan kawasan Kutub Utara.
b.      Sebelah Timur berbatasan dengan Samudra Atlantik.
c.       Sebelah Barat dan Selatan berbatasan dengan Samudra Pasifik.

2.         Kondisi Fisik Benua Amerika

Secara geografis, Benua Amerika dapat dibagi menjadi tiga kawasan, yaitu kawasan Amerika Utara, kawasan Amerika Tengah dan kawasan Amerika Selatan (Amerika Latin). Ketiga kawasan tersebut mempunyai karakteristik yang berbeda satu sama lain.
3.         Iklim di Benua Amerika
     Wilayah Benua Amerika yang bersifat meridian menjadikan benua ini memiliki semua jenis iklim matahari berikut ini:
a.         Iklim tropis: terdapat di kawasan Amerika Selatan, tepatnya di kawasan Lembah Amazone (Brasil).
b.        Iklim subtropis: terdapat di kawasan Amerika Serikat (Amerika Utara) dan di kawasan Argentina (Amerika Selatan).
c.         Iklim dingin: terdapat di bagian Utara, yaitu di Alaska (Amerika Serikat) dan bagian Utara Kanada.
Selain itu, terdapat juga iklim kontinental di bagian tengah benua, baik di wilayah Utara maupun di wilayah Selatan, serta terdapat juga iklim laut di kawasan Amerika Tengah, khususnya di Kepulauan Karibia dan di wilayah-wilayah sepanjang pantai.

C.    Sejarah Masuknya Islam di Benua Amerika
Para pengamat kemunculan Islam di Amerika Utara kebanyakan memandang bahwa kedatangan pertama yang sesungguhnnya orang-orang muslim di Amerika Serikat terjadi pada pertengahan dan akhir abad ke-19. Dan memang pada saat itulah para imigran muslim yang pertama terutama dari Timur Tengah mulai datang ke Amerika Utara dengan maksud untuk memperoleh peruntungan besar ataupun kecil kemudian kembali ke tanah airnya.
Sebagian kini para akademisi berpendapat bahwa selama hampir dua abad sebelum perjalanan Christopher Columbus di tahun 1492 M, orang-orang muslim telah melakukan pelayaran dari Spanyol dan sebagian pesisir barat laut Afrika ke Amerika Utara dan Selatan dan sebagian bahkan ikut menjadi awak Columbus. Para penjelajah itu konon telah menembus sebagian besar wilayah Amerika Selatan dan Utara, bergaul dan sebagian menikah dengan orang asli Amerika.[3]
Bukti-bukti yang mendukung pernyataan ini diantara benda-benda peninggalan sejarah (artefak), tulisan-tulisan dan laporan kisah-kisah para saksi mata. Namun, masih agak meragukan sehingga teori semacam ini masih berupa dugaan-dugaan belaka.
Tahun 1492 memiliki arti bersejarah tak hanya karena perjalanan Columbus. Melainkan karena tahun tersebut menandakan berakhirnya secara resmi kehadiran Islam di semenanjung Iiberia yang kini dikenal sebagai Spanyol dan Portugal. Setelah menikmati pemerintahan yang gemilang pada abad ke-9 dan ke-10 di Kordoba, dan menguasai kabilah-kabilah di Afrika Utara pada abad-abad berikutnya, kaum Muslim melihat kejayaan mereka semakin merosot. Pada tahun 1474 M pasangan suami istri Fernando dari Aregon dan Isabela dari Sevilla berhasil menyatukan dua kerajaan yang terpisah. Mereka dikenal sebagai raja dan ratu Katolik berkat jasa-jasa mereka menyatukan kembali seluruh Spanyol di bawah agama Kristen. Mereka merampas wilayah kekuasaan terakhir kaum muslim di Granada pada tahun 1492. Semenjak berakhirnya abad ke-15 orang-orang muslim (sering disebut orang Moor) di semenanjung Iberia dipaksa memilih satu diantara pilihan yang tak menguntungkan yakni berpindah ke agama Kristen, imigrasi atau hukuman mati. Orang yang memilih pilihan pertama tetap menjalankan agama mereka secara diam-diam dan tetap mengadakan pertemuan rahasia umat Islam selama berabad-abad. Sebagian lainnya mencoba memberontak secara terang-terangan dan akibatnya mereka diusir dari negerinya yang sebelumnya merupakan satu dari sedikit contoh keharmonisan budaya Islam dan Kristen.[4]
Semakin banyak bukti bermunculan yang menunjukan bahwa sebagian orang-orang Moor yang dipaksa pergi tersebut berhasil menuju kepulauan Karibia dan bahkan sebagian lainnya berhasil mencapai bagian selatan Negara Amerika Serikat masa kini. Para akademisi dari berbagai disiplin ilmu terus berupaya membuktikan teori-teori tersebut yang dipandang oleh muslim AS sebagai bukti bahwa bahwa Islam berperan dalam sejarah awal AS. Kemungkinan adanya hubungan dengan budaya Spanyol yang semacam itu terutama menarik hati AS keturunan Amerika Latin yang tertarik dengan ajaran Islam.
Hampir pasti bahwa Muslim yang menyeberangi Atlantik dan juga Pasifik jauh sebelum Columbus mencapai dunia baru. Namun kunjungan ini sama sekali tidak meningglkan bekas yang yang tidak hilang-hilang. Yang paling terkenal dari mereka ini adalah Jenderal Estevanio de Azemor yang nama muslimya tidak diketahui. Muslim. Dia dapat mencapai wilayah New Mexico dan Arizona. Naumn muslim pertama ini tidak dapat memelihara Islam dalam kalangan keturunannya. Selama periode yang sama seorang pangeran Mesir dengan nama Nasir al-Din bergabung dengan Suku Mohawk di daerah yang membentuk negara bagian New York sekarang. Dia menduduki kedudukan yang sangat tinggi dalam suku ini.[5]
Kaum muslim di Amerika Serikat terdiri dari para imigran yang dari keturunan Afrika (Afro-Amerika), penduduk Eropa yang masuk Islam, dan para pendatang sementara (mahasiswa, diplomat dan lainnya). Komposisi asal-usul mereka adalah: Afrika(42 %); Asia Selatan (India, Pakistan, Bangladesh (24,4 %));Turki (2,4%); Asia Tenggara (2%); Kulit Putih Amerika (1,6 %); dan lain-lain (6,4 %) termasuk sekitar 5.000 muslim keturunan Spanyol (Hispanik).
Sebagian besar mereka, sekitar 70 %, tinggal di sepuluh Negara bagian: California, New York, Illinois, New Jersey, Indiana, Michigan, Virginia, Texas, Ohio, dan Maryland.[6]
Para imigran muslim datang ke Amerika Serikat dengan alasan-alasan yang beragam. Diantaranya dengan adanya gelombang-gelombang masuknya islam di benua amerekia:
1.      Gelombang Pertama,
Gelombang pertama, Imigrasi kaum muslim ke Negara ini berlangsung pada sekitar tahun 1875, dari wilayah yang saat itu dikenal sebagai Greater Syria (suriah Besar [kini mencakup Suriah sendiri, Libanon, Yordania dan palestina]). Daerah ini dulunya dikenal sebagai Suriah Raya yang diperintah oleh Kekaisaran Ottoman. Mereka pada umumnya miskin keterampilan dan tidak cukup terdidik, serta sebagian besar petani yang berharap bisa sukses secara financial di Amerika Serikat untuk pada suatu saat kembali ke tanah air. Tetapi, karena kesempatan kerja terbatas, mereka terpaksa bekerja sebagai buruh di pabrik, pelabuhan, dan lainnya.sebagian menetap di wilayah Midwest. Pengelaan mereka menarik minat rekan-rekan mereka yang lain. Arus migrasi ini terus berlangsung sampai pada akhir Perang Dunia I.
2.      Gelombang Kedua
Gelombang Kedua menyusul pada tahun 1920-an untuk kemudian terhenti karena Perang Dunia II. Setelah Kekaisaran Ottoman runtuh pada Perang Dunia I (PD I), terjadi gelombang kedua imigrasi kaum Muslim dari Timur Tengah, dimana dalam periode ini pula dimulainya kolonialisme Barat di Timur Tengah. Pada tahun 1924, aturan keimigrasian AS disahkan, yang segera membatasi gelombang kedua imigrasi ini dengan memberlakukan "sistem kuota negara asal". Hanya orang yang berkulit hitam atau Kaukasia saja yang boleh masuk ke Amerika Serikat. Orang Arab dianggap tidak termasuk ke dalam dua kategori itu.
3.      Gelombang Ketiga
Gelombang Ketiga antara pertengahan tahun 1940-an da pertengahan 1960-an berlangsung bersamaan dengan terjadinya berbagai perubahan penting di luar Amerika Serikat. Selain itu Jane Smith berpendapat bahwa Periode Gelombang ketiga terjadi pada 1947 sampai 1960, dimana terjadi peningkatan jumlah Muslim yang datang ke AS, yang kini berasa dari negara-negara di luar Timur Tengah.[7] Kaum muslim yang masuk AS dalam kategori ini lebih terdidik. Sebagian besar mereka hijrah karena penindasan politik. Kontingen terbesarnya adalah orang Palestina yang terusir dengan didirikannya Israel (1948), orang Mesir yang merasa dirugikan oleh kebijakan nasionalisasi Presiden Gamal Abdul Nasser dan orang Islam Eropa Timur yang mencoba melarikan diri dari akibat perang Dunia II dan pemerintahan Komunis. Pada saat yang sama, terutama pada tahun 1960-an berbagai perubahan berlangsung dalam kebijakan keimigrasian AS. Pasar kerja makin meluas dan Negara ini membutuhkan kaum imigran yang potensial untuk mengisi pos-pos itu. Di sini batasan-batasan etnis atau ras diperlonggar.
4.      Gelombang Keempat
Gelombang Keempat berlangsung sekitar tahun 1967 dan masih berlangsung sampai sekarang. Mereka umumnya sangat terdididk dan fasih berbahasa Inggris. Imigrasi mereka terjadi dengan berbagai alasan seperti untuk peningkatan kemampuan profresional dan menghindari penindasan Pemerintah. Mereka juga ada yang berniat untuk menetap atau mendakwahkan Islam di Negara ini. Selain itu Jane Smith berpendapat bahwa Gelombang keempat juga terjadi pada tahun 1965 disaat Presiden Lyndon Johnson menyokong rancangan undang-undang keimigrasian yang menghapuskan sistem kuota negara asal yang sudah bertaha lama.[8]

D.    Saksi-Saksi dan Fakta-Fakta Peradapan Islam di Benua Amerika
Sejarah resmi selama ini mengatakan bahwa Christopher Columbus-lah yang menemukan daratan luas yang kemudian disebut Amerika. Hal ini ternyata tidak benar. Karena 70 tahun sebelum Columbus menjejakkan kaki di amerika, daratan yang disangkanya India, Laksamana Muslim dari China bernama Ceng Ho (Zheng He) telah mendarat di Amerika. Bahkan berabad sebelum Ceng Ho, pelaut-pelaut Muslim dari Spanyol dan Afrika Barat telah membuat kampung-kampung di Amerika dan berasimilasi secara damai dengan penduduk lokal di sana. Penemu Amerika bukanlah Columbus. Penemu Amerika adalah Umat Islam. Mereka menikah dengan penduduk lokal, orang-orang Indian, sehingga menjadi bagian dari local-genius Amerika.
Satu sumber mengatakan ternyata sebelum kedatangan Christoper Columbus (yang katanya penemu benua Amerika), umat Islam sudah terlebih dahulu menemukannya. Sebuah fakta yang tak terbantahkan lagi jika umat Islam sudah lebih dulu berada di daratan luas yang kini bernama Amerika, jauh beberapa abad sebelum kedatangan Columbus yang meng-klaim sebagai penemu Amerika. Fakta yang paling gampang ditemui nama serupa dengan kota suci umat Islam seperti Mecca di Indiana, Medina di Idaho, Medina di New York, Medina dan Hazen di North Dakota, Medina di Ohio, Medina di Tennessee, Medina di Texas yang paling besar dengan penduduk 26,000, Medina di Ontario Canada, kota Mahomet di Illinois, Mona di Utah, dan Arva di Ontario Canada, dan beberapa nama seperti California (Caliph Haronia), Alabama (Alah Bumnya), Arkansas (Arkan-sah) dan Tennesse (Tanasuh), T Allah Hassee (Tallahassee), Alhambra, Islamorada dan sekitar 500 nama kota lainnya berasal dari kata Arab.[9] Christopher Columbus menyebut Amerika sebagai 'The New World' ketika pertama kali menginjakkan kakinya di benua itu pada 21 Oktober 1492. Namun, bagi umat Islam di era keemasan, Amerika bukanlah sebuah 'Dunia Baru'.
Sebab, 603 tahun sebelum penjelajah Spanyol itu menemukan benua itu, para penjelajah Muslim dari Afrika Barat telah membangun peradaban di Amerika. Klaim sejarah Barat yang menyatakan Columbus sebagai penemu benua Amerika akhirnya terpatahkan. Sederet sejarawan menemukan fakta bahwa para penjelajah Muslim telah menginjakkan kaki dan menyebarkan Islam di benua itu lebih dari setengah milenium sebelum Columbus. Secara historis umat Islam telah memberi kontribusi dalam ilmu pengetahuan, seni, serta kemanusiaan di benua Amerika.[10]

1.       Kesaksian Fareed H Numan dalam karyanya “American Muslim History A Chronological Observation”
 ''Tak perlu diragukan lagi, secara historis kaum Muslimin telah memberi pengaruh dalam evolusi masyarakat Amerika beberapa abad sebelum Christopher Columbus menemukannya,'' tutur Fareed H Numan dalam “American Muslim History A Chronological Observation”. Sejarah mencatat Muslim dari Afrika telah menjalin hubungan dengan penduduk asli Amerika, jauh sebelum Columbus tiba.

2.       Kesaksian Ivan Van Sertima dalam karyanya “They Came Before Columbus“
Sejarawan Ivan Van Sertima dalam karyanya “They Came Before Columbus“ membuktikan adanya kontak antara Muslim Afrika dengan orang Amerika asli. Dalam karyanya yang lain, African Presence in Early America, Van Sertima, menemukan fakta bahwa para pedagang Muslim dari Arab juga sangat aktif berniaga dengan masyarakat yang tinggal di Amerika.[11]
Van Sertima juga menuturkan, saat menginjakkan kaki di benua Amerika, Columbus pun mengungkapkan kekagumannya kepada orang Karibian yang sudah beragama Islam. "Columbus juga tahun bahwa Muslim dari pantai Barat Afrika telah tinggal lebih dulu di Karibia, Amerika Tengah, Selatan, dan Utara," papar Van Sertima. Umat Islam yang awalnya berdagang telah membangun komunitas di wilayah itu dengan menikahi penduduk asli.[12]
Menurut Van Sertima, Columbus pun mengaku melihat sebuah masjid saat berlayar melalui Gibara di Pantai Kuba. Selain itu, penjelajah berkebangsaan Spanyol itu juga telah menyaksikan bangunan masjid berdiri megah di Kuba, Meksiko, Texas, serta Nevada. Itulah bukti nyata bahwa Islam telah menyemai peradabannya di benua Amerika jauh sebelum Barat tiba.[13]

3.       Kesaksian Dr Barry Fell dalam karyanya “Saga America”
Fakta lainnya tentang kehadiran Islam di Amerika jauh sebelum Columbus datang juga diungkapkan Dr Barry Fell, seorang arkeolog dan ahli bahasa dari Universitas Harvard. Dalam karyanya berjudul “Saga America”, Fell menyebutkan bahwa umat Islam tak hanya tiba sebelum Columbus di Amerika. Namun, umat Islam juga telah membangun sebuah peradaban di benua itu.
 Fell juga menemukan fakta yang sangat mengejutkan. Menurut dia, bahasa yang digunakan orang Pima di Barat Daya dan bahasa Algonquina, perbendaharaan katanya banyak yang berasal dari bahasa Arab. Arkeolog itu juga menemukan tulisan tua Islami di beberapa tempat seperti di California.
   Di Kabupaten Inyo, negara bagian California, Fell juga menemukan tulisan tua lainnya yang berbunyi 'Yasus bin Maria' yang dalam bahasa Arab berarti "Yesus, anak Maria". "Ini bukan frase Kristen,'' cetus Fell. Faktanya, menurut dia, frase itu ditemukan dalam kitab suci Alquran. Tulisan tua itu, papar dia, usianya lebih tua beberapa abad dari Amerika Serikat.
Arkeolog dan ahli bahasa itu juga menemukan teks, diagram, serta peta yang dipahat di batu yang digunakan untuk kepentingan sekolah. Temuan itu bertarikh antara tahun 700 hingga 800 M. Teks serta diagram itu berisi mata pelajaran matematika, sejarah, geografi, astronomi, dan navigasi laut. Bahasa pengajaran yang ditemukan itu menggunakan tulisan Arab Kufi dari Afrika Utara.  Sejarawan seni berkebangsaan Jerman, Alexander Von Wuthenau, juga menemukan bukti dan fakta keberadaan Islam di Amerika pada tahun 800 M hingga 900 M. Wuthenau menemukan ukiran kepala yang menggambarkan seperti bangsa Moor. Itu berarti, Islam telah bersemi di Amerika sekitar separuh milenium sebelum Columbus lahir. Dia juga menemukan ukiran serupa bertarik 900 M hingga 1500 M. Artifak yang ditemukan itu mirip foto orang tua yang biasa ditemui di Mesir.
Dr. Barry Fell dari Harvard University menulis bahwa fakta-fakta ilmiah telah menunjukkan bahwa berabad-abad sebelum Columbus, telah bermukim kaum Muslimin di Benua Baru dari Afrika Utara dan Barat. Dr. Fell mendapatkan adanya sekolah-sekolah Islam di Valley of Fire, Allan Springs, Logomarsino, Keyhole, Canyon, Washoe, dan Hickison Summit Pass (Nevada), Mesa Verde (Colorado), Mimbres Valley (New Mexico) dan Tipper Canoe (Indiana) dalam tahun-tahun 700-800.[14]

4.       Kesaksian Youssef Mroueh dalam karyanya “Muslim in The Americas Before Columbus”
Youssef Mroueh dalam tulisannya “Muslim in The Americas Before Columbus” memaparkan penuturan Mahir Abdal-Razzaaq El, orang Amerika asli yang menganut agama Islam. Mahir berasal dari suku Cherokee yang dikenal sebagai Eagle Sun Walker. Mahir memaparkan, para penjelajah Muslim telah datang ke tahan kelahiran suku Cherokee hampir lebih dari 1.000 tahun lalu. Yang lebih penting lagi dari sekedar pengakuan itu, kehadiran Islam di Amerika, khususnya pada suku Cherokee adalah dengan ditemukannya perundang-undangan, risalah dan resolusi yang menunjukkan fakta bahwa umat Islam di benua itu begitu aktif.
Salah satu fakta yang membuktikan bahwa suku asli Amerika menganut Islam dapat dilacak di Arsip Nasional atu Perpustakaan Kongres. Kesepakatan 1987 atau Treat of 1987 mencantumkan bahwa orang Amerika asli menganut sistem Islam dalam bidang perdagangan, kelautan, dan pemerintahan. Arsip negara bagian Carolina menerapkan perundang-undangan seperti yang diterapkan bangsa Moor.
Menurut Youssef, pemimpin suku Cherokee pata tahun 1866 M adalah seorang pria bernama Ramadhan Bin Wati. Pakaian yang biasa dikenakan suku itu hingga tahun 1832 M adalah busana Muslim. ''Di Amerika Utara sekurangnya terdapat 565 nama suku, perkampungan, kota, dan pegunungan yang akar katanya berasal dari bahasa Arab,'' papar Youssef.
Fakta-fakta itu membuktikan bahwa Islam telah hadir di tanah Amerika, ketika kekhalifahan Islam menggenggam kejayaannya. Hingga kini, agama Islam kian berkembang pesat di Amerika - apalagi setelah peristiwa 11 September. Masyarakat Amerika kini semakin tertarik dan meyakini bahwa Islam adalah agama yang paling benar.[15]
Ada sejumlah literatur yang berangkat dari fakta-fakta empirik bahwa umat Islam sudah hidup di Amerika beberapa abad sebelum Colombus datang. Salah satunya yang paling popular adalah essay Dr. Youssef Mroueh, dari Preparatory Commitee for International Festivals to celebrate the millennium of the Muslims arrival to the Americas, tahun 1996, yang berjudul “Precolumbian Muslims in America”.
 Dalam essaynya, Doktor Mroueh menulis, “Sejumlah fakta menunjukkan bahwa Muslimin dari Spanyol dan Afrika Barat tiba di Amerika sekurang-kurangnya lima abad sebelum Columbus. Pada pertengahan abad ke-10, pada waktu pemerintahan Khalifah Umayyah, yaitu Abdurrahman III (929 – 961M), kaum Muslimin yang berasal dari Afrika berlayar ke Barat dari pelabuhan Delbra (Palos) di Spanyol, menembus “samudra yang gelap dan berkabut”. Setelah menghilang beberapa lama, mereka kembali dengan sejumlah harta dari negeri yang “tak dikenal dan aneh”. Ada kaum Muslimin yang tinggal bermukim di negeri baru itu, dan mereka inilah kaum imigram Muslimin gelombang pertama di Amerika.”
Granada, benteng pertahanan terakhir ummat Islam di Eropa jatuh pada tahun 1492. Pada pertengahan abad ke-16 terjadilah pemaksaan besar-besaran secara kejam terhadap orang-orang Yahudi dan Muslimin untuk menganut agama Katholik, yang terkenal dalam sejarah sebagai Spanish Inquisition. Pada masa itu keadaan orang-orang Yahudi dan orang-orang Islam sangat menyedihkan, karena penganiayaan dari pihak Gereja Katolik Roma yang dilaksanakan oleh inkuisisi tersebut. Ada tiga macam sikap orang-orang Yahudi dan orang-orang Islam dalam menghadapi inkusisi itu:
1.         Pertama, yang tidak mau beralih agama. Akibatnya mereka disiksa kemudian dieksekusi dengan dibakar atau dipancangkan di kayu salib.
2.         Kedua, beralih agama menjadi Katholik Roma. Mereka itu diawasi pula apakah memang berganti agama secara serius atau tidak. Kelompok orang Islam yang beralih agama itu disebut kelompok Morisko, sedangkan yang dari agama Yahudi disebut kelompok Marrano.
3.         Ketiga, melarikan diri atau hijrah menyeberang Laut Atlantik yang dahulunya dinamakan Samudra yang gelap dan berkabut. Inilah kelompok imigran gelombang kedua di negeri baru itu.
Penganiayaan itu mencapai puncaknya semasa Paus Sixtus V (1585-1590). Sekurang-kurangnya ada dua dokumen yang menyangkut inkusisi ini. Yang pertama, Raja Spanyol Carlos V mengeluarkan dekrit pada tahun 1539 melarang penduduk bermigrasi ke Amerika Latin bagi keturunan Muslimin yang dihukum bakar dan dieksekusi di kayu sula itu. Yang kedua dekrit itu diratifikasi pada 1543, dan disertai perintah pengusiran Muslimin keluar dari jajahan Spanyol di seberang laut Atlantik. Ini adalah bukti historis adanya imigran Muslimin gelombang kedua sebelum tahun 1543 (dekrit kedua). Ada banyak literatur yang membuktikan adanya kehadiran Muslimin gelombang pertama ke Amerika jauh sebelum zaman Columbus.

5.       Kesaksian Abul-Hassan Ali Ibnu Al-Hussain Al-Masudi dalam karyanya “Muruj adh-dhahab wa maad aljawhar
Abul-Hassan Ali Ibnu Al-Hussain Al-Masudi merupakan seorang pakar sejarah dan geografi yang hidup dari tahun 871-957 M. Dalam karyanya yang berjudul “Muruj adh-dhahab wa maad aljawhar” (Hamparan Emas dan Tambang Permata), Abu Hassan menulis bahwa pada waktu pemerintahan Khalifah Abdullah Ibn Muhammad (888-912), penjelajah Muslim Khasykhasy Ibn Sa’ied Ibn Aswad dari Cordova-Spanyol, telah berlayar dari Delba (Palos) pada 889, menyeberang Samudra yang gelap dan berkabut dan mencapai sebuah negeri yang asing (al-ardh majhul) dan kembali dengan harta yang mentakjubkan. Pada peta Al-Masudi terbentang luas negeri yang disebutnya dengan al-ardh majhul. [Al-Masudi: Muruj Adh-Dhahab, Vol. 1, P. 1385]

6.       Kesaksian Loe Weiner dalam karyanya “Africa and the Discovery of America”
Loe Weiner, pakar sejarah dari Harvard University, dalam bukunya “Africa and the Discovery of America” (1920) menulis bahwa Columbus telah mengetahui kehadiran orang-orang Islam yang tersebar seluas Karibia, Amerika Tengah dan Utara, termasuk Canada. Mereka berdagang dan telah melakukan asimilasi perkawinan dengan orang-orang Indian dari suku Iroquois dan Algonquin.

7.       Kesaksian Al-Syarif Al-Idrisi  dalam karyanya “Nuzhat al-Musytaq fi Ikhtiraq al-Afaa”
Geografer dan pembuat peta bernama Al-Syarif Al-Idrisi (1099- 1166) menulis dalam bukunya yang terkenal “Nuzhat al-Musytaq fi Ikhtiraq al-Afaa” (Ekskursi dari yang Rindu Mengarungi Ufuq) bahwa sekelompok pelaut dari Afrika Utara berlayar mengarungi Samudra yang gelap dan berkabut dari Lisbon (Portugal) dengan maksud mendapatkan apa yang ada di balik samudra itu, betapa luasnya dan di mana batasnya. Mereka menemukan pulau yang penghuninya bercocok tanam dan telah mempergunakan bahasa Arab.

8.       Kesaksian Alexander Von Wuthenau dalam karyanya "Unexpected Faces in Ancient America"
Ahli sejarah seni Jerman, Alexander Von Wuthenau, dalam buku klasiknya "Unexpected Faces in Ancient America" (1975); serta Ivan Van Sertima dengan buku "They Came Before Columbus" (1976) dan juga mengedit buku "African Presence In Early America" di mana intelektual Perancis abad ke-19 Brasseur de Bourboug di situ mengungkapkan keberadaan orang-orang Islam di Amerika tengah, yang juga didukung essei dari P.V. Ramos dalam buku yang sama tentang keberadaan ‘Mohemmedans’ di Karibia (Carib) yang dijumpai Columbus. Beberapa literature lainnya yang bisa ditelusuri tentang hal yang sama antara lain dari ahli arkeologi dan linguis Howard Barraclough (Barry) Fell berjudul "Saga America" (1980); Colin Taylor (editor) "The Native Americans" (1991); dan orientalis Inggris De Lacy O’Leary yang menulis "Arabic Thought and It’s Place In Western History" (1992).

9.       Kesaksian Gavin Menzies dalam karyanya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia
Salah satu buku yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia karya Gavin Menzies, seorang bekas pelaut yang menerbitkan hasil penelusurannya, menemukan adanya peta empat buah pulau di Karibia yang dibuat pada tahun 1424 dan ditandatangani oleh Zuane Pissigano, kartografer dari Venesia. Peta ini berarti dibuat 68 tahun sebelum Columbus mendarat di Amerika. Dua pulau pada peta ini kemudian diidentifikasi sebagai Puerto Rico dan Guadalupe. Menzies juga mengemukakan bahwa Laksamana Zheng He (Ceng Ho), seorang Lkasamana Cina Muslim, telah mendarat di Amerika pada tahun 1421, 71 tahun lebih awal ketimbang Columbus. Lima abad sebelumnya, Khaskhas Ibn Saeed Ibn Aswad pun telah menjejakkan kaki di Amerika. Jelas, penemu Amerika sama seklai bukan Colombus, tetapi para pionir pelayaran dunia, yakni pelaut-pelaut Islam yang ulung.

 Columbus dan para penjelajah Spanyol serta Portugis mampu melayari menyeberang Samudra Atlantik dalam jarak sekitar 2400 km, adalah karena bantuan informasi geografis dan navigasi dari peta yang dibuat oleh pedagang-pedagang Muslimin, termasuk informasi dari buku tulisan Abul Hassan Al-Masudi yang berjudul Akhbar az-Zaman. Tidak banyak diketahui orang, bahwa Columbus dibantu oleh dua orang nakhoda Muslim pada waktu ekspedisi pertamanya menyeberang transatlantik. Kedua kapten Muslim itu adalah dua bersaudara Martin Alonso Pinzon yang menakodai kapal Pinta, dan Vicente Yanez Pinzon yang menakodai kapal Nina. Keduanya adalah hartawan yang mahir dalam seluk-beluk perkapalan, membantu Columbus dalam organisasi ekspedisi itu, dan mempersiapkan perlengkapan kapal bendera Santa Maria. Bersaudara Pinzon ini masih memiliki ikatan kekeluargaan dengan Abuzayan Muhammad III (1362-66), Sultan Maroko dari dinasti Marinid (1196-1465). (Thacher, John Boyd: Christopher Columbus, New York 1950). Para antropologis telah menemukan prasasti dalam bahasa Arab di lembah Mississipi dan Arizona. Dari prasasti itu diperoleh keterangan bahwa imigran itu membawa juga gajah dari Afrika. (Winters, Clyde Ahmad: Islam in Early North and South America, Al-Ittihad, July 1977, p.60)
Columbus menulis bahwa pada hari Senin, 21 Oktober 1492, sementara ia berlayar dekat Gibara pada bagian tenggara pantai Cuba, Columbus menyaksikan masjid di atas puncak bukit yang indah. Reruntuhan beberapa masjid dan menaranya serta tulisan ayat Al Quran telah didapatkan di berbagai tempat seperti Cuba, Mexico, Texas, dan Nevada. (Thacher, John Boyd: Christopher Columbus, New York 1950)
Dari jejak peninggalan Muslim Amerika disekujur benua Amerika kita bisa mendapatkan jejak-jejak umat Islam gelombang pertama dan kedua, jauh sebelum kedatangan Columbus. Lihat peta Amerika hari ini buatan Rand McNally dan cermati nama-nama tempat yang ada di Amerika. Di tengah kota Los Angeles terdapat nama kawasan Alhambra, juga nama-nama teluk El Morro dan Alamitos, serta nama-nama tempat seperti Andalusia, Attilla, Alla, Aladdin, Albany, Alcazar, Alameda, Alomar, Almansor, Almar, Alva, Amber, Azure, dan La Habra.
Di bagian tengah Amerika, dari selatan hingga Illinois terdapat nama-nama kota Albany, Andalusia, Attalla, Lebanon, dan Tullahoma. Di negara bagian Washington misalnya, terdapat kota Salem. Lalu di Karibia (ini jelas kata Arab) dan Amerika Tengah misalnya ada nama Jamaika, Pulau Cuba (berasal dari kata Quba?) dengan ibukotanya La Habana (Havana), serta pulau-pulau Grenada, Barbados, Bahama, dan Nassau. Di Amerika Selatan terdapat nama kota-kota Cordoba (di Argentina), Alcantara (di Brazil), Bahia (di Brazil dan Argentina). Nama-nama pegunungan Appalachian (Apala-che) di pantai timur dan pegunungan Absarooka di pantai barat. Kota besar di Ohio pada muara sungai Wabash yang panjang dan meliuk-liuk bernama Toledo, satu nama universitas Islam ketika Islam masih berjaya di Andalusia, Spanyol.
Menurut Dr. Youssef Mroueh, sekarang saja terdapat tidak kurang dari 565 nama tempat di Amerika Utara, baik di negara bagian, kota, sungai, gunung, danau, dan desa yang diambil dari nama Islam ataupun nama dengan akar kata bahasa Arab. Sebanyak 484 di Amerika Serikat dan 81 di Canada. Ini merupakan bukti yang tak terbantahkan bahwa Islam telah ada di sana sebelum Columbus mendarat. Dr. A. Zahoor bahkan menegaskan bahwa nama negara bagian seperti Alabama, sebenarnya berasal dari kata Allah-bamya, dan juga nama negara Arkansas berasal dari kata Arkan-Sah, serta Tennesse dari kata Tanasuh. Dr. Mroueh juga menuliskan beberapa nama yang dicatatnya malah merupakan nama kota suci kita seperti Mecca di Indiana, Medina di Idaho, Medina di New York, Medina dan Hazen di North Dakota, Medina di Ohio, Medina di Tennessee, Medina di Texas yang paling besar dengan penduduk 26,000, Medina di Ontario Canada, kota Mahomet di Illinois, Mona di Utah, dan Arva di Ontario Canada.
Ketika Columbus mendarat di kepulauan Bahama pada 12 Oktober 1492, pulau itu sudah dinamai Guanahani oleh penduduknya. Kata ini berasal dari bahasa Mandika yang merupakan turunan dari bahasa Arab. Dilaporkan oleh Columbus bahwa penduduk asli di sini bersahabat dan suka menolong. Guana, yang hingga hari ini masih banyak dipakai sebagai nama di kawasan Amerika Tengah, Selatan dan Utara, berasal dari kata Ikhwana yang berarti ’saudara’ dalam bahasa Arab.
Guanahani berarti tempat keluarga Hani bersaudara. Namun Columbus dengan seenaknya menamakan tempat ini sebagai San Salvador dan merampas kepemilikan pulau itu atas nama kerajaan Spanyol. Columbus dalam catatannya menuliskan bahwa pada 21 Oktober 1492 dia melihat rerunruthan masjid dan menaranya lengkap dengan tulisan ayat-ayat Al Qur’an telah ditemukan selain di Cuba, juga di Mexico, Texas, dan Nevada.
Perlayaran melintasi Lautan Atlantik dari Maroko dicatat juga oleh penjelajah laut Shaikh Zayn-eddin Ali bin Fadhel Al-Mazandarani. Kapalnya berangkat dari Tarfay di Maroko pada zaman Sultan Abu-Yacoub Sidi Youssef (1286 – 1307), penguasa keenam dalam dinasti Marinid. Kapalnya mendarat di pulau Green di Laut Karibia pada tahun 1291. Menurut Dr. Mroeh, catatan perjalanan ini banyak dijadikan referensi oleh ilmuwan Islam. Sultan-sultan dari kerajaan Mali di Afrika barat yang beribukota di Timbuktu, ternyata juga melakukan perjalanan sendiri hingga ke benua Amerika. Sejarawan Chihab Addin Abul-Abbas Ahmad bin Fadhl Al Umari (1300 – 1384) mencatat berbagai ekpedisi ini dengan cermat. Timbuktu yang kini dilupakan orang, dahulunya merupakan pusat peradaban, perpustakaan dan keilmuan yang maju di Afrika. Ekpedisi perjalanan darat dan laut banyak dilakukan orang menuju Timbuktu atau berawal dari Timbuktu. Sultan yang tercatat melanglang buana hingga ke benua baru saat itu adalah Sultan Abu Bakari I (1285 – 1312), saudara dari Sultan Mansa Kankan Musa (1312 – 1337), yang telah melakukan dua kali ekspedisi melintas Lautan Atlantik hingga ke Amerika dan bahkan menyusuri sungai Mississippi.
Sultan Abu Bakari I melakukan eksplorasi di Amerika tengah dan utara dengan menyusuri sungai Mississippi antara tahun 1309-1312. Para eksplorer ini berbahasa Arab. Dua abad kemudian, penemuan benua Amerika diabadikan dalam peta berwarna Piri Re’isi yang dibuat tahun 1513, dan dipersembahkan kepada raja Ottoman Sultan Selim I (1517). Peta ini menunjukkan belahan bumi bagian barat, Amerika selatan dan bahkan benua Antartika, dengan penggambaran pesisiran Brasil secara akurat.
Suku Indian dan Umat Islam, beberapa nama-nama suku Indian dan kepala sukunya juga berasal dari akar kata bahasa Arab, seperti: Anasazi, Apache, Arawak, Cherokee (Shar-kee), Arikana, Chavin Cree, Makkah, Hohokam, Hupa, Hopi, Mahigan, Mohawk, Nazca, Zulu, dan Zuni. Kepala suku Indian Cherokee yang terkenal, Sequoyah yang nama aslinya Sikwoya, merupakan ketua suku yang sangat terkenal karena beliau menciptakan sillabel huruf-huruf (Cherokee Syllabary) bagi orang Indian pada tahun 1821. Namanya diabadikan sebagai nama pohon Redwood yang tertinggi di California, sekarang dapat disaksikan di taman hutan lindung di utara San Francisco.
Berlainan dengan gambaran stereotip tentang suku Indian yang selalu mengenakan bulu-bulu burung warna-warni di kepalanya, seperti yang banyak digambarkan para seniman Barat selama ini, Sequoyah selalu mengenakan sorban. Dia tidak sendirian, masih banyak ketua suku Indian yang mengenakan tutup kepala gaya orang Islam. Mereka adalah Chippewa, Creek, Iowa, Kansas, Miami, Potawatomi, Sauk, Fox, Seminole, Shawnee, Sioux, Winnebago, dan Yuchi. Bahkan sebagian dari mereka mengenakan penutup kepala yang khas Arab seperti ditunjukkan pada foto-foto tahun 1835 dan 1870.
Orang-orang Indian Amerika juga memegang nilai ketuhanan dengan mempercayai adanya Tuhan yang menguasai seluruh alam semesta ini, dan Tuhan tersebut tidak teraba oleh panca indera. Mereka juga meyakini bahwa tugas utama manusia diciptakan oleh Tuhan adalah untuk memuja dan menyembahnya. Seperti penuturan seorang kepala suku Ohiyesa: "In the life of the Indian, there was only inevitable duty -the duty of prayer- the daily recognition of the Unseen and the Eternal". Di dalam Al Qur’an, kita diberitahukan bahwa tujuan penciptaan manusia dan jin adalah semata-mata demi untuk beribadah kepada Allah SWT.

E.     ISLAMISASI DI AMERIKA SERIKAT
Perkembangan Islam di AS mulai menampakkan peningkatan kesadaran keislaman untuk memantapkan landasan sosial serta menyediakan pengajaran bagi anak-anak mereka. Sejumlah komunitas mulai memandang penting untuk membangun Mesjid dan Pusat Islam sebagai pengembangan organisasi dan institusi Islam.
1.      Organisasi Islam itu diantaranya:[16]
a.       Pada tahun 1952 lebih dari dua puluh Mesjid membentuk Federasi Perhimpunan Islam (Federation of Islamic Association, FIA) di AS dan Kanada. Pada puncaknya lima puluh mesjid menjadi bagian dari FIA.
b.      Perhimpunan Mahasiswa Muslim di AS dan Kanada (MSA) didirikan pada tahun 1963.Organisasi ini didirikan untuk memberikan pelayanan kepada ratusan ribu mahasiswa muslim yang datang dari berbagai Negara dan belajar di kampus-kampus di AS.
c.       Perhimpunan Dokter Muslim (The Islamic Medical Association) dibentuk oleh alumni MSA pada tahun 1967 sebagai wahana bagai professional muslim di bidang kesehatan untuk saling bertemu dan saling tukar pikiran. Organisasi serupa , Perhimpunan Ilmuwan dan Insinyur Muslim (The Association of Muslim Scientiss and Engineers), didirikan pada tahun 1969 dengan tujuan untuk mempromosikan penelitian ilmiah yang didasarkan pada prinsip-prinsip Islam. Terdapat pula Perhimpunan Ilmuwan sosial Muslim (The association of Muslim Social Scientist) yang dibentuk pada tahun 1972 sebagai organisasi yang bersifat professional, akademik kependidikan dan kebudayaan untuk mempromosikan pemikiran Islam. Perhimpunan-perhimpunan ini mensponsori jurnal-jurnal tahunan dan konferensi-konferensi.
d.      Pada tahun 1978, DEwan masjid AS didirikan oleh wakil-wakil liga dunia Muslim dengan keanggotaan 20 masjid.
e.       Masyarakat Muslim Amerika Utara (The Islamic Society of North America, ISNA) merupakan organisasi induk yang didirikan pada tahun 1982 oleh dewan alumni MSA yang menetap di Amerika Utara.

2.      Kelompok-kelompok keagamaaan yang berkembang di AS
a.      Muslim Syi’ah
Meskipun mayoritas Muslim yang datang ke AS adalah penganut sunni, terdapat pula komunitas syi’ah yang cukup besar. Komunits ini mulai memperoleh pengakuan sebagai bagian tersendiri dari muslim dan dapat teridentifikasi dari masjid-masjidnya besarnya yang terletak di New York, Detroit, Washington, Los Angeles, dan Chicago. Mayoritas pendatang Syi’ah adalah berasal dari kelompok Itsna ‘Asyariyah dan Isma’iliyyah.
b.      Muslim Amerika Keturunan Afrika
Dengan dihitung secara kasar, sepertiga Muslim yang ada di Benua Amerika adalah orang-orang Amerika keturunan Afrika yang sudah bergabung dengan arus utama Islam atau salah satu gerakan sectarian yang secara langsung teridentifikasi secara longgar.
Islam sebagai fenomena yang khas Amerika pertama kali menarik perhatian public AS dengan munculnya Nation of Islam. Kaum muslim AS keturunan Afrika maupun kaum imigran untuk masa yang lama tetap merupakan komunitas terpisah di AS walaupun terdapat upaya yang kian meningkat utuk menjalin kerjasama, dialog dan dan melakukan beberapa peribadatan serta kegiatan sosial bersama.
c.       Muslim Kulit Putih
Diantara orang kulit putih pertama yang masuk Islam adalah Alexander Russel (w. 1916), Konsul AS di Filipina. Mayoritas kulit putih yang masuk Islam adalah perempuan yang mempunyai suami muslim dan memutuskan untuk menjadikan Islam sebagai keyakinan mereka. Dalam beberapa kasus, perempuan masuk Islam sebelum menemukan pasangan nikah atas dasar keyakinannya bahwa perempuan memperoleh penghargaan yang lebih tinggi dibandingkan di masyarakat Amerika pada umumnya.
Sejumlah orang AS, yang merasa asing dengan tradisi agama mereka sendiri atau dalam lingkungan lembaga keagamaan mereka atau dengan norma-norma yang berkembang dalam kebudayaan AS, memandang Islam sebagai alternatif.
d.      Gerakan Sektarian
Gerakan Ahmadiyah, sebuah kelompok dakwah indo-Pakistan yang untuk beberapa tahun telah aktif menerjemahkan al-Qur’an dalam beberapa bahasa-bahasa utama dunia, mulai mengirimkan dai-da’I nya ke AS dengan maksud mengajak Barat agar memeluk Islam menurut versi mereka. Pusat kegiatan mereka baik Qadiyan (bermarkas di Washington DC) maupun Lahore (bermarkas di di California) telah mendirikan sejumlah Masjid di AS.
Terdapat pula komunitas kecil Druze di AS, yang mayoritas anggotanya adalah orang-orang asli Lebanon dan beberapa individu dari Suriah, Palestina dan Yordania. Kelompok Islam lain yang ditemukan di AS adalah agama Baha’i, kelompok Five Percenter, Jama’ah Ansaru Allah, Robbani Yashu’a dan masih terdapat yang lainnya.
e.       Gerakan Sufi
Di antara aliran sufi yang paling berpengaruh ialah Qadiriyah yang menyatu dalam tarekat bawa Muhaiyaddeen, bertempat di Philadelpia. Tarekat ini mempunyai lebih dari 2000 muallaf, terutama berasal dari kelas menengah dan menengah atas.
Kelompok muallaf Sufi terdapat pula di wilayah Negara bagianm New York, California, Texas, Michigan, dan New Mexico. Beberapa imigran banyak yang melestarikan tarekat-tarekat sufi yang berasal dari negeri asal mereka seperti kaum Bektasiyah, Syadziliyah, Isyraqiyah, dan Naqsabandiyah.

3.      Masalah-masalah keislaman yang dihadapi oleh Muslim AS
Masalah-masalah keislaman yang dihadapi oleh Muslim AS dewasa ini diantaranya:[17]
a.      Prasangka Miring Amerika Terhadap Islam
Berlanjut dan meningkatnya prasangka di Amerika Utara terhadap Islam, Muslim dan orang Arab. Selain itu Amerika Serikat berusaha memberi citra tentang Islam sebagai suatu ancaman dan mencoba menggambarkan Islam sesuai dengan perspektif budaya dan peradaban Barat. Pencitraan Islam oleh media massa Barat bahwa Islam adalah agama yang mengancam, menakutkan, teror, ekstrim dan kata-kata lain semacamnya.
Amerika Serikat tampil sebagai satu-satunya negara adikuasa. Struktur politik internasional berpola ‘anarki piramida’ menggantikan pola “bipolar”. Dalam pola baru ini Amerika tetap bermukim di puncak piramida dunia lewat kepemimpinan politik, ekonomi, dan tekhnologi militernya. Di bawahnya bertengger multipolonisme Eropa yang beranggotakan Inggris, Perancis, Jerman dan Rusia.
Presiden George. W Bush, sebagai pendukung partisan Israil, pada akhir Agustus 2001, sebelas hari sebelum meletusnya serangan terhadap gedung World Trade Centre (WTC) dan Pentagon pada 11 September 2001, Amerika dan sekutu-sekutunya telah memainkan manuver yang sangat menjengkelkan umat Islam dan dunia Arab dengan memboikot konfrensi tentang rasisme di Durbai Afrika Selatan, karena sejumlah kalangan mengusulkan resolusi yang menyamakan zionisme dengan rasialisme.
Demikian juga para politisi Amerika Serikat dengan mudah mengunakan sentimen ‘anti Islam” yang sudah berurat berakar pada masyarakat Kristen Barat. Direktur CIA, George Tenet mengumumkan bahwa musuh utama Amerika adalah teroris besar Osama bin Laden. Pernyataan ini memperkeruh hubungan Barat dan Islam. Apalagi dengan Hancur leburnya menara kembar World Trade Centre (WTC) di New York Amerika pada Selasa, 11 September 2001, merupakan tragedi dan atau peristiwa terdahsyat dunia di awal abad ke 21. Osama bin Laden dan jaringan al-Qaedahnya yang tertuduh sebagai pelaku utama atas kehancuran WTC, kelihatannya membawa dampak yang sangat buruk terhadap dunia Islam. Dikatakan demikian, karena Presiden Amerika George Bush, secara tiba-tiba mengeluarkan statemen “miring” bahwa “Islam adalah Teroris”. Dalam hal ini, G. Bush mengumumkan kepada dunia bahwa:
Amerika diserang teroris biadab. Teroris itu adalah Osama bin Laden. Teroris itu adalah Islam. Amerika tidak akan tinggal Diam. Amerika akan membalas. Amerika tidak akan kalah. Amerika sudah terbiasa berperang …. Ikut Amerika atau ikut teroris. Tidak ada pilihan ketiga, apalagi pilihan keempat. Siapa yang tidak mau ikut Amerika akan digebuk. Rezim yang tidak mau memusuhi terorisme akan dicap sebagai rezim jahat.
Dua poin penting yang perlu digarisbawahi dari statemen G. Bush tersebut, yakni ; “Teroris itu adalah Islam” dan “Amerika akan membalas”. Menurut penulis, statemen poin pertama, belum ada bukti yang akurat. Sedangkan statemen point kedua, buktinya sudah sangat banyak.
Menurut Ulil Abshar Abdallah bahwa kekerasan dan diskriminasi yang menimpa umat Islam, terutama yang ada di Amerika semenjak peristiwa WTC telah mencapai 1717 kasus, dan kasus yang terbanyak (372 kasus) adalah pelecehan seksual terhadap para muslimah yang berjilbab di Amerika. Jilbab adalah salah satu identitas Islam, dan karena itu mereka menganggap bahwa setiap wanita berjilbab berpotensi memiliki hubungan yang erat dengan terorisme.
Perlakukan Amerika terhadap dunia Islam pasca tragedi 11 September 2001, tidak saja dalam bentuk kekerasan dan diskriminasi terhadap kaum muslim secara individu dan berkelompok di negara-negara seperti yang telah disebutkan, tetapi Amerika juga dengan statemen (balas demdam)-nya telah menyerang negara-negara Islam. Hal ini, terbukti dengan adanya penyerangan Amerika terhadap Afganistan, dan ambisi busuk operasi penyerangan Irak dan penggulingan terhadap rezim Saddam Husein dengan kekuatan senjata semakin mengemuka dan semakin kuat pasca 11 Septembar 2001. Penggulingan terhadap rezim Moammar Ghadafi sebagai presiden Libya, Hosni Mubarok dan Muhammad Mursi yang keduanya sebagai presiden Mesir serta upaya penggulingan terhadap rezim Bashar al-Assad sebagai presiden Suriah yang diduga telah menyimpan senjata pembunuh massal
b.      Sulitnya Asimilasi imigran Muslim dengan masyarakat Amerika
Masalah Asimilasi dengan masyarakat AS, terus menjadi tema abadi bagi setiap gelombang imigran maupun bagi setiap setiap generasi Muslim di AS.
c.       Sistem jaminan sosial di AS
Sistem jaminan sosial di AS. Misalnya pertanyaan berkaitan dengan kewajiban membayar zakat. Fakta bahwa Islam tidak mengizinkan pengenaan bunga atas pinjaman menimbulkan persoalan tersendiri bagi muslim dalam menggunakan perbankan AS.
d.      Kurangnya pemimpin agama yang terlatih
Sejumlah masalah khusus dihadapi muslim AS, diantaranya kebutuhan akan kepemimpinan agama yang terlatih, kesempatan melaksanakan kewajiban agama seperti shalat dan puasadan masalah yang terkait dengan interaksi sosial.

F.     ISLAMISAI DI AMERIKA UTARA (Selain Amerika Serikat)
1.      Islamisasi di Kanada
Komunitas muslim di kanada hampir seumur dengan negara Kanadanya sendiri. Empat tahun setelah pembentukan negara Kanada tahun 1867, di tahun 1871 sensus di Kanada menyebutkan ada 13 muslim diantara populasinya saat itu. Sejumlah besar Muslim Kroasia (dari Bosnia) datang ke tanah amerika sebagaimana Kristen Kroasia, beberapa datang ke amerika akibat perang dunia pertama yang berkecamuk disana.
Masjid Kanada pertama dibangun di Edmunton di tahun 1938, saat itu diperkirakan sudah ada sekitar 700 muslim di negara tersebut. Bangunan masjid tersebut kini menjadi bagian dari musium di Fort Edmonton Park. Tahun tahun setelah perang dunia kedua tampak dalam jumlah kecil peningkatan jumlah muslim disana. Sebagian dari mereka merupakan Muslim Kroasia dari Bosnia, yang merupakan bagian dari Hadhschar Division serta muslim tawanan Kroasia dari Bosnia. Namun sampai saat itu muslim Kanada masih sangat sedikit. Hanya setelah pencabutan kebijakan preferensi imigrasi di Eropa di penghujung tahun 1960-an baru terjadi peningkatan signifikan jumlah muslim yang masuk ke Kanada.
Muslim Kroasia dari Bosnia yang merupakan pendahulu dan salah satu dari arus muslim utama dalam pendirian semua masjid pertama di Toronto. Masjid pertama selain tiga masjid tertua di Toronto dibangun oleh muslim Kroasia dari Bosnia dan Albania di tahun 1968. Masjid pertama diberi nama Jami Mosque (berada di 56 Boustead Ave. Toronto). Dikemudian hari dengan peran dari Dr Qadeer Baig r.a. (professor pada University of Toronto), masjid tersebut dibeli oleh Muslim Asia, sedangkan Muslim Albania dan Kroasia kemudian mendirikan masjid mereka sendiri : Albanian Muslim Society of Toronto, berlokasi di 564 Annette St. Serta Hrvatska džamija (Masjid Kroasia) di Croatian Islamic Centre, berlokasi di 75 Birmingham St., Etobicoke.
Merujuk kepada sensus penduduk tahun 1971 di Kanada terdapat 33 ribu muslim. Masjid tertua di Toronto dengan menara tertua di Ontario dibangun dalam gaya Usmani, salah satunya berada di Etobicoke, yang merupakan bagian dari Croatian Islamic Centre, bangunan yang sebelumnya merupakan sebuah gedung tua sekolah Katholik, yang pada tanggal 23 Juni 1973. Masjid (gedung tua sekolah Katholik dan dibeli seharga 75 ribu CAD) kemudian di atur ulang menjadi tempat ibadah muslim dengan dukungan penuh dari komunitas Katholik Kroasia setempat. Salah satu pendirinya adalah seorang ahli kedokteran nuklir dunia, dr Asaf Duraković.
Di tahun 1970-an sejumlah besar imigran non eropa mulai masuk ke Kanada. Hal ini terlihat dari membengkaknya komunitas muslim Kanada di tahun 1971, sensus mencatat disana bermukim 98 ribu muslim, sedangkan di tahun 1991 hasil sensus menunjukkan peningkatan jumlah muslim kanada mencapai 253,265 jiwa, dan perkiraan hasil sensus 2006 akan menunjuk angka sekitar 800 ribu jiwa.
Dibandingkan dengan muslim Eropa, muslim Kanada tidak menghadapi permasalahan yang sama. Muslim Kanada hanya salah satu dari sekian banyak etnis yang bermukim disana dari sekian banyak etnis, suku bangsa, budaya dan agama yang bersama sama menjadi bagian dari Kanada. Pejabat pemerintah Kanada mengelompokkan muslim Kanada dalam kelompok sendiri sebagai “kelompok muslim Kanada” untuk keperluan pengambilan kebijakan dan statistik.

2.      Islamisasi di Meksiko
Agama Islam sampai ke Meksiko melalui perantara imigran asal Timur Tengah. Adalah sebuah buku karya Pascual Almazan berjudul Un hereje y Un Musulman yang mengisahkan seorang Muslim bernama Yusof bin Alabaz, menjadi petunjuk tentang kedatangan Islam pertama kali ke negara ini.
Berdasarkan buku tersebut, Yusof hidup pada abad ke-16. Dia tinggal di Andalusia namun selamat dari serbuan balasan kaum Nasrani di sana. Yusof lantas melarikan diri ke Maroko. Akan tetapi, di tengah perjalanan, dia ditawan oleh perompak yang kemudian membawanya ke Meksiko. Karena takut dijadikan budak, dia pun berusaha melepaskan diri dan berhasil. Setelah itu, beberapa tahun kemudian Yusof tinggal di sebuah kawasan bernama Veracruz dan menyebarkan agama Islam kepada penduduk setempat. Dari situlah, agama Islam berkembang ke seluruh wilayah negeri. Terlebih ketika kian banyak berdatangan para imigran dari Timur Tengah. Begitulah sejarahnya. Tidak ada bukti konkret yang menyebutkan bahwa Islam telah ada di negara tersebut sebelum datangnya imigran Arab.
Saat ini di negara tersebut memang banyak terdapat imigran Timur Tengah. Mereka berasal dari Lebanon, Maroko, Mesir, dan Suriah. Namun, tidak diketahui berapa jumlah pemeluk Islam di antara mereka. Barulah ketika dosen dari Georgetown University, Theresa Velcamp, mengadakan penelitian tahun 1999, diketahui sedikit banyak tentang mereka. Menurut dia, imigran asal Suriah dan Lebanon merupakan komunitas imigran terbesar dengan estimasi 200 ribu jiwa. Selain itu, umat Muslim kebanyakan tinggal di kota-kota besar seperti Mexico City, Monterey, Guadalajara, Ciudad Obregon, dan Chiapas.

3.      Islamisasi di Kuba
Selama ini, jika orang bicara soal agama, Kuba selalu menjadi pengecualian. Maklum, karena menganut marxisme, Kuba dianggap intoleran terhadap agama. Bahkan, Amerika Serikat sangat gencar mengangkat isu “represi terhadap agama” sebagai bahan propaganda untuk melecehkan Kuba.
Tahun 1992, Kuba mengadopsi sekularisme dalam konstitusinya, yang dimaksudkan untuk menjamin kemerdekaan beragama. Sejak itu, dua paus dan sejumlah pemimpin agama lain telah berkunjung ke Kuba. Statistik terbaru untuk Islam di Kuba mengklaim penduduk sekitar 3.000 Muslim mewakili 0,03 persen dari jumlah penduduk.
Kuba secara tradisi mayoritas beragama Katolik, tetapi banyak yang tidak aktifmelakukan  praktik keagamaan. Sisanya, mematuhi keyakinan Afro-Karibia seperti Santeria. Orang Islam sudah lama di Kuba. Tetapi, selama 500 tahun sejarahnya, tidak pernah institusi keagamaan Islam di Kuba. Namun, sejak tahun 2007, Liga Islam Kuba berdiri. Setelah serangan 11 September 2001 di AS, islam digambarkan sebagai agama teroris. Tetapi di Kuba, Liga Islam tetap bekerja seperti biasa dan mewakili Islam dalam di forum nasional dan internasional.

G.    ISLAMISAI DI AMERIKA TENGAH
1.      Islamisasi di di Antigua dan Barbuda
Statistik Islam di Antigua dan Barbuda memperkirakan bahwa jumlah penduduk Islam kurang lebih 200 jiwa, atau setara dengan sekitar 0.3 % dari total penduduk mereka yaitu 67,448. Mayoritas kaum muslim di kepulauan ini adalah orang Arab berketurunan Suriah atau Lebanon. Ada dua organisasi Islam terkenal yang menyebabkan perkembangan Islam di St. John's, diantaranya International Society dan American University of Antigua (School of Medicine) Persatuan Pelajar Islam.
Muslim Antigua and Barbuda belum mempunyai masjid, pusat Islam atau institusi yang untuk kepentingan kaum Muslim di negara ini. Walaupun demikian, masih terlihat masjid pertama yang didirikan dan diperjuangkan oleh Antigua and Barbuda International Islamic Society (ABIIS) yang terletak di American Road di St. John's. Lokasi yang digunakan untuk pembangunan masjid adalah sebuah rumah kecil yang dapat memuat kurang lebih tiga puluh orang dan diadakan sholat Jum’at, sholat lima kali sehari, dua hari raya, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha.

2.      Islamisasi di Barbados
Barbados, negara pulau yang terkenal dengan sebutan The Little England atau Inggris Kecil ini adalah sebuah pulau di Laut Karibia berjarak sekitar 218 kilometer sebelah timur laut pulau Trinidad & Tobago. Pulau ini merupakan rantai paling selatan dari rangkaitan gugus pulau pulau Karibia bagian timur.
Berdasarkan pada hasil riset diketahui bahwa muslim pertama yang tiba di Barbados lebih dari 90 tahun yang lalu, ketika di tahun 1913 Abdul Rohul Amin seorang pedagang sutera dari Benggala Timur (India bagian timur atau Bangladesh) tiba di Barbados. Segera setelah itu beberapa orang Bengali menyusul datang ke Barbados dan secara bersama sama berbagi tempat tinggal di Wellington Street di pusat kota. beberapa dari mereka juga menetap di Milk Market dan Tudor Street di lantai atas toko sepatu Bata di Bridgetown.  Sebagian besar imigran dari Bengali tersebut menikah dengan wanita setempat dan memulai membina keluarga disana. Kini begitu banyak orang orang Barbados yang merupakan keturunan dari pertalian pernikahan tersebut.
Kaum muslimin pertama di Barbados ini menjalani kehidupan mereka sebagai pedagang keliling dan masih berlanjut hingga hari ini. pada tahap awal proses perniagaan mereka dilakukan dengan warga Barbados yang tinggal di kawasan pedesaan yang memang menemui kesulitan untuk pergi ke Bridgetown guna membeli kebutuhan hidup mereka. Para pedagang ini pergi ke wilayah pedesaan menggunakan Bis untuk membawa barang dagangan mereka, ketiadaan angkutan umum terkadang membuat mereka harus berjalan kaki menembuh jarak yang begitu jauh.

3.      Islamisasi di Belize
Belize merupakan negara kecil di pantai timur Amerika Tengah menghadap ke Laut Karibia. Negara ini berbatasan dengan Guatemala di timur dan selatan, sebelah utara seluruhnya berbatasan degan Meksiko dan disebelah timur menghadap ke laut Karibia. Tak ada bukti tertulis tentang sejarah masuknya Islam ke Belize, Namun ada bukti nyata tentang kedatangan muslim dari India Timur ke British Honduras di awal tahun 1858 sebagian besar dari mereka merupakan muslim dari wilayah Benggala. 1857 terjadi pemberontakan Sepoy yang dilakukan oleh orang India yang merupakan anggota tentara Inggris. Diantara mereka ada yang beragama Islam, paska pemberontakan itu sebagian mereka dikirim ke berbagai koloni di Karibia seperti Guyana, British Honduras (Belize) dan Guatemala. Menyusul kemudian kedatangan para pekerja paksa perkebunan di sekitar tahun 1880 yang tiba ke Belize melalui Jamaica, sebagian kecil dari mereka beragama Islam.
Islam di Belize diperkirakan dipeluk oleh sekitar 2,794 jiwa atau sekitar 1 persen dari total penduduk negara tersebut. komunitas muslim disana dibawah kepemimpinan the Islamic Mission of Belize (IMB) yang bermarkas di Belize City. IMB didirikan lebih dari 40 tahun yang lalu sebagai organisasi Islam pertama di negara itu. tahun 1978 IMB secara resmi didaftarkan ke pemerintahan sebagai organisasi keagamaan. IMB saat ini dibawah pimpinan

4.      Islamisasi di Dominica
Statistik Islam di Dominica tidak menyediakan informasi tentang perkembangan Islam disana. Menurut Laporan Kebebasan Agama internasional (International Religion Freedom) pada tahun 2005, para pengikut agama-agama dan mazhab-mazhab agama minoritas lain, memperkirakan bahwa Islam berkisar dari 1.6 sampai dengan 0.2% dari penduduk total, termasuk Rastafarians, Jehovah's Witnesses, Anglicans, dan Islam. Komunitas Islam lain, terdiri dari pelajar asing di Ross Medical School, yang didanai oleh pembinaan masjid tahun 2004 di Portsmouth. Umat Muslim memiliki wadah organisasi untuk mengembangkan  Islam di kepulauan ini yaitu, Muslim Community of Dominica di Roseau dan Association of Muslim Students di Ross University School of Medicine di Portsmouth.

5.      Islamisasi di El Salvador
Saat ini, belum ada kajian sejarah yang tepat dan meyakinkan tentang kedatangan kaum Muslim pertama ke negara itu. Walaupun demikian, beberapa ahli telah mencoba untuk mengungkap beberapa peristiwa dan fenomena ini. Menurut sebuah karya akademik yang ditulis oleh Pedro Escalante dan Abraham Daura berjudul Sobre Moros y Cristianos, y otros Arabismos en El Salvador, kehadiran Muslim pertama kali terjadi ketika negara ini dijajah oleh Spanyol.
Namun, El Salvador tidak sepenuhnya lepas dari pengaruh luar Budaya Islam (sebagian besar dibawa dari Al-Andalus atau Spanyol Islam), yang tercermin dalam seni arsitektur, keahlian memasak, bahasa dan pakaian.
Kedatangan muslim di El Salvador terutama berasal dari negara-negara Arab (Suriah, Lebanon dan Palestina) terutama terjadi selama awal abad ke-20. Walaupun sedikit jumlahnya, keturunan mereka telah mencapai kekuatan ekonomi dan politik besar di negeri ini, sebagaimana dibuktikan oleh Presiden Antonio Saca - yang mengikuti pemilihan presiden pada tahun 2004. Namun, mayoritas para pendatang dari Timur Tengah adalah Kristiani - keluarga Muslim sedikit, sedikit atau tidak ada yang didokumentasikan.
Pada tahun 1994, pusat pertama keislaman diresmikan di El Salvador, yaitu Centro Islámico Árabe Salvadoreño, didirikan di ibukota San Salvador oleh komunitas muslim asli Salvador dan muslim keturunan Palestina. Beberapa tahun kemudian (tahun 2004), sebuah masjid kedua diresmikan di ibukota: namun, tidak seperti pusat pertama, kumpulan ini terdiri dari muslim Syiah. Mereka memberi nama Pusat Islam tersebut dengan Fátimah Az-Zahra, Hal itu dilakukan untuk menghormati Fatimah, anak perempuan dari nabi Islam Muhammad dari isterinya yang pertama Khadijah.

6.      Islamisasi di Guatemala
Penduduk Muslim Guatemala adalah kurang lebih 1,200. Dari penduduk ini, 95% adalah pendatang Arab Palestina. Ada sebuah masjid di pinggiran Guatemala City yang dijadikan sebagai Masjid Dakwah Guatemala (bahasa Sepanyol: Mezquita de Aldawaa Islámica) yang diadakan untukk sholat 5 kali sehari dan memberikan kelas dalam kajian Islam. Presiden Komunitas Islam negara ini adalah Jamal Mubarak. Selain itu, ada juga masjid yang bernama Masjid Baitul Awwal yang terbuka bagi setiap orang beriman dari berbagai pemeluk agama yang mencari hubungan murni dengan Tuhan. Masjid ini beralifiansi pada aliran Ahmadiyah.

7.      Islamisasi di Haiti
Persentase umat Islam di Haiti hanya 0,04 % atau sekitar 3000 jiwa dari total penduduk.   Pertubuhan Islam di Haiti termasuk Masjid dan Pusat Islam Bilal di Cap-Haïtien cukup signifikan, yang memberikan sumbangsih terhadap perkembangan pendidikan Islam dan kualitas sholat. Masjid pertama di Gonaives adalah Mosque-ul-Munawwar.
Sejarah Islam di pulau Hispaniola (salah wilayah di Amerika Latin) bermula dengan perbudakan di Haiti. Banyak umat Islam diasingkan dan dijadikan budak ke Haiti. Bahkan diantara banyak dipaksa untuk meninggalkan Islam dari masa ke masa. Namun, warisan Islam telah kekal dalam budaya orang asli Haiti, sehingga mereka tetap mempertahankan keyakinannya.
Pada awal abad ke-20, imigrasi kaum muslim Arab tiba di benua Amerika ini, di mana diantara jumlah mereka menetap di Haiti (dan negara-negara lain juga). Sejarah menyebutkan bahwa gelombang pertama yang tiba di Haiti terjadi pada tahun 1920 dari seorang lelaki yang datang dari kampung Fes di Maghribi bersama dengan 19 keluarga lain. Saat ini, mayoritas umat Islam negara ini adalah penduduk asli Haitians, diikuti oleh suku Maghribi.

8.      Islamisasi di Honduras
Beberapa komunitas Muslim di Honduras pada abad 16 dan 17, kerap menyebut diri mereka dengan istilah Almamys. Ini merujuk pada tempat asal mereka dari Spanyol. Mereka nampaknya juga memiliki kaitan erat dengan penduduk Muslim asal Afrika yang ditemui Columbus di kawasan utara dan timur.
Honduras mulai menerima kehadiran gelombang imigran Arab sekitar tahun 1896 hingga 1918. Sebagian besar imigran itu warga keturunan Arab asal Palestina. Secara demografi, kebanyakan merupakan kaum Nasrani, namun terdapat pula umat beragama Islam. Namun mereka bisa cepat berbaur dengan warga lokal serta mulai menjalankan kehidupan baru.
Di Honduras, para imigran Arab itu menjalankan berbagai aktivitas. Ada yang menjadi politisi atau pegawai pemerintahan, tapi paling banyak terjun di dunia bisnis dan perdagangan. Diperkirakan jumlah mereka mencapai 100 hingga 200 ribu jiwa dari tujuh juta populasi penduduk. Hinduras pun tercatat sebagai negara dengan jumlah imigran Arab Palestina terbesar di kawasan Amerika Tengah sejajar dengan Amerika Serikat, Kanada dan Chile. Jumlah imigran Arab Muslim sekitar 2.790 jiwa atau 0,04 persen dari populasi. Kendati tidak signifikan dari segi kuantitas, kehadiran mereka cukup memberi kontribusi dalam pembangunan bidang sosial, ekonomi, dan politik atau pun keagamaan.
Sejak tahun 1984, umat Muslim memiliki wadah oragnisasi. Namanya Centro Islamico de Honduras yang berkedudukan di kota San Pedro Sula, pimpinan Yususf Amdani. Orgsnisasi lainnya adalah Comunidad Islamica de Honduras di Cortez. Organisasi keagamaan ini semakin cepat akselerasi umat Muslim pada kegiatan-kegiatan kemasyarakatan dan keagamaan.

9.      Islamisasi di Jamaika
Jamaika, sebuah negara pulau di Amerika Utara ini menjadi rumah bagi lebih dari 5.400  Muslimin. Jumlah mereka minoritas, hanya sekitar 0,2 persen dari total populasi negara seluas 10.991 kilometer persegi tersebut.
Menurut laman Carribean Muslim, Islam pertama kali datang ke Jamaika dibawa oleh bangsa Afrika Barat, terutama dari kawasan Gold Coast, yaitu Ghana, Nigeria, Mali, Benin, dan Togo. Mereka merupakan para budak yang diperjualbelikan. Menggunakan kapal, para budak Afrika tersebut dijual ke Jamaika.
Pada 1845 hingga 1917, datang imigran dari India ke Jamika. Sebanyak 16 persen dari 37 ribu imigran tersebut beragama Islam. Sesepuh mereka, Muhammad Khan, datang pada 1917 di usia 151 tahun. Putranya, Naim Khan, kemudian membangun Masjid Ar Rahman di Kota Spanyol pada 1957. Sejak itu, para imigran lain pun mulai mendirikan masjid di penjuru Jamaika. Muhammad Golaub yang datang menjadi imigran bersama ayahnya di usia tujuh tahun kemudian mendirikan Masjid Hussein di Westmoreland. Sejak 1960, Muslimin bertahap meletakkan dasar delapan masjid lain. Hingga kini, masjid pun tersebar di seluruh penjuru negeri.
Bahkan di bidang pendidikan, Ulama dari Dewan Islam Jamaika Abdul Baseer memiliki dua sekolah Islam, yakni Sekolah Dasar Islamiyah dan TK di Masjid Arrahan. Meski hanya dua, sekolah tersebut pun terbuka dan banyak mendidik siswa dari keluarga Kristen.
Selain lembaga pendidikan resmi, berbagai organisasi Islam pun menyediakan kelas pendidikan. Organisasi Islam sangat tersebar di Jamaika. Beberapa, di antaranya, Dewan Islam Jamaika serta Pendidikan Islam dan Dakwah Center di Kingston. Organisasi lain bergerak di Masjid Al Haq di Mandeville, Masjid Al-Ihsan di Negril, Masjid-e-Hikmah di Ocho Rios, dan Islamic Center di Saint Mary.
Kedatangan imigran India telah memberikan sumbangsih besar bagi Muslimin Jamaika. Banyak masjid dibangun di segala penjuru pulau. Menurut data Dewan Islam Jamaika, terdapat 12 masjid berdiri di negeri tersebut. Masjid berada di Kingston, Kota Spanyol, Town St Catherine, Pelabuhan Maria, Albany St Mary, Newell St Elizabeth, dan Westmoreland. Masjid Jamaika di Kota Spanyol merupakan masjid pertama yang berdiri.

10.  Islamisasi di Kosta Rika
Berdasarkan data CIA World Factbook, persentase umat Islam di Kosta Rika hanya 0,01 persen atau sekitar 500 jiwa dan 4,2 juta penduduk.  Kebanyakan adalah kaum imigran dan sebagian warga lokal yang menjadi mualaf. Meskipun secara kuantitas tidak signifikan, umat Islam di sana tidak berkecil hati. Justru, hal itu memacu mereka untuk terus berkiprah di berbagai bidang.  Di kalangan umat Islam sendiri, mereka senantiasa berupaya memperkuat jalinan ukhuwah dan kerjasama satu sama lain. Kegiatan shalat berjamaah ataupun buka puasa bersama mencerminkan tekad itu. Dalam berbagai kesempatan, mereka saling merajut kebersamaan.
Islam masuk ke Kosta Rika seiring sampainya dakwah Islam ke Kepulauan Karibia pada 1845 M. Islam dibawa oleh keturunan Muslim yang berasal dari sebuah provinsi di India, Uttar Pradesh.  Mereka adalah para buruh yang dibawa oleh para tuan tanah setempat dari daerah asalnya. Orang-orang Islam dijanjikan kesejahteraan dengan memperoleh tanah. Tapi, janji tinggal janji. Di sana, para imigran ini dipekerjakan di perkebunan tebu dan tembakau dengan sistem imbal tenaga. Sejak perbudakan dihapuskan di seluruh wilayah jajahan Inggris, tuan tanah menerapkan sistem tersebut. Akibatnya, pekerja tidak menerima upah sebagai konsekuensi pembayaran utang-utang mereka dan biaya perjalanan.
Selain oleh imigran dari India, Islam juga dibawa oleh komunitas Muslim yang berasal dari Afrika. Mereka merupakan suku asli Afrika Barat, yaitu Mandingo.  Merekalah pemeluk Islam pertama yang datang ke Karibia pada 1777. Orang-orang Afrika ini juga dipekerjakan di perkebunan tebu sebagai budak.  Jumlah mereka terus bertambah hingga mencapai 20 ribu jiwa pada 1830. Selanjutnya, Islam dibawa oleh Muslim yang berasal dari Timur Tengah, Indonesia, dan Pakistan.

11.  Islamisasi di Nikaragua
Menurut statistik tahun 2007 yang dikeluarkan oleh Departemen Luar Negeri A.S. tentang Islam di Nikaragua, sekitar 1,200 hingga 1,500 Muslim, mayoritas dari mereka adalah muslim sunni yang berasal dari penduduk asing atau penduduk berwarganegara dari Palestina, Libya, dan Iran atau penduduk asli Nikaragua. Pusat Kebudayaan Islam di Managua (ibukota Nikaragua) berfungsi sebagai pusat keislaman bagi umat Islam di bandar, sekitar 320 orang menghadiri setiap harinya secara konsisten. Umat Islam dari Granada, Masaya, Leon, dan Chinandega juga melakukan sholat Jum’at di Managua. Karena Granada, Masaya, dan Leon mempunyai pusat-pusat sholat yang lebih kecil dibandingkan di Managua. Pada bulan Mei 2007, pemimpin Islam Sunni di Managua dihentikan, kerana peningkatan pengaruh Iran di masyarakat Muslim dan harus diganti dengan pemimpin agama Syiah. Pada akhir tempoh pelaporan (Mei 2007) pemimpin Syiah belum diketahui secara pasti.

12.  Islamisasi di Panama
Salah satu sumber mengenai masuknya Islam di Panama ditulis oleh Abdul Khabeer Muhammad, seorang juru dakwah yang giat menyebarkan Islam di Panama. Dalam artikel yang dimuat di majalah Islam Canada, A Brief History of the Muslim in Panama, Abdul Khabeer Muhammad mencatat ada dua gelombang kedatangan penganut Muslim di negeri itu. Pertama, tahun 1552, pendatang Muslim menginjakkan kakinya di Panama sebagai budak yang dibawa penjajah Spanyol untuk dipekerjakan di tambang emas. Mereka adalah para budak Afrika dari suku Mandinka yang dibawa oleh orang-orang Spanyol. Para budak dari suku Mandinka, yang keseluruhannya adalah Muslim. Mereka tiba dalam jumlah cukup besar, yakni sekitar 500 orang. Sebelum memerdekakan diri, wilayah Panama merupakan bagian dari wilayah koloni Spanyol. Pada masa itu, bangsa Spanyol membuat kebijakan untuk mendatangkan para budak ke wilayah jajahan mereka di kawasan Amerika Tengah saat ini.
Kedua, tahun 1904-1913, ajaran Islam mulai bergema kembali di tanah Panama. Setelah adanya gelombang imigran dari wilayah anak benua India, Lebanon dan negara Timur Tengah lainnya datang sebagai pedagang ke Colon, sebuah kota di tepi lautan Atlantik.. Para imigran yang mayoritas laki-laki ini di kemudian hari menikah dengan perempuanperempuan setempat.
Gelombang imigran Muslim ke wilayah Panama tidak terhenti sampai di situ. Pada 1929, masyarakat Muslim Sunni India-Pakistan dari Bombay, India, menjajakkan kakinya di Panama. Mereka kemudian membentuk sebuah organisasi yang diberi nama Panama Muslim Mission. Organisasi Muslim pertama di Panama ini kemudian memprakarsai pendirian sebuah masjid di Kota Panama. Selain sebagai tempat ibadah, bangunan masjid tersebut juga digunakan sebagai tempat untuk mencari informasi mengenai seputar Islam, terutama bagi para mualaf.

13.  Islamisasi di Puerto Rico
Setidaknya ada 5.000 orang pemeluk agama Islam di Puerto Rico. Mereka adalah para pengungsi Palestina yang hijrah ke negeri ini, karena kekejian Israel yang terus menbantai warga Palestina ditanah kelahiran mereka sendiri. Kini, hijrahnya warga Palestina menjadi berkah tersendiri, Islam tersebar di negeri mungil ini.
Kedatangan warga Palestina ke Puerto Rico, dimulai semenjak tahun 1958. Itu berarti hampir satu dekade setelah tanah dinegeri orang, ternyata berubah manis. Bukan saja mereka dapat menyelamatkan diri dan mempersiapkan hari esok yang lebih baik, tetapi juga menyebarkan Islam di kawasan baru.
Benar saja, hanya dalam jangka waktu 50 tahun, kehidupan perekonomian para pendatang dari Palestina ini, mengalami perbaikan. Mereka kebanyakan bergerak dalam bidang perdagangan. Antara lain membuka restoran, toko-toko perhiasan dan outlet pakain.
Pulihnya nasib mereka di atas, kian menambah semangat para pendatang untuk menyebarka agama Islam di pulau Puerto Rico. Hingga kini , cukup banyak bangunan masjid berdiri tersebar merata di pulau ini.
Di kota-kota bersa seperti , Aguadila, Fajardo, San juan, Hatilo, Ponce, Arecibo, Rio Piedres, Monterheisra dan Vega Alta, masjid telah berdiri. Bukan itu saja, organisasi Islam Amerika Utara, (AMANA) juga membuka kantor di sini, tepatnya di kota Cavey. Mungkin karena kehadiran pendatang Palestina ini membuat perekonomian rakyat setempat juga mengalami perubahan  yang berarti, banyak warga penduduk setempat yang mulai tertarik dengan ajaran Islam. Kebanyakan pemeluk Islam mendiami kota RIo Piedras.
Fakor lain yang menarik hati para penduduk untuk mempelajari Islam lebih jauh adalah tentang sejarah Islam di Eropa. Warga pulau yang dahulu sempat dijajah bangsa Spanyol ini, baru mengetahui bahwa Islam pernah menguasai Spanyol lebih 700 tahun.
Para keturunan Latin yang memeluk Islamtanpa ragu mengklaim bahwa Islam sangat berpengaruh di kawasan. Hal itu bukalah barang baru. Sebab, pengaruh Islam di Afrika yang menyebar di Spanyol, turut dibawa oleh nenek moyak mereka ke Puerto Rico. Tak heran, ketika warga Palestina memperkenalkan budaya Arab, warga setempat tidak merasa asing. Berbeda kata Spanyol yang mereka pergunakan, ternyata merupakan unsur serapan dari bahasa Arab.(dikutip dari majalah risalah)

14.  Islamisasi di Trinidad dan Tobago
Republik Trinidad dan Tobago adalah republik kepulauan yang terletak di laut Karibia bagian selatan ber-ibukota di Port of Spain. Lokasinya berada Teluk Paria persis di timur laut lepas pantai Venezuela, dan di sebelah selatan Grenada di gugus kepulauan Antilles kecil. Negara kecil ini hanya terdiri dari dua pulau utama yakni pulau Trinidad dan Pulau Tobago ditambah dengan beberapa pulau pulau berukuran mini.
Para ahli sejarah termasuk situs resmi ASJA yang merupakan organisasi Islam terbesar di Trinidad dan Tobago, meyakini masuknya Islam ke negara pulau itu dibawa oleh budak-budak hitam dari suku Mandigo di Afrika Barat, bukan oleh orang India Timur, Hal ini terlihat dari banyaknya anggota suku Mandigo di Trinidad & Tobago yang memeluk Islam di tahun 1740. Budak budak Afrika ini tiba di Trinidad & Tobago sekitar tahun 1817 bersama dengan Resimen India Timur yang kemudian mendiami kawasan yang kini dikenal sebagai pemukiman sungai Hondo (Hondo River Setlement).
Orang-orang India Timur ini pertama kali datang ke Trinidad sebagai pelayan berdasar perjanjian. Perjanjian yang diterima oleh para buruh ini adalah bentuk kerja paksa tanpa bayar. Para buruh tani ini bekerja di perkebunan tebu selama periode tertentu—biasanya lima tahun—untuk menghapus hutang-hutang mereka. Kondisi kemiskinan dan kehidupan yang keras menggelayuti para buruh tani ini dibarengi dengan usaha kristenisasi terhadap mereka oleh para majikan.
H.    ISLAMISAI DI AMERIKA SELATAN (AMERIKA LATIN)
1.      Islamisasi di Argentina
Kedatangan Muslim ke tanah Argentina dimulai pada pertengahan Abad-19. Imigrasi pertama datang dari Syria sekira 1850 sampai 1860. Mereka mencari penghidupan yang lebih baik dibandingkan di bawah kekaisaran Ottoman yang pada saat itu cenderung otoriter.
Gelombang imigrasi berikutnya datang di antara tahun 1870 pada saat Perang Dunia I. Di antara rentang tahun 1919 dan 1926 para imigran itu datang lagi. Saat itu kekuatan negara Barat sedang getol-getolnya menancapkan pengaruh kolonialisasi di Timur Tengah, yang dulunya berada di bawah kekaisaran Ottoman.
Argentina merupakan salah satu negara yang penduduk Muslimnya sangat banyak. Bahkan, terbesar dibanding negara-negara lain di kawasan Amerika Latin. Meski populasi Muslim di negara yang memiliki nama resmi Argentine Nation itu menempati peringkat keempat, nuansa dakwah dan religiositas pemeluk Islam di sana begitu tinggi. Ini bisa dibuktikan dengan berdirinya sejumlah masjid di Argentina.
Di Buenos Aires, ibu kota Argentina, telah berdiri sebuah masjid besar pada tahun 1989. Masjid itu kini menjadi pusat kegiatan ibadah dan dakwah umat Islam di sana. Di beberapa kota di Argentina, kini juga berdiri masjid-masjid kokoh dan megah. Jumlahnya sudah mencapai puluhan. Syiar Islam semakin marak di Argentina setelah sebuah pusat kajian Islam yang diberi nama “The King Fahd Islamic Cultural Center”, dibangun pada tahun 1996.
Bangunan pusat kajian Islam ini terletak di permukiman kelas menengah di wilayah Palermo, Buenos Aires. Proyek yang merupakan kerja sama pemerintah Argentina dan Arab Saudi ini dibangun di atas lahan seluas 34 ribu meter persegi. Pusat kajian ini dilengkapi dengan bangunan masjid, perpustakaan, dua buah sekolah, taman, dan lahan parkir. Di tempat ini, biasanya umat Islam berkumpul dan mengkaji seputar keilmuan dan budaya Islam. Terlebih pada bulan Ramadhan, senandung budaya dan nilai-nilai Islam begitu marak dikumandangkan.
Mengenai jumlah umat Islam di Argentina, memang sulit ditemukan angka yang pasti. Beberapa sumber data menyebutkan angka yang berbeda. Menurut catatan The CIA World's Fact Book, pada tahun 2004, dari total penduduk Argentina yang mencapai 39.144.753 jiwa, hanya dua persen yang memeluk Islam, yaitu sekitar 782.895 jiwa, selebihnya adalah pemeluk Katolik Roma, Protestan, dan Yahudi. Sedangkan Katolik Roma, merupakan agama mayoritas di negara yang terkenal dengan tarian tangonya itu.
Tudingan yang gencar dilakukan Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya pada umat Islam, sejak tragedi 11 September 2001, sebagai pelaku terorisme global, memang sempat membuat umat Islam di Argentina dicurigai. Namun, begitu setelah dilakukan dialog dua arah, ketegangan dan rasa curiga hilang dengan sendirinya dan berbagai tudingan negatif yang dilayangkan kepada umat Islam, tidak begitu digubris masyarakat Argentina. Sementara umat Islam di Argentina, telah menunjukkan jiwa kenegarawan dan nasionalisme yang tinggi. Hal inilah yang menjadikan gairah dakwah Islam semakin meningkat di sana.

2.      Islamisasi di Bolivia
Islam masuk ke Bolivia dibawa oleh imigran muslim yang masuk kesana dari berbagai negara Islam termasuk di dalamnya muslim dari Palestina, Iran, Suriah dan Lebanon. Imigran Palestina yang datang kesana di era tahun 1970-an yang kemudian mendirikan organisasi Islam pertama di Bolivia, Centro Islamico Boliviano di Santa Cruz yang berdiri tahun 1986 oleh Mahmud Amer Abusharar yang sudah memulai dakwahnya sejak pertama kali tiba disana tahun 1974.
Berapa banyak jumlah muslim di Bolivia memang tak ada data pasti, Institut Statistik Nasional Bolivia (INE) sendiri tidak memiliki data tersebut. Namun pada 24 Februari 2008 lalu harian El-Nueva Dia di Santa Cruz memperkirakan jumlah muslim di Bolivia ada sekitar 1000 jiwa, sebagian besar tinggal di kota La Paz dan Santa Cruz. Data dari INE tahun 2001 menunjukan bahwa dari sekitar 8 juta atau setengah dari penduduk Bolivia merupakan etnis asli kelompok Amerindian, dua kelompok terbesarnya adalah Indian dari suku Aymara dan Quechua. Dari berbagai sumber yang ada, tidak ada satu kelompok etnis pun yang menjadi target utama Islamisasi di Bolivia oleh organisasi Islam manapun. Dan data statistik yang lain menunjukkan bahwa Islam di Bolivia diperkirakan ada sekitar 2000 jiwa atau setara dengan sekitar 1% dari total penduduk mereka.
Masjid-masij yang ada di Bolivia antara lain, Masjid di Bolivia, Masjid Islamic Center Bolivia di Kota Santa Cruz, Masjid As-Salam dan Masjidum Jbelnnur di La Paz dan lain-lain.
Meski Bolivia hanya memiliki komunitas kecil ummat Islam, namun memiliki tingkat aktivitas yang cukup tinggi dan berkembang secara berkelanjutan. Sebagian besar dari komunitas yang sudah ada ini merupakan anggota komunitas kelahiran Bolivia dan mereka yang baru masuk Islam atau merupakan keturunan dari imigran Palestina atau Lebanon yang sudah menetap di Bolivia selama beberapa dekade.  Setidaknya ada delapan organisasi Islam di Bolivia dan masing masing memiliki masjid sebagai pusat aktivitas mereka.
Berikut beberapa komunitas muslim disana antara lain, Centro Islamico Boliviano (CIB, Asociacion Cultural Boliviana Musulmana (ACBM), Asociacion de la Comunidad Islamica de Bolivia - ACIB , Asociación Islámica de Bolivia- Mezquita As-salam (Shi’ah), Asociacion de la Comunidad Islamica de Bolivia Ahlul Bait - ACIB Ahlul Bait dan lain-lain.
3.      Islamisasi di Brasil
 Menurut statistik resmi pada tahun 2000, terdapat 27.239 muslim yang bermukim di Brasil. Kebanyakan penduduk Muslim berdiam di daerah São Paulo dan Paraná. Sebagian besar dari mereka merupakan imigran Libanon yang berhijrah dari negara asal mereka akibat perang saudara Libanon. Walaupun demikian, setengah surat kabar di sana, mencatat jumlah penduduk Muslim di Brasil sekitar 56.000 sampai 70.000. Menurut otoritas Islam yang ada, jumlah Muslim di Brasil adalah sekitar 1 juta kepada 1,5 juta termasuk penganut setempat.
Sejarah Islam di Brasil dimulai dengan masuknya orang-orang Afrika dalam bentuk perbudakan. Brasil menerima 37% dari seluruh budak Afrika yang diperdagangkan, berjumlah sekitar 3 juta orang bangsa Afrika. Sejak tahun 1550, orang Portugis telah menggunakan budak berbangsa Afrika untuk bekerja di kebun tebu yang sebelumnya dimusnahkan oleh penduduk Tupi setempat.
Sebagian sarjana menyatakan bahwa Brasil merupakan negara Amerika yang paling banyak menerima orang Muslim berbangsa Afrika yang telah diperbudak. Pada tahun 1835 di Bahia, Muslim berbagai bangsa pernah mengadakan suatu pemberontakan. Peristiwa itu telah menyebabkan banyak orang terbunuh. Semenjak itu, pihak Portugis telah mengadakan langkah berjaga-jaga terhadap Afro-Muslim, termasuk memaksa mereka menganut agama Katolik. Walaupun demikian, komunitas Muslim di Brasil tidak dapat dienyahkan begitu saja. Hingga tahun 1900, dicatat masih terdapat 10.000 Afro Muslim yang hidup negara Brasil.
Setelah masa asimilasi paksa terhadap Afro-Muslim, perkembangan Islam di Brasil telah memasuki suatu era yang baru dengan adanya imigran Muslim Timur Tengah ke negara ini. Kebanyakan mereka berasal dari Suriah dan Libanon.

4.      Islamisasi di Chile
Data statistik menunjukkan estimasi jumlah ummat Islam di Chile mencapai 4000 orang atau kurang dari 1% dari total penduduk negeri tersebut. Pendatang Islam pertama ke Chile bernama Pedro de Gasco dari bangsa Moor yang berasal dari Andalusia (kini Spanyol) beliau tergabung dalam expedisi Diego de Almagro namun kemudian dipaksa untuk menjadi Katholik. Meski kedatangan bangsa moor ke Chile ini tertutup oleh sejarah masa lalu, namun sejarawan Chile sudah mulai mengakui warisan budaya bangsa moor dan pengaruhnya terhadap perkembangan budaya dan identitas Chile.
Gelombang migrasi besar besaran muslim ke Chile dimulai tahun 1856, dengan kedatangan migran Arab dari wilayah bekas Emperium Usmani (Ottoman Empire) yang kini menjadi SyriaLebanon dan Palestine. Muslim migran inilah yang kemudian mendirikan Organisasi Sociedad Unión Musulmana, dan kemudian mendirikan masjid As-Salam di Santiago.
Di penghujung 1980-an begitu banyak pribumi Chile yang masuk Islam dan terus meningkat seiring dengan selesainya pembangunan masjid. Usama Abu Gazaleh kemudian terpilih menjadi Imam Masjid setelah wafatnya Taufiq Rumie di tahun 1998. ditahun 1997 seorang muslim keturuanan Pakistan membeli tanah untuk pembangunan Masjid Bilal dan Madrasah di Iquique, dan selesai dibangun tahun 1999.

5.      Islamisasi di Ekuador
Muslim pertama yang menetap di Ekuador mayoritas adalah muslim Arab dari berbagai Negara yang kini dikenal sebagai Negara Lebanon, Palestina, Suriah dan Mesir. Mereka bermigrasi ke Equador dengan alasan yang sama seperti muslim lainnya yang berpindah ke Amerika latin yakni menghindar dari perang dunia pertama dan kedua. Imigran Arab tersebut masuk ke Equador dan Amerika Latin lainnya menggunakan Paspor Kekhalifahan Emperium Usmaniah (yang berpusat di Istambul – Turki) karenanya imigran muslim pertama yang masuk kesana lebih sering disebut sebagai warga Turki.
Merujuk kepada Yahya Juan Suquillo, Direktur Dakwah Centro Islamico Del Ecuador, populasi muslim di Ecuador ada sekitar 500 jiwa. Sedangkan Wikipedia menyebut jumlah muslim di Ecuador mencapai 2000 jiwa, angka yang sama persis dengan data dari PEW Reseach Center yang menyebutkan bahwa pemeluk Islam di Ecuador ada 2000 jiwa atau kurang dari 0,1% dari total penduduknya. Sementara word fact book nya CIA hanya menyebut komposisi pemeluk agama di Equdor dalam dua kelompok yakni pemeluk Katholik Roma 95% dan pemeluk agama lain lain 5%.
Situs latinodakwah.org menyebutkan, ada tiga organisasi Islam di Ecuador. Masing masing organisasi ini memiliki dan mengelola masjid bagi muslim di area-nya masing masing. Berikut tiga organisasi, Centro Islamico Del Ecuador : Mezquita Assalam, Fundacion Islamica Cultural Khalid Ibn Al Walid dan Centro Islamico Al-Hijra De Guayaquil
6.      Islamisasi di Guyana
Guyana adalah negara kecil di pesisir utara Amerika Selatan. Luasnya sekitar 214 ribu meter persegi. Populasi penduduk kurang dari satu juta jiwa, tepatnya 777 ribu jiwa pada tahun 2006. Tapi, di sinilah agama Islam mene­mukan momentumnya. Bahkan terma­suk yang paling pesat perkembangan­nya di kawasan Amerika Selatan. Salah satu indikatornya adalah jumlah masjid yang cukup banyak di negeri itu.
Seperti dicatat Organisasi Islam Pusat Guyana (CIOG), terdapat sekitar 145 unit masjid. Sarana ibadah itu ter­sebar di seluruh penjuru negara. Pada­hal komunitas muslim sendiri mencakup sekitar 7 persen dari populasi.

7.      Islamisasi di Kolumbia
Ada tiga hal yang mendorong lahirnya komunitas Muslim di Kolumbia. Pertama, periode setelah konflik politik di negara-negara Timur Tengah; Kedua, jatuhnya Kekaisaran Ottoman yang mendorong minoritas Arab ke tanah Amerika; Ketiga, migrasi Palestina (khusus setelah perang dunia kedua dan setelah penciptaan Negara Israel tahun 1948) dan migrasi Lebanon di tahun enam puluhan.
Di Kolumbia, bisa dikatakan bahwa hampir tidak ada yang mendukung mereka sebagai Muslim; fasilitas, Guru agama (imam), apalagi gaya hidup. Dengan kondisi itu, yang perlu menjadi catatan sendiri bahwa kaum Muslim Kolumbia, menolak asimilasi (peleburan) tata cara dan gaya hidup mereka. Banyak yang mencatat, bahwa sikap ini yang menghambat penyebaran Islam di negeri ini.
Meskipun fenomena ini mulai pada tahun delapan puluhan, pertumbuhan yang signifikan terjadi dalam beberapa tahun terakhir. Dan yang agak mengherankan, jumlah pemeluk Islam di Kolumbia justru semakin bertambah setelah adanya peristiwa 9/11 di tahun 2001.
Dengan segala keterbatasan di lingkungan mereka, Muslim Kolumbia hanya bisa mempelajari Islam secara mendalam di luar negeri. Misalnya dengan adanya hubungan diplomatik antara Kolombia dan beberapa negara Muslim, maka Muslim Kolombia memiliki kesempatan untuk belajar dan mendapatkan kontak dengan sekolah Al-Quran atau universitas Islam.

8.      Islamisasi di Paraguay
Di Paraguay, diperkirakan ada 507 orang muslim disana atau hanya sekitar 0.008% dari total penduduknya. Sebagian besar dari muslim disana merupakan keturunan dari para imigran muslim dari SuriahLebanon dan Palestina yang terkonsentrasi di kota Asuncion dan sekitarnya. Organisasi Islam paling berpengaruh di Paraguay adalah Centro Benéfico Cultural Islámico Asunción, yang dipimpin oleh Faozi Mohamed Omairi. Data tersebut sangat berbeda dengan data di islamicpopulation.com yang menyebutkan bahwa muslim di Paraguay mencapai 2750 jiwa pada tahun 2000.
Imigran Andalusia dari provinsi Seville dan Huelva antara tahun 1493-1508 memberikan kontribusi hingga 78% dari total imigran dan 37% antara tahun 1508-1519. Ada dua gelombang masuknya imigran Andalusia ke Paraguay yang dimulai tahun 1872 dan gelombang kedua dimulai tahun 1960 dan lebih intensif setelah 1980.
Komunitas arab di Paraguay mendirikan organisasi pertama mereka pada tanggal 13 Oktober 1919 dengan nama Syria Union, sebuah lembaga amal dan bantuan bagi imigran Suriah dan Lebanon di Paraguay. Tahun 1942 organisasi amal ini berubah menjadi Lebanese and Syrian Club, bermarkas di kota Asuncion. Beberapa organisasi juga didirikan oleh komunitas Arab di Paraguay termasuk Central Committee Arab pro-Palestinian aid.
Islam di Paraguay dan negara negara Amerika Latinnya menemukan tempat yang nyaman untuk tumbuh dan berkembang. Haluan politik beberapa negara Amerika Latin yang tidak sejalan dengan Amerika memicu kecurigaan dan berbagai tuduhan mengalir deras ke berbagai institusi di negara negara tersebut termasuk muslim di Paraguay. Jurnalis Amerika dengan lantang menyebut Amerika Latin sebagai Hot Bed bagi ektrimis dan teroris. Ditambah lagi dengan kenyataan bahwa imigran muslim dari berbagai negara arab terkonsentrasi di Wilayah Triple Frontier Brazil, Paraguay dan Argentina yang disebut sebut oleh media Amerika sebagai sarang pembinaan para ekstrimis Islam.

9.      Islamisasi di Peru
Peru, adalah salah satu negara di Amerika Selatan (Amerika Latin), beribukota di Kota Lima. Perkembangan Islam disana cukup pesat, masjid masjid mulai bertebaran seiring dengan semakin bertambahnya ummat Islam disana. Tacna, kota di selatan Peru dan berbatasan langsung dengan Negara Chile, salah satu kota yang sudah memiliki masjid yang cukup megah yang selesai dibangun secara keseluruhan tahun 2008. Dibangun dan dikelola oleh Muslim migran dari Pakistan.
Secara historis, Islam pertama kali dikenalkan oleh bangsa Moor atau Moros dari Spanyol. Mereka melarikan diri dari Spanyol ke Peru karena mendapat penyiksaan. Tercatat dalam sejarah, terdapat seorang wakil penguasa Spanyol di Peru yang merupakan bangsa Moor dari Guadalajara.
Keadaan berubah ketika pada 1940-an, terjadi eksodus Muslim Palestina dan Lebanon yang hendak menyelamatkan diri dari kekejaman Israel. Mereka masuk ke Peru dan Islam pun dikenal kembali di negara itu untuk kali kedua. Tak hanya berjasa mengenalkan kembali Islam, para pengungsi dari Palestina dan Lebanon juga berperan penting dalam membangun perekonomian Peru. Kaum imigran dari Palestina dan Lebanon itu pun kemudian menjalin hubungan ukhuwah Islamiah dengan kaum etnis Moor yang merupakan pemeluk Islam awal di Peru.  Mereka saling memengaruhi adat istiadat hingga terbentuklah budaya perpaduan keduanya, budaya Islam. Maka tak heran, jika ibu kota Peru, Lima, memiliki aura keislaman yang kuat. 
Jumlah Muslimin di Peru memang masih sekitar lima ribu orang. Angka yang sangat kecil dibandingkan total populasi Peru yang mencapai 29,5 juta jiwa. Agama Katolik mendominasi populasi negara Amerika Selatan tersebut dengan persentase lebih dari 81 persen. Meski demikian, jumlah Muslimin terus berkembang dan mengalami peningkatan setiap tahunnya. Mereka pun hidup nyaman dengan kebebasan agama yang diterapkan pemerintah setempat.

10.  Islamisasi di Suriname
Islam di Suriname pertama kali di bawa oleh orang-orang Afrika Barat yang dijadikan budak oleh Belanda yang dipekerjakan di ladang-ladang tebu, kapas, cokelat, dan kopi pada tahun 1700-an.
Tahun 1863, Kerajaan Belanda mengakhiri sistem perbudakan. Tindakan ini membawa perubahan terhadap keberlangsungan pekerjaan di perladangan negara-negara jajahan, termasuk Suriname. Banyak bekas budak yang kemudian meninggalkan ladang-ladang untuk mencari penghidupan lebih baik. Menyadari situasi tersebut dapat mengganggu perekonomian, Belanda pun melakukan usaha penyelamatan. Direkrutlah tenaga buruh-buruh kontrak yang digaji sangat murah. Mereka sebahagian diambil dari beberapa negara dan wilayah jajahannya, termasuk dari Jawa.
Kehadiran orang-orang Jawa kian mengukuhkan agama Islam di negara ini, lantaran warga Jawa tersebut kebanyakan muslim. Berdasarkan sensus terakhir, muslim Suriname mewakili sekitar 13% dari keseluruhan penduduk negara tersebut. Namun berbagai sumber tidak resmi menyebut angka hingga mencapai 20%. Angka ini menjadikan Suriname sebagai salah satu negara dengan persentase muslim tertinggi di benua Amerika. Selain oleh bekas budak Afrika Barat dan keturunan Jawa, jejak Islam Suriname juga dibawa orang-orang Pakistan dan Afghanistan, yang hampir semua penduduknya adalah muslim Sunni.
Pada awalnya, masyarakat muslim Suriname secara umum memeluk agama sekadar mewarisi agama nenek moyangnya. Ini dikarenakan karena kebanyakan mereka memang datang ke Suriname dengan bekal pendidikan agama yang terbilang minim. Pada kasus masyarakat muslim Jawa, umpamanya, kebanyakan mereka berasal dari tradisi agama Islam Jawa abangan, yang hanya mengenal Islam sekadar nama dan lebih kental dengan unsur tradisi dan budaya Jawa. Hal itu terlihat, misalnya, kenapa hingga sekarang sebahagian dari mereka masih mempertahankan shalat menghadap ke Barat, seperti nenek moyang mereka di Jawa, padahal Suriname berada di sebelah barat Ka’bah.
Sejalan perkembangan zaman, Islam tidak lagi dijadikan sebagai agama warisan nenek moyang, tapi dipeluk dengan penuh kesadaran. Lambat laun, kini Islam tidak saja dijadikan sebagai agama tradisi nenek moyang, tapi menjadi sebuah cara hidup untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. Fenomena seperti itu dapat dengan mudah ditemui di mana-mana, di kota, perkampungan, pasar, dan jalan-jalan. Berpakaian muslim menjadi pemandangan yang telah biasa di tengah-tengah kecenderungan fashion ala Barat. Ucapan salam simbol Islam pun semakin sering terdengar. Bukan hanya di antara muslim Jawa, tetapi juga kerap terucap di berbagai etnis muslim Suriname.
Geliat itu begitu terasa hingga pemeluk Islam bukan saja orang Jawa dan Hindustan, tapi juga satu per satu orang-orang negro dan kulit putih pun mencintai dan masuk Islam. Beberapa pergerakan Islam di Suriname di antaranya: Perserikatan milik umat Islam keturunan India, Suriname Muslim Associatie (SMA), termasuk salah satu lembaga yang berandil besar dalam menyalakan cahaya Islam di Suriname. Stichting der Islamitische Gemeenten in Suriname (SIS), Yayasan Islam Suriname, adalah lembaga paling berpengaruh di Suriname dari kalangan suku Jawa yang membawa obor perubahan bagi kebangkitan Islam. Lembaga ini memiliki masjid utama, Masjid Nabawi, dengan 54 masjid lainnya berada dalam binaannya tersebar luas di distrik Paramaribo dan distrik-distrik lain.
Organisasi kalangan Jawa abangan seperti Federatie van Islamitische Gemeenten in Suriname (FIGS), terus-menerus diajak dialog secara kelembagaan ataupun pribadi-pribadi hingga satu per satu menemukan kebenaran itu. Bahkan para pemimpin Ngulonan pun sesungguhnya telah mengetahui kebenaran itu dan mudah-mudahan segera dibukakan pintu hidayah. Hingga muncullah masjid-masjid baru dengan gerakan pencerahan Islam yang menjadi pusat bagi terbitnya cahaya Islam, seperti masjid Ansharullah, masjid Asy-Syafi’iyah Islam, masjid Rahmatul¬lah Islam, dan lain-lain.
Cepat atau lambat, Islam berkembang dengan luas di seluruh penjuru dunia. Bersyukurlah wilayah yang ternaungi cahaya Islam. Islam akan terus bersinar dan menerangi alam semesta dengan cahayanya.

11.  Islamisasi di Uruguay
Hasil riset yang diselenggarakan PEW Research Center menyebutkan bahwa terdapat komunitas muslim di Uruguay meski jumlahnya hanya sekitar 1000 jiwa atau kurang dari 0.1% jumlah penduduknya didasarkan angka perkiraan di tahun 2009.  Sementara artikel Islam in Uruguay yang dimuat di wikipedia menyebut jumlah muslim di Uruguay sekitar 300 hingga 400 jiwa saja atau setara dengan 0.01% dari jumlah penduduk Negara tersebut.
Merujuk kepada laporan International Religious Freedom Report 2008 disebutkan bahwa, muslim Uruguay kebanyakan menetap di dekat perbatasan dengan Brazil. Jumlah muslim di sana diperkirakan 300-400 jiwa namun kehadiran mereka nyaris tak terlihat karena memang jumlahnya yang sangat minim.
Namun demikian aturan Negara Uruguay mengatur sedemikian rupa, sehingga khusus untuk warga muslim dapat meminta tanda pengenal khusus kepada perusahaan tempat mereka bekerja yang memungkinkan mereka istirahat lebih cepat pada hari Jum’at yang jatuh pada hari kerja, hingga mereka dapat menunaikan ibadah sholat Jum’at berjamaah bersama muslim yang lain.
Satu fenomena yang sangat menarik di Uruguay ini adalah, meski komunitas muslim disana sangat sedikit namun berita menggembirakannya adalah telah terpilihnya seorang muslim Uruguay masuk ke dalam jajaran anggota Konres. Dia bernama Amin Niffouri yang terpilih dalam pemilihan pada bulan November tahun 2009 lalu mewakili daerah pemilihan Canelones. Dia menjadi satu satunya muslim Uruguay yang menjadi anggota Kongres. Amin Niffouri memang dari keluarga muslim terpandang disana, dia merupakan muslim keturunan Suriah. Pamannya yang bernama Niffouri Fakhri telah lama menjadi Konsulat Uruguay untuk Suriah.
Sedikitnya jumlah muslim di Uruguay dengan sendirinya sangat sulit untuk menemukan masjid di Negara itu. Meski begitu, ada beberapa tempat yang menjadi titik berkumpul sekaligus sebagai pusat ke-Islaman disana. Yakni : Islamic center of Uruguay, Egyptian Cultural Islamic Center (Pusat Kebudayaan Islam Mesir), Centro Islamico Del Uruguay dan Fraternidad Islámica del Uruguay (Islamic Brotherhood of Uruguay atau Ikhwanul Muslimin Uruguay).

12.  Islamisasi di Venezuela
Data dari Laporan Kebebasan Beragama Internasional Departemen Luar Negeri AS menunjukkan, pada 2011 terdapat lebih dari 100 ribu Muslim di Venezuela. Dengan kata lain, Islam hanya mengambil bagian 0,5 persen dari total populasi negara di Amerika Selatan tersebut. Minoritas, namun Muslimin dapat hidup nyaman di sana. Menurut laporan yang sama, sebagian besar Muslimin Venezuela terkonsentrasi di Nueva Esparta dan Karakas. Ibu kota Venezuela, Karakas, menjadi rumah bagi sekitar 15 ribu Muslimin.
Sebuah masjid terbesar kedua Amerika Latin setelah Masjid King Fahd di Buenos Aires, Argentina juga berdiri kota terbesar Venezuela tersebut, Masjid Sheikh Ibrahim al-Ibrahim, Masjid Terbesar di Venezuela. Masjid dibangun sejak 1989 hingga 1993. Sang pendiri, Sheikh Ibrahim bin Abdul Aziz, berasal dari Arab Saudi. Sebagai sesama negeri penghasil minyak, hubungan Venezuela dan Arab Saudi memang cukup baik.
Meski jumlah Muslimin dari kalangan penduduk asli cukup banyak, Muslimin Karakas didominasi para imigran dari Timur Tengah, seperti Palestina, Lebanon, Suriah, dan Turki. Islam datang ke Karakas, Venezuela, bersamaan dengan datangnya Islam di Benua Latin. Disebutkan, Islam datang pertama kali dibawa oleh para budak Afrika yang dibawa ke negara-negara Latin, seperti Brasil, Venezuela, Kolombia, dan Kepulauan Karibia. Pada abad ke-16, ketika sistem budak dihapuskan, mereka membentuk komunitas Muslim dan bergabung dengan para pendatang lain dari negeri Islam. Pada 1850-an, terdapat gelombang imigran yang cukup besar dari tanah Arab.
Mereka memiliki beberapa organisasi Islam, seperti Caribe Islam Margarita-La Comunidad Islamica Venezolana dan Centro Islamico de Venezuela. Untuk kehidupan sehari-hari, mereka tak banyak mengalami kesulitan. Bagi para Muslimah pun bebas mengenakan jilbab ke manapun mereka pergi. Muslimin Karakas juga giat menyuarakan hak-hak Muslimin di Palestina ataupun menyuarakan pembelaan Islam yang menjadi target Islamfobia.

I.       PENGARUH ISLAM DI BENUA AMERIKA
Bila  kita membuka peta Amerika. Kita akan meliahat nama tempat yang ada di Negeri Paman Sam itu. Sebagai umat Islam, pastilah Anda akan dibuat terkejut. Apa pasal? Ternyata begitu banyak nama tempat dan kota yang menggunakan kata-kata yang berakar dan berasal dari bahasa umat Islam, yakni bahasa Arab. Tak percaya? Cobalah wilayah Los Angeles. Di daerah itu ternyata terdapat nama-nama kawasan yang berasal dari pengaruh umat Islam. Sebut saja, ada kawasan bernama Alhambra. Bukankah Alhambra adalah nama istana yang dibangun peradaban Islam di Cordoba?
Selain itu juga ada nama teluk yang dinamai El Morro serta Alamitos. Tak cuma itu, ada pula nama tempat seperti; Andalusia, Attilla, Alla, Aladdin, Albany, Alcazar, Alameda, Alomar, Almansor, Almar, Alva, Amber, Azure, dan La Habra.[18] setelah itu, mari kita bergeser ke bagian tengah Amerika. Mulai dari selatan hingga Illinois juga terdapat nama-nama kota yang bernuansa Islami seperti; Albany, Andalusia, Attalla, Lebanon, dan Tullahoma. Malah, di negara bagian Washington terdapat nama kota Salem.
Pengaruh Islam lainnya pada penamaan tempat atau wilayah di Amerika juga sangat kental terasa pada penamaan Karibia (berasal dari bahasa Arab). Di kawasan Amerika Tengah, misalnya, terdapat nama wilayah Jamaika dan Kuba. Muncul pertanyaan, apakah nama Kuba itu berawal dan berakar dari kata Quba - masjid pertama yang dibangun Rasulullah adalah Masjid Quba. Negara Kuba beribu kota La Habana (Havana). Di benua Amerika pun terdapat sederet nama pula yang berakar dari bahasa Peradaban Islam seperti pulau Grenada, Barbados, Bahama, serta Nassau. Di kawasan Amerika Selatan terdapat nama kota-kota Cordoba (di Argentina), Alcantara (di Brazil), Bahia (di Brazil dan Argentina). Ada pula nama pegunungan Absarooka yang terletak di pantai barat. Menurut Dr A Zahoor, nama negara bagian seperti Alabama berasal dari kata Allah bamya. Sedangkan Arkansas berasal dari kata Arkan-Sah. Sedangkan Tennesse dari kata Tanasuh. Selain itu, ada pula nama tempat di Amerika yang menggunakan nama-nama kota suci Islam, seperti Mecca di Indiana, Medina di Idaho, Medina di New York, Medina dan Hazen di North Dakota, Medina di Ohio, Medina di Tennessee, serta Medina di Texas. Begitulah peradaban Islam turut mewarnai di benua Amerika.[19]
    Sejarawan Muslim Abu Bakar Ibnu Umar Al-Guttiya mengisahkan pada masa kekuasaan Khalifah Muslm Spanyol bernama Hisham II (976 M -1009 M), seorang navigator Muslim bernama Ibnu Farrukh telah berlayar dari Kadesh pada bulan Februari 999 M menuju Atlantik. Dia berlabuh di Gando atau Kepulauan Canary Raya. Ibnu Farrukh mengunjungi Raja Guanariga. Sang penjelajah Muslim itu memberi nama dua pulau yakni Capraria dan Pluitana. Ibnu Farrukh kembali ke Spanyol pada Mei 999 M.
Tahun 1178 M: Sebuah dokumen Cina yang bernama Dokumen Sung mencatat perjalanan pelaut Muslim ke sebuah wilayah bernama Mu-Lan-Pi (Amerika). Tahun 1310 M: Abu Bakari seorang raja Muslim dari Kerajaan Mali melakukan serangkaian perjalanan ke negara baru. Tahun 1312 M: Seorang Muslim dari Afrika (Mandiga) tiba di Teluk Meksiko untuk mengeksplorasi Amerika menggunakan Sungai Mississipi sebagai jalur utama perjalanannya.[20]
Tahun 1530 M: Budak dari Afrika tiba di Amerika. Selama masa perbudakan lebih dari 10 juta orang Afrika dijual ke Amerika. Kebanyakan budak itu berasal dari Fulas, Fula Jallon, Fula Toro, dan Massiona - kawasan Asia Barat. 30 persen dari jumlah budak dari Afrika itu beragama Islam.
Tahun 1539 M: Estevanico of Azamor, seorang Muslim dari Maroko, mendarat di tanah Florida. Tak kurang dari dua negara bagian yakni Arizona dan New Mexico berutang pada Muslim dari Maroko ini. Tahun 1732 M: Ayyub bin Sulaiman Jallon, seorang budak Muslim di Maryland, dibebaskan oleh James Oglethorpe, pendiri Georgia. Tahun 1790 M: Bangsa Moor dari Spanyol dilaporkan sudah tinggal di South Carolina dan Florida.   
Di amerika yang mempengaruhi warga amerika untuk memeluk Islam itu disebabkan beberapa pokok. Diantaranya yaitu :
1.      Karena kehidupan mereka yang sebelumnya sekuler, tidak terarah, tidak punya tujuan, hidup hanya MONEY, MUSIC AND FUN. Pola hidup itu menciptakan kegersangan dan kegelisahan jiwa. Mereka merasakan kekacauan hidup, tidak seperti pada orang-orang Muslim yang mereka kenal. Dalam hingar bingar dunia modern dan fasilitas materi yang melimpah banyak dari mereka yang merasakan kehampaan dan ketidakbahagiaan. Ketika menemukan Islam dari membaca Al-Qur’an, dari buku atau kehidupan teman Muslimnya yang sehari-harinya taat beragama, dengan mudah saja mereka masuk Islam.
2.      Merasakan ketenangan, kedamaian dan kebahagiaan yang tidak pernah dirasakannya dalam agama sebelumnya yaitu Kristen. Dalam Islam mereka merasakan hubungan dengan Tuhan itu langsung dan dekat.
3.      Menemukan kebenaran yang dicarinya. Beberapa konverter mengakui konsep-konsep ajaran Islam lebih rasional atau lebih masuk akal seperti tentang keesaan Tuhan, kemurnian kitab suci, kebangkitan dan penghapusan dosa ketimbang dalam Kristen.
4.      Banyak kaum perempuan Amerika Muslim berkesimpulan ternyata Islam sangat melindungi dan menghargai perempuan. Dengan kata lain, perempuan dalam Islam dimuliakan dan posisinya sangat dihormati.

J.      PENUTUP
Muslim di AS mengalami dinamika yang signifikan dari mulai awal masuk sampai sekarang. Di Amerika setidaknya terdapat tiga kelompok penganut Islam yaitu; pertama, Muslim keturunan Afrika, Muslim Kulit putih warga Amerika Asli) dan kaum Imigran dari berbagai bangsa.
Demikian pembahasan dari karya tulis ilmiah saya. Saya berharap semoga pembahasan dalam karya tulis ilmiah ini dapat membantu dan bermanfaat bagi pembaca. Dan saya pun berharap pula kritik dan saran dari pembaca untuk kesempurnaan dalam karya tulis ilmiah saya selanjutnya. Sekian dan terima kasih.





[1]Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban dikawasan duni Islam, (Jakarta,  PT Raja Grafindo Persada, 2004). hlm. 318-320   
[2]Alwi Shihab dalam Kata Pengantar Buku Jane I. Smith, Islam di Amerika (Jakarta: yayasan Obor Indonesai, 2005)
[3] Jane I. Smith, Islam di Amerika (Jakarta: yayasan Obor Indonesai, 2005) hlm. 74.
[4] Ibid, Hlm. 75.
[5] M. Ali Kettani, Minoritas Muslim di Dunia Dewasa Ini (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2005) Hlm 280-281.
[6] Taufik Abdullah dalam Ensiklopedia Tematis Dunia Islam, Pemikiran dan Peradaban Jilid 6.,(Jakarta: PT. Ichtiar baru Van Hoeve, 2002) Hlm. 202.
[7] Smith, Jane I., Pola-pola Imigrasi Muslim, Kehidupan Muslim di Amerika, (Kantor Program Informasi Internasional Departemen Luar Negeri AS. 2005). hlm. 14-16,
[8] Smith, Jane I., Pola-pola Imigrasi Muslim, Kehidupan Muslim di Amerika, (Kantor Program Informasi Internasional Departemen Luar Negeri AS. 2005). hlm. 14-16,
[9] Jane smith, Islam di Amerika, 2005. hlm. 97
[11] Fakta-fakta demografi, Kehidupan Muslim di Amerika,  (Kantor Program Informasi Internasional Departemen Luar Negeri AS.2005). hlm. 35 
[12]  www. Islam di Amerika. Com
[13]  Jane smith, Islam di Amerika, 2005. hlm. 200
[14]FellL, Barry: Saga America, New York, 1980] dan GYR,DONALD: Exploring Rock Art, Santa Barbara, 1989
[15] Ibid, hlm. 78
[16] Jhon L. Esposito, Ensiklopedia Oxpord, Dunia Islam Modern, Jilid II (Bandung: Mizan, 2002) Hlm. 122-127.
[17] Ibid, Hlm. 128.
[18] Rayford W. Logan. "Estevanico, Negro Discoverer of the Southwest: A Critical Reexamination." Phylon (1940-1956), Vol. 1, No. 4. (4th Qtr., 1940), hlm.  305-314.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar